• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Taman-Taman Surga

Taman-Taman Surga
Taman-Taman Surga
Taman-Taman Surga

Majelis mudzakarah, majelis taklim, majelis dzikir, dan majelis ilmu merupakan taman-taman syurga yang ada di dunia. Demikian mulianya tempat itu, sehingga diumpamakan sebagai taman-taman syurga yang sangat indah. Rasulullah SAW berpesan pada para sahabat dan umatnya:


إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ


Apabila kamu melewati taman-taman syurga, maka singgahlah dengan rasa cinta. Para sahabat bertanya: Apakah taman-taman syurga itu? Nabi menjawab: Halaqah-halaqah atau kelompok majelis zikir. (HR. Tirmdizi, 3510).


Majelis zikir biasanya dihadiri beberapa orang, dipimpin oleh ustadz atau guru dengan membaca kalimat yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an seperti surat al-Ikhlas, al-Falaq, al-Nas, al-Fatihah, awal surat al-Baqarah, ayat kursi, tiga ayat terakhir dari al-Baqarah dan sebagainya. Selanjutnya dibacakan zikir seperti tasbih atau ucapa subhanallah. Kemudian tahmid atau ucapan alhamdulillah, takbir atau ucapan Allahu akbar, tahlil atau ucapan laa ilaaha ilallah. Termasuk dalam majelis zikir adalah membaca istighfar dan bacaan-bacaan lain yang disyariatkan.


Majelis zikir adalah majelis ilmu yang membahas ilmu-ilmu agama dan mendiskusikannya. Dari kelompok ini melahirkan tulisan-tulisan dalam pengetahuan agama yang sangat bermanfaat. Majelis taklim atau tempat untuk mencari ilmu seperti pengajian, diskusi keagamaan dan sebagainya termasuk bagian dari majelis zikir.


Majelis sebagaimana disebutkan di atas merupakan tempat yang sangat mulia, sehingga para malaikat ikut hadir bergabung dengan mereka dan memohonkan rahmat kepada Allah untuk anggota majelis tersebut. Nabi bersabda:


لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا حَفَّتْهُمُ المَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عليهمِ السَّكِينَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَن عِنْدَهُ


"Tidak duduk sekelompok orang yang melaksanakan zikir kepada Allah azza wa jalla, kecuali para malaikat mengelilingi mereka, rahmat Allah meliputi mereka, ketenangan turun kepada mereka dan Allah s.w.t. menyebut nama mereka di hadapan para malaikat yang ada pada sisi-Nya. (HR. Muslim, 2700).


Segala kegiatan yang bersifat ilmiah seperti belajar di sekolah, madrasah, masjid-masjid, pesantren, dan sebagainya akan mengantarkan umat manusia menjadi kaum cendikiawan muslim. Mereka selalu memikirkan dan mengadakan penelitian terhadap segala apa yang ada di alam semesta dengan segala isinya. Mereka meneliti berbagai kejadian dan peristiwa yang sangat menakjubkan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dari penelitian itu, lahirlah berbagai macam ilmu, baik ilmu keagamaan maupun sains dan teknologi.


Para cendikiawan muslim dan ulama dikelompokkan sebagai ulul albab, keadaan mereka disebutkan dalam al-Qur’an:


إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ


"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran, 03:190-191).


Perintah untuk melaksanakan zikir banyak disebutkan dalam ayat al-Qur’an, antara lain:


وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِي نَفۡسِكَ تَضَرُّعٗا وَخِيفَةٗ وَدُونَ ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ


"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf, 07:205).


Dalam al-Sunnah banyak sekali disebutkan mengenai perintah berzikir, belajar, mencari ilmu, dan berdiskusi, antara lain:


مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى، يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ


"Tidaklah berkumpul sekelompok orang dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah. Mereka membaca kitab Allah (al-Qur’an) dan saling belajar di antara mereka (berdiskusi) kecuali mereka dikaruniai ketenangan, dinaungi oleh rahmat Allah. Para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah s.w.t. menyebut mereka di kalangan para malaikat. (HR. Muslim, 4867).


Majelis taklim atau mejelis ilmu memiliki keutamaan yang sangat tinggi, sehingga mereka yang aktif di dalamnya digambarkan sebagai seorang mujahid fi sabilillah. Nabi bersabda:


مَنْ جَاءَ مَسْجِدِي هَذَا، لَمْ يَأْتِهِ إِلاَّ لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ


"Barang siapa yang mendatangi masjidku ini, ia tidak mendatanginya kecuali untuk kebaikan, untuk belajar atau mengajar, maka kedudukannya seperti pejuang di jalan Allah. Dan barang siapa yang datang selain dari itu, maka menempati orang yang suka melihat-lihat barang yang lain dari itu. (HR. Ibnu Majah, 204).


Rasulullah SAW berpesan kepada Abi Zar:


‏يَا ‏ ‏أَبَا ذَرٍّ ‏ ‏لَأَنْ ‏ ‏تَغْدُوَ ‏ ‏فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ وَلَأَنْ ‏ ‏تَغْدُوَ ‏ ‏فَتَعَلَّمَ بَابًا مِنْ الْعِلْمِ عُمِلَ بِهِ أَوْ لَمْ يُعْمَلْ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ أَلْفَ رَكْعَةٍ ‏


"Wahai Abi Zar sesungguhnya engkau berangkat pagi hari untuk mempelajari satu ayat dari kitabullah, hal itu lebih baik bagimu dari melaksanakan shalat sunnah seratus rakaat. Dan apabila engkau berangkat pada pagi hari untuk mempelajari satu bab ilmu, baik diamalkan atau tidak (belum diamalkan), maka hal itu lebih baik bagimu daripada melaksanakan shalat sunnah seribu rakaat. (HR. Ibnu Majah, 219).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru