Tokoh

Mengenal KH Muhammad, Pejuang NU Sampai Akhir Hayat dari Pesantren Fauzan Garut

Sabtu, 17 Mei 2025 | 07:18 WIB

Mengenal KH Muhammad, Pejuang NU Sampai Akhir Hayat dari Pesantren Fauzan Garut

KH Muhammad bin Syaikhul Masyaikh Asy Syekh KH Muhammad Umar Bashri, pimpinan Pondok pesantren Fauzan generasi ke enam di Garut. (Foto: NU Online Jabar/M Salim).

Garut, NU Online Jabar
Pondok pesantren Fauzan menggelar peringatan haul ke 19 KH Muhammad bin Syaikhul Masyaikh Asy Syekh KH Muhammad Umar Bashri di Aula Utama Pondok Pesantren Fauzan Desa Sukaresmi Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Garut. Jum'at (16/5/2025).


Bagi sebagian Nahdliyyin, nama KH Muhammad masih kurang familiar. Dimana nama tersebut merupakan nama asli sesepuh Pesantren Fauzan sekaligus penerus estafet kepemimpinan Pesantren Fauzan generasi ke enam. Ia pun menjadi sesepuh pondok pesantren Fauzan terlama sejak kakaknya yang bernama KH Muhammad Ishaq atau dikenal dengan nama Aceng Sasa Wafat.


Pria yang sering disapa pangersa sepuh oleh santri, alumni atau Ajengan Fauzan bagi masyarakat Garut menjadikannya kurang dikenal secara nama asli. Hal demikian menurut para sesepuh alumni santri, hal demikian dilakukan untuk menghormatinya sehingga tidak berani menyebut nama asli atau nama panggilan. 


Ia pun sering dipanggil Aceng Mumad oleh kalangan keluarga yang sebayanya sebagai nama sapaan. Beliau lahir di bulan Maret tahun 1927 M atau tepatnya pada bulan Ramadhan 1345 H. 


Disaat masih kecil, ia sempat belajar kepada ayahnya, namun, tepat pada tahun 1932, ia ditinggal wafat oleh ayahnya yang merupakan pemberi nama Pesantren Fauzan, yakni Syaikhul Masyaikh Asy Syekh KH Muhammad Umar Bashri bin Syekh Muhammad Adzro'i (Mama Bojong).


Karena ditinggal ayahnya, sehingga ia lebih banyak belajar kepada kakaknya, setelah itu ia melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Pesantren Galumpit asuhan KH Muhammad Yusuf yang juga merupakan murid dari ayahnya (Syaikhuna Fauzan).


Selanjutnya, ia melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Pondok Pesantren Cijerah Bandung, dan terakhir di Pesantren Pajaten Sindanglaut, Cirebon Asuhan KH Hasan Hariri yang juga murid dari Hadratussyekh Hasyim Asy'ari.


Setelah itu, ia menikah dengan beberapa istri. Dari istri-istrinya tersebut, ia dikaruniai anak sebanyak 28 orang yang terdiri dari 16 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. 


Saat NU masuk ke Garut, ia menjadi partisipan untuk mempelajari sepak terjangnya. Selain itu, iapun secara terus menerus melakukan istikharah untuk menentukan sikap masuk atau tidak secara penuh kedalam NU.


Sampai di tahun ke tujuh, saat ia telah mendapat kepastian berdasarkan hasil istikharah dan juga mempelajari segala sesuatu tentang NU, barulah ia memantapkan diri masuk ke NU dan menjadi pejuang NU sampai akhir hayatnya.


Saat ketika sudah mantap bergabung dengan NU, ia berpesan kepada sanak saudara dan juga keluarga besar Fauzan agar tetap memegang teguh NU sebagai upaya untuk menyelamatkan umat , khususnya dalam hal menjaga akidah Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Jika anak dan santrinya tidak demikian, ia tidak meridhoinya.

 

Bersambung..


Muhammad Salim, salah seorang Kontributor NU Online Jabar asal Garut