Sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia dimintai pertanggung-jawaban terhadap amanah yang diberikan kepadanya. Tanggung jawab itu ditugaskan Allah Swt agar manusia mengelola alam semesta bagi kesejahteraan makhluk. Amanah itu pernah ditawarkan oleh Allah Swt kepada makhluk-makhluk lain, kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, serta makhluk lainnya selain manusia.
Semua makhluk menolak amanah itu karena sangat berat sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Maka manusia yang tampil melaksanakan amanah itu, dan menyanggupinya.
إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh," (QS. Al-Ahzab, 33:72).
Setiap diri manusia menurut pandangan Islam adalah berfungsi sebagai pemimpin, sesuai dengan tingkatan dan kemampuannya masing-masing. Ada pemimpin tingkat internasional, ada pemimpin tingkat nasional, ada gubernur, walikota, bupati, dan seterusnya. Ada pemimpin organisasi politik, organisasi yang mengelola bidang bisnis, organisasi massa, dan pemimpin keluarga, dan yang paling kecil adalah menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri.
Setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya, baik secara lahir maupun batin, di dunia dan di akhirat. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw bersabda dalam hadits yang cukup panjang, memerinci satu demi satu dari corak kepemimpinan tersebut.
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap orang dari kalian adalah pemimpin, dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya," (HR. Bukhari, 2558, Muslim, 1829).
Dari hadits ini dipahami bahwa setiap orang adalah merupakan pemimpin yang pasti dimintai pertanggungan jawab atas yang dipimpinnya. Selanjutnya Rasulullah s.a.w. menyebutkan bahwa para pemimpin, termasuk pemimpin tingkat internasional, para kepala negara, gubernur, bupati, dan seterusnya akan dimintai tanggung jawab terhadap rakyatnya. Termasuk yang tergolong pemimpin dalam kategori ini adalah pemimpin partai politik, pemimpin organisasi masa, pemimpin lembaga-lembaga, pemimpin yang mengurus pendidikan, para pemimpin agama, dan sebagainya. Pemahaman ini tercantum dalam hadits berikut:
الإِمَامُ رَاعٍ وهو مَسْؤُولٌ عن رَعِيَّتِهِ،
"Seorang imam adalah pemimpin, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya," (HR. Bukhari, 2558, Muslim, 1829).
Semakin terperinci, Rasulullah menyebutkan dalam haditsnya tentang para pemimpin yang dimintai pertanggung-jawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dimintai pertanggungan jawab bagi mereka. Penekanan dalam penentuan ini merupakan perincian dari beberapa ketentuan yang disebutkan di atas. Kalau seorang laki-laki merupakan pemimpin bagi keluarganya, maka seorang wanita pun merupakan pemimpin di rumah suaminya, dan dia juga dimintai pertanggungan jawab tentang yang dipimpinnya.
Seorang suami sebagai keluarga harus menanggung semua kebutuhan keluarganya, seperti menyediakan tempat tinggal, kebutuhan untuk makan dan minumnya, pakaian, biaya rumah tangga, biaya listrik, biaya sekolah, dan kebutuhan lain yang diperlukan. Tugas seorang istri adalah mengasuh keluarganya, mendidik anak-anaknya di rumah dan mengasihi mereka dengan penuh kasih sayang. Uraian ini diisyaratkan dari hadits berikut.
والرَّجُلُ في أهْلِهِ رَاعٍ وهو مَسْؤُولٌ عن رَعِيَّتِهِ، والمَرْأَةُ في بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وهي مَسْؤُولَةٌ عن رَعِيَّتِهَا،
"Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya," (HR. Bukhari, 2558, Muslim, 1829).
Dalam kajian selanjutnya disebutkan juga bahwa para pembantu rumah tangga, baik pria maupun wanita adalah pemimpin yang wajib menjaga harta majikannya dan mengerjakan berbagai kebutuhan rumah tangga.
والخَادِمُ في مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وهو مَسْؤُولٌ عن رَعِيَّتِهِ
"Seorang pembantu adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya," (HR. Bukhari, 2558, Muslim, 1829).
Dari kajian ini, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa setiap diri manusia merupakan pemimpin sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Selanjutnya, setiap pemimpin harus bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya dan bertanggung jawab terhadap amanah Allah yang sangat agung yang diberikan kepadanya.
Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Amalan 10 Hari Pertama dan 6 Hari Istimewa di Bulan Dzulhijjah
2
Innalillahi, Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Bekasi KH Ahmad Qurtubi Hasan Wafat
3
PCNU Cianjur Terima Kunjungan BRI: Bahas Penguatan Ekonomi dan Program Sosial
4
Khutbah Jumat Singkat: Tujuh Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir
5
Alhamdulillah, Belasan Santri Pesantren YAPINK Pusat Lulus Seleksi Jadi Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir 2025
6
Kemenag Umumkan 1.223 Peserta Lolos Seleksi Nasional ke Universitas Al-Azhar 2025, Download di Sini
Terkini
Lihat Semua