• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Kejujuran sebagai Pondasi Ajaran Agama

Kejujuran sebagai Pondasi Ajaran Agama
Kejujuran sebagai Pondasi Ajaran Agama
Kejujuran sebagai Pondasi Ajaran Agama

Ajaran agama secara garis besar terdiri dari dua bagian, yaitu iman dan kejujuran. Semua ajaran agama dipraktikkan dengan kejujuran, seperti syahadat, shalat, shiyam, zakat, ibadah haji, dan sebagainya. Tanpa kejujuran, tidak mungkin ada aktivitas keagamaan tersebut. Hikmah dari pelaksanaan ibadah-ibadah itu adalah terwujudnya kejujuran dalam diri setiap insan, rajin menegakkan keadilan dan kebenaran.


Semua ibadah memerlukan kejujuran dari setiap orang yang melaksanakannya, baik jujur kepada dirinya sendiri ataupun terhadap orang lain. Tanpa kejujuran tidak mungkin ada ibadah, karena ia dilakukan dengan keinsyafan dan kesadaran, tanpa pengawasan manusia lain. Allah SWT memerintahkan kita agar menegakkan kejujuran, kebenaran, dan keadilan.


"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," (QS. al-Maidah, 05:08).


Ayat tersebut memerintahkan kepada kita agar: (1) selalu menegakkan kejujuran dan kebenaran karena Allah saja, tidak karena yang lainnya. Kita berlaku jujur dan menegakkan kebenaran itu, tidak mengeharapkan pamrih, materi, atau kemewahan dunia lainnya, tetapi hanya mengharap ridha Allah SWT.


Selanjutnya, kita diperintahkan (2) menjadi saksi yang adil kepada semua orang. Apabila kita diperlukan untuk memberikan kesaksian dalam rangka mencari kejelasan suatu perkara, hendanya bersedia menjadi saksi yang adil. Kita harus selalu terpanggil untuk ikut andil dalam melahirkan keputusan-keputusan yang benar dan jujur.


Pengarahan berikutnya (3), agar janganlah kebencian terhadap suatu kaum, mendorong kita untuk berlaku tidak adil. Menetapkan suatu hukum, harus senantiasa berdasarkan keadilan, baik terhadap orang yang dicintai, ataupun yang dibenci. Bersikap jujur dalam kajian ini adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta, maupun tanggung jawab.


Orang yang melaksanakan amanat dijuluki dengan sebutan “al-Amien”, artinya orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Disebut demikian, karena segala sesuatu yang diamanahkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan dan rongrongan, baik yang datang dari dirinya sendiri, maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya, merupakan sesuatu yang sangat dipentingkan dalam segala kehidupan. Dalam kehidupan rumah tangga perlu kejujuran, demikian juga dalam mengelola perniagaan, perusahaan, dan dalam hidup bermasyarakat.


Dalam kehidupan rumah tangga, kejujuran harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tersebut, agar meraih ketentraman dan kebahagiaan yang selalu didambakan. Sekiranya tidak ada kejujuran dalam kehidupan suatu keluarga, maka tatanan keluarga itu menjadi porak-poranda. Bayangkan, sekiranya anggota keluarga saling tidak jujur, suami terhadap istri, demikian juga sebaliknya anak terhadap orang tua, demikian juga orang tua terhadap anak, pasti rumah tangga itu akan menjadi berantakan.


Dunia perdagangan dan perniagaan juga memerlukan kejujuran. Dengan kejujuran, perdagangan dan perniagaan itu akan meraih kemajuan yang tinggi, karena tidak ada yang dirugikan. Penjual ataupun pembeli sama-sama memperoleh keuntungan yang bermanfaat bagi kelompoknya masing-masing. Perdagangan yang tidak disertai dengan kejujuran, pasti akan terjadi penipuan-penipuan dengan jalan memalsu barang, mengurangi takaran dan timbangan yang kesemuanya itu akan mengakibatkan kerugian dan perdagangannya akan bangkrut.


Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, juga memerlukan kejujuran semua pihak. Apabila tidak ada kejujuran, niscaya akan timbul kegoncangan dan kekacauan, di tengah kehidupan masyarakat, negara, dan bangsa tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan Rasulullah SAW berhasil dalam membangun masyarakat Islami, adalah karena sifat-sifatnya dan akhlaknya yang terpuji.


Salah satu sifat terpuji Rasulullah SAW yang menonjol adalah kejujurannya, sejak masa kecil sampai akhir hayatnya. Untuk itu, beliau mendapat gelar al-Amien, atau orang yang terpacaya dan jujur. Mempertahankan dan menegakkan keadilan, haruslah dilakukan sejujur mungkin dan seobjektif mungkin, kepada siapa saja dengan tidak memandang bulu. Kita harus bersikap adil, meskipun terhadap orang-orang yang tidak kita sukai.


Keadilan harus ditegakkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan tidak boleh melakukan diskriminasi. Allah berfirman:


"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan," (QS. al-Nisa, 04:135).


KH Zakky Mubarak, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru