• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Perilaku yang Baik dan Terpuji

Perilaku yang Baik dan Terpuji
Perilaku yang Baik dan Terpuji
Perilaku yang Baik dan Terpuji

Dalam mengarungi kehidupan sehari-hari, kita selalu menjumpai berbagai hal dan keadaan yang berbeda-beda, silih bergantinya antara kebahagiaan dan kesedihan, kemudahan dan kesulitan, kekayaan dan kemiskinan, ketenangan dan keresahan, dan berbagai keadaan lain. Keadaan seperti itu sering dipahami oleh sebagian besar umat manusia, sebagai sesuatu yang bertentangan. Sesungguhnya, itu bukanlah pertentangan, tetapi sebagai pasangan yang sangat harmonis.


Menghadapi kenyataan ini, supaya kita bisa menjalaninya dengan baik, kita harus mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.


Apabila kita bisa memanage dengan berbagai keadaan itu, maka sikap hidup kita akan memperoleh ketenangan dan kebahagiaan, sebagai perilaku yang baik dan terpuji. Hal inilah yang diisyaratkan oleh sabda Nabi:


“Sungguh menakjubkan segala urusan seorang mukmin, sesungguhnya segala urusannya berada dalam kondisi yang terbaik”. Hal seperti itu tidak dimiliki kecuali bagi orang-orang yang beriman, dengan sikap sebagai berikut: Apabila ia memperoleh kebaikan, ia senantiasa bersyukur, dan apabila ia memperoleh kesusahan, ia bersikap tabah dan sabar. (HR. Muslim, 5318).


Pemahaman dari hadits di atas bisa dikembangkan lebih jauh, misalnya apabila kita memperoleh rizki yang berlimpah yang datang dari berbagai penjuru, kita tetap bersikap sederhana, tidak berlebihan dalam segala hal. Kita terus mensyukuri karunia itu dan berbagi kepada mereka yang amat membutuhkan. Apabila kita dalam keadaan sulit memperoleh rizki, maka tetap bersikap tabah dan sabar, dan terus berusaha dengan rencana yang terpola, sehingga bisa memperoleh rizki yang layak.


Dengan bersyukur, maka kita akan memperoleh tambahan rizki yang banyak. Sebaliknya apabila kita mengingakri nikmat itu, maka akan ditimpa kesulitan demi kesulitan, diisyaratkan dalam firman Allah: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim, 14:07).


Apabila kita memperoleh kedudukan sebagai pemimpin, maka kita harus bersikap adil dan jujur, serta melaksanakan amanah kepemimpinan itu sebaik-baiknya. Dengan demikian, kita menjadi pemimpin yang mencintai rakyatnya, dan rakyat pun mencintai pemimpinnya. Kalau kita menjadi rakyat biasa, maka kita harus menjalani kehidupan yang layak, mentaati pemimpin dalam hal yang baik, dan saling mencintai terhadap sesama. Apabila kita mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang banyak, jangan sampai lupa diri, sehingga kita bersikap angkuh dan sombong dan merasa bahwa diri kita adalah orang yang paling baik, kita harus bersikap biasa-biasa saja.


Apabila kita mendapatkan cemoohan dan hinaan dari orang lain, jangan merasa sedih atau berputus asa, atau membalas penghinaan itu dengan lebih berat. Sebaliknya kita harus bersikap simpati kepada mereka yang menghina itu dan mendoakan mereka untuk kebaikan. Orang-orang muslim yang iman dan agamanya telah mendarah daging, menghayati dengan baik, dan menyatu dalam jiwanya, apabila dihina orang lain, malah ia tersenyum sambil berkata dalam hati:


“Sekiranya hinaan dan cemoohan itu benar, semoga Allah mengampuniku, dan apabila orang yang mencemooh itu salah, maka semoga Allah mengampuninya”.


Di sini tidak ada kebencian dan kekerasan, yang ada adalah cinta dan kasih sayang. Apabila kita mampu mengantisipasi sebagaimana yang diuraikan di atas, maka kita selalu memperoleh kebaikan dan ketenangan dalam segala kehidupan. Hal seperti itu sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, tentang sikap hidup manusia mukmin.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru