• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Tokoh

KOLOM BUYA HUSEIN

Kenanganku Bersama Kiai Abah Dimyati Rois 

Kenanganku Bersama Kiai Abah Dimyati Rois 
Kenanganku Bersama Kiai Abah Dimyati Rois. (Foto: NUO).
Kenanganku Bersama Kiai Abah Dimyati Rois. (Foto: NUO).

Seorang teman bertanya apakah punya kenangan dengan Abah Dim?.


Aku masih ingat, suatu hari aku kedatangan tamu ke rumah. Ia seorang seperti orang biasa. Berbadan tinggi, bersarung, berbaju putih seperti lusuh, berpeci hitam dalam posisi seperti sedikit miring dan bersandal jepit. Beliau menyebut namanya dan asalnya dari Kaliwungu, tapi lahir di Brebes.


Lalu menyampaikan maksudnya. Katanya ia diutus kiai Pesantren Langitan, yang anak lelakinya mengaji kepada dirinya di pesantrennya. Kiai Langitan itu berharap agar anaknya bisa menjadi keluargaku. Dalam bahasa vulgarnya beliau ingin melamar adik bungsuku untuk anak laki-lakinya.


Sesudah itu kami berdua ngobrol santai, diselingi canda ria ala kiai dan berdiskusi.


Penampilannya tak meyakinkan sebagai seorang alim besar. Tetapi bicaranya dalam diskusi itu tampak jelas beliau seorang alim yang cerdas dan berpikiran luas dan mendalam. Beliau juga bicara soal situasi politik di Indonesia. Wouw, pintar sekali. Aku mendengarkan saja dengan penuh kekaguman.


Manakala kemudian berlangsung acara akad nikah, beliau hadir dengan performa yang sama : sarungan, baju putih, peci hitam sedikit miring, bersandal jepit. Dan yang mengherankan, beliau selalu duduk di kursi belakang, tidak mau duduk di depan, meski sudah diminta dengan hormat duduk di depan bersama para kiai.


Beberapa waktu kemudian, sesudah aku kabarkan kepada keluargaku, aku baru tahu beliau adalah Abah Dim, kiai besar.


Perjodohan pun terjadi. Aku sendiri yang menikahkan adikku : EF dengan putra kiai khas dari Pesantren Langitan, Tuban itu : M.


Begitulah perkenalanku dengan Kiai Dimyati Rois, Mustasyar PBNU, Ketua Dewan Syura PKB itu dan putranya menjadi anggota DPR.


Kemarin saat aku bangun pagi dan membuka HP, aku membaca WA : Inna Lillah wa Inna ilaihi Rajiun. Telah wafat Syaikhona Abah Kiai Dimyati Rois, Kaliwungu, Kendal.


Tentu saja aku berduka sangat mendalam. Seorang alim besar yang bersahaja, zuhud, dan rendah hati, telah meninggalkan ribuan santri dan umatnya.


تغمد الله الفقيد الشيخ كياهی دمياطی رءيس بواسع رحمته، وأسكنه فسيح جناته. اللهم أَبْدِلْهُ دارا خيرًا مِنْ دَارِه ، وَأَهْلًا خَيّرًا منْ أهْلِهِ


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Tokoh Terbaru