Oleh Nasihin
Aku pernah menghabiskan waktu melihat sudut-sudut kampung yang kumuh, sawah-sawah yang panennya gagal, orang-orang sakit mengerang tak ada biaya berobat.
Aku pernah menyaksikan dan melihat anak-anak jalanan tersungkur mabuk lem, pengemis tertidur di emper toko dan pedagang asong tertunduk di hari menjelang malam.
Aku pernah menulis ribuan kata kesedihan tentang hak petani hilang lahannya, hutan hilang pohonnya, sungai hilang jernihnya, gunung hilang anggunnya.
Aku pernah bertanya pada orang-orang kenapa sarjana banyak yang menganggur, guru-guru kemejanya lusuh, anak-anak sekolah tak punya sepatu, atap sekolah roboh dan banyak anak malas sekolah.
Aku pernah melihat orasi orang berdasi, lantang berbicara tentang negeri, tentang data kemiskinan, hak-hak rakyat dan menjual cerita foto kelaparan dan korban perang.
Aku pernah menghabiskan waktu bersamamu, melihat puncak-puncak gunung, pantai yang indah, padang rumput, kawah-kawah yang dalam dan pulau-pulau yang beruntai seperti mutiara.
Aku pernah bercanda dan tertawa di sore yang indah, bercerita tentang laut yang menjadi surut, karang-karang yang kini rapuh, ikan-ikan yang sulit dijala dan nelayan tak segagah dahulu.
Baca Juga
Hujan Tak Biasa di Tanah Cijawura
Tapi itu dulu, sekarang aku lebih senang berbicara denganmu tentang bunga-bunga yang berwarna-warni, tentang lagu-lagu pengantar rindu, tentang panggung-panggung drama dan puisi.
Dan hari ini, aku lebih senang duduk di beranda rumah, bercanda denganmu, menikmati kopi, sebelum kantuk datang menidurkan harapan dan ribuan persoalan.
Penulis adalah pengurus Lesbumi PWNU Jabar
Terpopuler
1
Bangkitkan Semangat Wirausaha, Talk Show di Cirebon Ajak Perempuan Muda Jadi Pelaku Ekonomi Mandiri
2
Angkatan Pertama Beasiswa Kelas Khusus Ansor Lulus di STAI Al-Masthuriyah, Belasan Kader Resmi Menyandang Gelar Sarjana
3
PBNU Serukan Penghentian Perang Iran-Israel, Dorong Jalur Diplomasi
4
Kuota Haji 2026 Baru Akan Diumumkan pada 10 Juli 2025, Kemenag Masih Tunggu Kepastian
5
Koleksi Manuskrip Warisan Ulama Sunda, KH Enden Ahmad Muhibbuddin Jadi Rujukan Tim Peneliti Naskah Nusantara
6
Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis
Terkini
Lihat Semua