• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Akhlak Sebagai Wujud Kepribadian

Akhlak Sebagai Wujud Kepribadian
Akhlak Sebagai Wujud Kepribadian. (Ilustrasi: NUO).
Akhlak Sebagai Wujud Kepribadian. (Ilustrasi: NUO).

Pengertian akhlak secara etimologis adalah perangai, kebiasaan, adat, tradisi, perbuatan dan tingkah laku, baik yang terpuji maupun yang tercela. Pengertian akhlak secara sosiologis di Indonesia berarti perangai atau tingkah laku yang terpuji. Apabila kata akhlak dikaitkan dengan kalimat Islam, atau disebut juga akhlak al-Karimah berarti perbuatan dan tingkah laku yang baik dan terpuji, sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Sunnah.


Secara etimologis akhlak bisa diidentifikasikan dengan etika atau moral yang berasal dari kebiasaan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat, baik yang terpuji maupun yang tercela. Perbedaan antara akhlak dan etika atau moral, terjadi bila kata akhlak itu dikaitkan dengan kata Islam. Dengan demikian al-Akhlak al-Islamiyah berbeda dengan etika atau moral. Perbedaan itu terletak dari sumbernya, akhlak islami berasal dari wahyu Allah yang tercantum dalam kitab suci al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. melalui sunnahnya. Karena itu akhlak islami bersifat tetap dan abadi, tidak berubah dengan perubahan tempat dan waktu. Suatu perbuatan pada masa tertentu dianggap sebagai moral atau etika yang baik, tetapi di waktu yang lain atau tempat lain perbuatan itu tidak dianggap baik lagi, atau mungkin dianggap buruk.


Salah satu ajaran pokok dari agama Islam yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW. adalah konsepsi yang berkaitan dengan penyempurnaan akhlak. Akhlak yang diajarkan Rasulullah Muhammad SAW. misinya bersifat universal dan abadi, yaitu untuk seluruh manusia dan berlaku sepanjang masa. Ia merupakan inti ajaran Islam yang memberikan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa umat manusia yang dalam dimensi inilah terletak hakikat dan martabatnya. Sikap mental, kehidupan jiwa dan akhlak yang luhur itulah yang menentukan wujud dari kehidupan Nabi Muhammad SAW. mengenai misi pokoknya yang berkaitan dengan penyempurnaan akhlak, beliau bersabda:


إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ (رواه البيهقي والبزار)


“Sesungguhnya aku dibangkitkan untuk melengkapi kesempurnaan akhlak”. (HR. Baihaqi, No: 20571, Bazzar, No: 8949).


Seluruh aspek dari sejarah kehidupan dan perjuangannya, menjadi bukti bagi umat manusia akan kebenaran sabda beliau tersebut. Dari masa kanak-kanak sampai masa dewasa, menyusul masa dibangkitkannya sebagai Rasul, dipenuhi dengan bukti-bukti sejarah. Tidak pernah dijumpai cacat atau kekurangan dalam sejarah hidup Nabi, meskipun beliau hidup dalam lingkungan masyarakat jahiliyah yang diliputi dengan kebodohan dan kedzaliman. 


Pribadinya yang agung dan kokoh tidak terpengaruh oleh lingkungannya yang tidak baik, karakternyalah yang kemudian merubah secara berani kehidupan manusia di zamannya dan zaman sesudahnya menuju kehidupan yang baik. Ia mengubah suatu masyarakat dari manusia jahiliyah yang terbelakang dan tidak dikenal sejarah menjadi suatu masyarakat modern yang beriman dan bertakwa.


Dalam waktu yang relatif singkat, dengan keluhuran akhlaknya, beliau berhasil merubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat maju yang menentukan sejarah dunia. Al-Qur’an memuji akhlak beliau dalam salah satu ayatnya:


وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ 


“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. Al-Qalam, 68: 4).


Keagungan akhlak Rasulullah SAW. menjadi contoh dan suri tauladan bagi setiap orang yang beriman dan bagi mereka yang ingin meraih kesuksesan dalam segala kehidupan. Kaum muslimin secara keseluruhan diperintahkan oleh al-Qur’an agar menjadikan Nabi Muhammad SAW. sebagai contoh dan tauladan dalam segala kehidupannya. Sebagaimana dijelaskan firman Allah:


لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا 


“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 33: 21).


Dalam kegiatan hariannya, Rasul Muhammad SAW. terus membimbing umatnya menuju kepada akhlak yang luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Manusia diarahkan agar menghubungkan silaturahim (hubungan kasih sayang) terhadap sesamanya, memuliakan tamu, berbuat baik terhadap tetangga, mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri.


Semua orang dibimbingnya dengan penuh kebijaksanaan menjadi manusia-manusia yang penyantun dan dermawan, bahwa tangan yang diatas lebih dicintai dari tangan yang di bawah. Pada orang yang dituntunnya agar senantiasa memegang amanah, berdisiplin, memenuhi janji, melaksanakan kewajiban dengan baik dan menunaikan hak-hak sesama. Ucapan Rasulullah Muhammad SAW, seperti juga ucapan para sahabatnya dan orang-orang yang beriman, selalu sesuai dengan perbuatan dan kenyataannya.


Sebaliknya sikap munafik merupakan suatu sikap yang paling dibenci dan dimurkai dalam pandangan setiap manusia yang beriman.


Akhlak yang dimiliki seseorang, pada dasarnya merupakan wujud kepribadian dari orang itu. Karena itu baik atau buruknya seorang manusia, ditentukan oleh akhlaknya. Bila akhlaknya baik dan terpuji, maka terpuji pulalah orang itu. Sebaliknya bila akhlaknya tercela maka manjadi manusia yang dicela dan dimurkai.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru