Dari Indramayu ke Cidaun; Menyulam Ulang Destinasi Wisata Jawa Barat
Senin, 19 Mei 2025 | 09:49 WIB
Jawa Barat ibarat selendang sutra berwarna-warni yang terhampar dari utara pesisir Laut Jawa hingga selatan Samudra Hindia. Ia menyimpan ribuan titik pesona yang tak hanya memesona secara visual, tapi juga menggugah batin dan sejarah. Namun dalam praktik pengembangan destinasi wisata, kita masih menghadapi paradoks antara potensi luar biasa dan pengelolaan yang belum maksimal.
Saat ini, wajah pariwisata Jawa Barat cenderung berat sebelah: terlalu fokus pada Bandung Raya sebagai poros tunggal magnet wisata. Padahal, dengan keragaman geografis, etnografis, dan kultural yang unik, provinsi ini layak disusun dalam kerangka pengembangan tiga poros strategis. Model ini dapat membantu menyebar pemerataan ekonomi pariwisata, menciptakan pengalaman lintas identitas, dan mendorong tumbuhnya kawasan-kawasan unggulan baru secara berkelanjutan.
Poros Utara: Bahari, Sejarah Islam, dan Pusaka Pesisir
Poros pertama membentang dari Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi, lalu menyentuh kawasan Tiga Cirebon (Kabupaten dan Kota Cirebon, serta Kuningan). Ini adalah wilayah dengan kekuatan wisata bahari, sejarah Islam, dan kota-kota pelabuhan yang pernah menjadi simpul perdagangan penting pada abad 15 hingga 18.
Cirebon adalah permata di poros ini. Di sinilah Islam pesisir tumbuh dalam bentuk akulturatif antara Sunda, Jawa, Arab, Tionghoa, dan Eropa. Keberadaan tiga keraton (Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan), Masjid Sang Cipta Rasa, dan tradisi panjang seni lukis kaca serta tari topeng menjadi kekuatan khas yang tak dimiliki daerah lain. Cirebon bisa dikembangkan menjadi “Kota Pusaka Islam dan Kreatif Bahari” yang menyatukan wisata religi, sejarah, dan kuliner pesisir dalam satu ekosistem destinasi.
Indramayu pun menyimpan potensi luar biasa, mulai dari pantai-pantai utara, mangrove Eretan, hingga kampung nelayan dengan potensi ekowisata dan eduwisata. Masalahnya, banyak potensi tersebut terkubur dalam pengelolaan yang tidak terstruktur dan minim sentuhan desain. Wisata air dan agro di Subang serta kawasan sejarah Sunda dan sumber air panas di Kuningan pun dapat menjadi simpul pendukung dalam jaringan destinasi poros utara ini.
Untuk menghidupkan poros ini, pemerintah daerah dan pelaku usaha wisata perlu berkolaborasi membentuk konsorsium pengembangan destinasi “Bahari-Pusaka Pesisir Utara” yang menyatukan narasi budaya, transportasi antar-kota, serta revitalisasi infrastruktur pesisir dan situs sejarah. Misalnya, jalur kereta pesisir Jakarta–Cirebon–Tegal–Semarang bisa dipadukan dengan paket wisata spiritual dan sejarah wali.
Poros Tengah: Kreativitas Urban dan Wisata Budaya
Poros kedua terbentang dari Sumedang, Majalengka, ke arah Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, hingga Cimahi). Ini adalah kawasan jantung peradaban Sunda dan kini menjadi episentrum wisata budaya, kota kreatif, dan sejarah kolonial.
Bandung telah lama dikenal sebagai kota mode, kuliner, dan gaya hidup. Namun pariwisata Bandung menghadapi titik jenuh karena terlalu bertumpu pada pusat kota. Oleh karena itu, strategi pengembangan mesti diarahkan pada perluasan kawasan wisata ke daerah penyangga dengan memperkuat karakter lokal: wisata sejarah di Cimahi dan Lembang, wisata budaya di Soreang dan Ciparay, serta wisata alam di Ciwidey dan Rancabali.
Sumedang dan Majalengka menjadi penting dalam memperkuat peta wisata ini. Sumedang bukan hanya soal tahu, tapi juga kota kerajaan tua dengan situs-situs sejarah seperti Prabu Geusan Ulun, makam para raja Sunda, dan seni buhun. Majalengka kini dilintasi Bandara Kertajati yang bisa menjadi pintu masuk wisata internasional, terutama bila dikaitkan dengan wisata religi dan geopark di wilayah sekitarnya.
Poros tengah sebaiknya diarahkan pada pengembangan konsep “Wisata Budaya-Kreatif Sunda Urban” dengan pendekatan berbasis komunitas dan literasi sejarah. Ini bisa dimulai dari pembangunan pusat interpretasi budaya Sunda di Bandung, paket wisata sejarah perjuangan kemerdekaan, hingga penguatan festival seni dan kuliner khas. Perlu ada kolaborasi antar kabupaten/kota untuk menyatukan narasi dan jejaring wisata terpadu, termasuk koneksi digital dan transportasi antar destinasi.
Poros Selatan: Geowisata, Adat Lokal, dan Spiritual Alam
Poros ketiga menyentuh kawasan Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, Sukabumi, dan Cianjur Selatan (termasuk Cidaun). Ini adalah wilayah yang menyimpan kekayaan alam luar biasa: pegunungan, kawah, air terjun, pantai selatan, hutan hujan tropis, dan desa adat.
Geopark Ciletuh di Sukabumi adalah salah satu andalan geowisata dunia, namun masih terkendala akses dan fasilitas. Kawasan pantai selatan dari Pangandaran hingga Cidaun bisa dikembangkan menjadi “Sabuk Pesisir Selatan Jawa Barat” yang menyatukan wisata pantai, budaya nelayan, dan perlindungan ekosistem. Di Tasikmalaya dan Garut, desa-desa adat serta seni tradisi seperti batik, kelom geulis, dan bordir bisa menjadi kekuatan wisata kultural yang otentik.
Kawasan ini juga kaya akan situs spiritual dan destinasi berbasis ketenangan jiwa seperti pesantren tua, goa, dan sumber mata air yang dianggap keramat. Model pengembangan wisata spiritual dan ekowisata bisa dioptimalkan dengan pendekatan konservasi, edukasi, dan komunitas. Wisata minat khusus seperti hiking, yoga di alam terbuka, dan agro edukasi bisa ditumbuhkan untuk menarik wisatawan urban yang mencari ketenangan.
Penguatan poros selatan harus ditopang oleh pembangunan infrastruktur jalan, sistem informasi destinasi yang modern, dan pelatihan SDM lokal dalam bidang hospitality, guiding, dan interpretasi budaya. Potensi desa wisata sangat besar di poros ini bila disinergikan dengan semangat living culture dan pertanian organik.
Solusi Konseptual: Integrasi, Inovasi, dan Identitas
Tantangan utama dalam pengembangan destinasi wisata Jawa Barat bukanlah kekurangan potensi, melainkan fragmentasi antarwilayah, kurangnya data spasial, promosi yang lemah, dan pendekatan pembangunan yang kadang terlalu eksploitatif. Oleh karena itu, perlu tiga prinsip dasar dalam mewujudkan peta wisata Jawa Barat yang berdaya tahan:
Pertama, integrasi spasial dan naratif, di mana pengembangan destinasi tidak dilakukan secara sektoral melainkan lintas wilayah dan berbasis narasi identitas bersama. Misalnya, poros bahari utara bisa dihubungkan dengan narasi “Jalur Wali dan Maritim Sunda”, poros tengah dengan “Kota Budaya dan Peradaban Sunda”, dan poros selatan dengan “Sabuk Hijau Adat dan Alam.”
Kedua, inovasi teknologi dan desain pengalaman wisata. Penggunaan augmented reality di situs sejarah, digital storytelling di museum, serta platform reservasi dan edukasi digital untuk wisatawan harus ditingkatkan. Jawa Barat bisa jadi pelopor “Smart Heritage Tourism” dengan menggabungkan kekuatan budaya dan teknologi.
Ketiga, penguatan identitas lokal melalui pelibatan komunitas, pelestarian bahasa, dan festival budaya. Tanpa pelibatan masyarakat adat, santri, seniman lokal, dan pelaku UMKM, pariwisata hanya akan jadi kemasan kosong yang kehilangan jiwa. Desa wisata, pesantren wisata, dan kampung kreatif harus dijadikan jantung dari pembangunan pariwisata.
Menyulam Kembali Peta Wisata Jawa Barat
Sudah waktunya Jawa Barat menyulam ulang peta wisata dengan benang-benang identitas, kearifan lokal, dan visi jangka panjang. Tiga poros wisata ini bukan sekadar klasifikasi geografis, melainkan arah strategis untuk memuliakan ruang dan manusia di dalamnya. Wisata tidak hanya soal kedatangan turis, tapi tentang merawat warisan, menghidupkan ekonomi rakyat, dan merayakan kebudayaan yang terus bertumbuh.
Jika Bandung adalah jantung, maka Cirebon adalah nadi sejarah, dan Pangandaran adalah nafas alam. Semuanya harus bergerak bersama, menjelma menjadi simfoni pariwisata Jawa Barat yang berkelanjutan.
H. Wahyu Iryana, Merupakan Sejarawan UIN Raden Intan Lampung asal Jabar
Terpopuler
1
Mengenal KH Muhammad, Pejuang NU Sampai Akhir Hayat dari Pesantren Fauzan Garut
2
Gandeng Bagana Kota Bekasi, YPI Al-Marzukiyah Gelar Pendidikan Mitigasi Bencana Gempa Bumi
3
Ketua TP2GP: Dokumen Pengusulan KH Abbas Lebih Lengkap dari Tokoh Lain
4
Konsolidasi Jelang Pelantikan, PCNU Garut Laksanakan Rapat Pleno Pengurus Baru
5
Ketua PWNU Jabar: KH Abbas Abdul Jamil Layak Diusulkan sebagai Pahlawan Nasional
6
Jamaah Haji Diminta Taat Aturan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Ini Sejumlah Larangannya
Terkini
Lihat Semua