Salah dari penyakit hati yang berbahaya bagi individu maupun kelompok masyarakat adalah nifaq. Ciri dari sifat nifaq adalah berbohong (lawannya jujur). Mengapa orang bisa berbohong? Bisa jadi kita masih memiliki penyakit-penyakit hati. Untuk itu perlu berlatih bagaimana menghilangkan sifat bohong diganti dengan sifat jujur (shidiq). Allah SWT. telah memerintahkan manusia untuk berbuat jujur (shidiq). Allah berfirman dalam beberapa ayat diantaranya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (Q.S. At-Taubah: 119)
Baca Juga
Bekal Menghadapi Hari Kiamat
Dalam Surat Az-Zumar ayat 33.
وَٱلَّذِي جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ
Artinya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa (Q.S. Az-Zumar: 33). Dalam ayat lain Allah berfirman,
Baca Juga
Puasa dan Kehormatan Jiwa
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنََٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Maidah: 8).
Dari beberapa ayat di atas, kata jujur dikaitkan dengan kata takwa. Ini mengandung makna bahwa kejujuran bisa lahir karena katakwaan. Semakin baik kualitas ketakwaan seseorang maka akan semakin jujur seseorang. Jujur menjadi ciri bahwa seseorang beriman kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nahl Ayat 105.
Baca Juga
Tertutupnya Pintu Makrifat
إِنَّمَا يَفۡتَرِي ٱلۡكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰذِبُونَ
Artinya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta (Q.S. An-Nahl: 105). Bagi umat Islam, baginda Muhammad, Rasulullah SAW adalah teladan kejujuran, karenanya beliau diberi gelar al-Amin. Melalui sifat kejujurannya, Rasulullah dapat mengubah akhlak buruk seseorang menjadi akhlak baik.
Kisah Qurani
’Alkisah, pada zaman Rasulullah SAW. ada seorang pemuda yang suka berbuat maksiat. Dia suka mabuk, berjudi, berzina, dan membunuh. Suatu hari terbesit dalam dirinya ingin bertobat kepada Allah SWT., lalu dia menemui Rasulullah SAW. Kemudian dia berkata, ‘’Ya Rasulullah aku ini tukang mabuk, zina, berjudi dan membunuh. Apakah masih bisa diampuni oleh Allah SWT’’?
Rasulullah SAW menjawab, tidak ada dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT, karena Allah maha pengampun. Kemudian orang itu berkata, ‘Ya Rasulullah saya mau bertaubat kepada Allah, tapi saya belum bisa meninggalkan maksiat. Bagaimana caranya ya Rasulullah ”? Rasul menjawab, cukup bagimu jujur dan tidak bohong.
Lalu dia berpikir, kalau begitu ternyata Islam itu mudah. Singkat cerita, pada saat dia akan melaksanakan maksiat, terbesitlah pesan Rasulullah SAW. Tentang jujur dan jangan bohong. Kalau saya melakukan maksiat, lalu Rasulullah SAW bertanya, apakah hari ini kamu berbuat maksiat? Kalau menjawab iya, berarti saya berbuat maksiat, kalau menjawab tidak, berarti saya telah berbohong kepada Rasulullah SAW.
Akhirnya pemuda itu tidak mampu menahan diri untuk tidak melakukan maksiat. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa perilaku jujur mampu mencegah seseorang untuk berbuat maksiat. Jujur pula mampu memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan.
Dalam manakibnya tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani qs. dikisahkan, pada saat beliau hendak pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu, beliau diberi bekal oleh ibunya sebanyak 40 dinar. Kalau dikonversikan ke nilai rupiah saat ini, 1 dinar emas senilai Rp 3.307.004, 40 dinar berarti senilai Rp 132.280.160. Sebuah nilai uang yang luar biasa.
Setelah mendapat ijin dan meminta restu dari ibunya, beliau berangkat ke Baghdad dengan rombongan yang mau ke Baghdad. Di tengah perjalanan, tuan syaikh Abdul Qodir Al-Jailani qs dan rombongan di hadang 40 orang perampok yang dilengkapi dengan senjata. Setiap orang ditanyai bawaannya oleh perampok tersebut.
Pada saat sampai giliran Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani qs. Salah seorang perampok bertanya,’’Hai…kamu punya apa? Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani qs menjawab. ‘’Saya punya 40 dinar, disimpan di bawah ketiaku”. Rampok pun tidak percaya. Masa orang seperti ini punya uang 40 dinar. Lalu ditanya lagi oleh perampok lainnya. Tuan syaikh Abdul Qodirpun menjawab seperti tadi, namun rampok yang ini pun tidak percaya. Akhirnya, tuan Syaikh Abdul Qodir dibawa ke hadapan kepala rampok. Oleh kepala rampok ditanya, ‘Kamu punya apa?, ‘’Aku punya 40 dinar, jawab tuan Syiakh Abdul Qodir Al-Jalinai qs. Dinar itu dijait di bawah ketiaku. Kalau tidak berpacaya, mari kita buktikan.
Kemudian tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani qs membuka bajunya, lalu membuka bawaannya dan menghitung dinarnya dihadap kepala rampok dan anak buahnya. Sejenak kepala rampok tersebut tercengang, seolah-oleh dia tidak percaya. Lalu dia bertanya, ‘’Apa yang menjadi alasan kamu menyampaikan hal sebenarnya kepada kami’. Padahal orang lain yang hanya membawa bawaan sedikit tidak jujur kepada kami”? Sementara anda yang membawa bekal yang begitu banyak jujur kepada kami? Tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani menjawab, ‘’Saya berkata jujur dan berkata apa adanya, karena saya ingat waisat ibuku. Beliau pernah berwasiat harus jujur’’.
Mendengar jawaban tersebut, kepala rampok pun menangis, benar-benar menangis,, lalu dia berkata, ‘’ Dalam kondisi yang sangat genting dan berbahaya seperti ini, saudara tidak berani melanggar wasiat dan perintah orang tua, sementara saya sudah beberapa tahun pekerjaannya hanya melanggar perintah Allah SWT, betapa marahnya Allah kepadaku. Oleh karena itu, saksikan oleh saudara, saya bertaubah kepada Allah di hadapan saudara’’. Akhirnya, melalui sifat jujur yang dimiliki tuan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani qs, kepala rampok dan anak buanya bertaubat dan masuk Islam.
Dari dua kisah tersebut di atas, menguatkan bahwa sikap jujur itu penting, bahwa melalui sikap jujur yang kita miliki, akan mendekatkan diri kepada surga-Nya Allah SWT. Melalui kejujuran, akan mampu merubah perilaku orang lain, dan melalui sikap jujur pula akan menjadi media dakwah yang efektif dan efisien. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW bersabda,
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَعُمَرَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari A'masy dari Syaqiq bin Salamah dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian bersikap jujur, karena kejujuran itu akan membawa pada kebaikan, sedangkan kebaikan akan membawa kepada surga. Tidaklah seorang bersikap jujur dan selalu berbuat jujur hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hendaklah kalian menjauhi sikap dusta, karena kedustaan itu akan membawa pada kekejian, sedangkan kekejian akan membawa kepada neraka. Dan tidaklah seorang berbuat dusta dan selalu berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta." Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar, Abdullah bin Asy Syikhkhir dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan Shahih. (Hr. Tirmidzi).
Sifat jujur (As-Shidiq) akan terlahir dari kebersihan hati. Sedangkan sifat bohong terlahir dari kekotoran hati. Bagaimana agar terwujud kebersihan hati? Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya segala sesuatu itu ada alat pembersihnya, dan pembersih hati adalah dengan memperbanyak zikir kepada Allah’’. Mari kita bersama miliki sifat jujur dan menghindari sifat dan kebiasaan bohong. Karena kebohongan akan sangat merugikan baik untuk diri sendiri maupun masyarakat secara luas.
Nana Suryana, Ketua Prodi PGMI IAILM/Ketua DPP LDTQN Pontren Suryalaya Tasikmalaya
Terpopuler
1
Haul ke-96 Eyang Santri, Ulama dan Negarawan dari Trah Mangkunegaran, Digelar di Puncak Gunung Salak
2
Doa Perjalanan Pulang Usai Menunaikan Ibadah Haji
3
Khutbah Jumat Singkat: Hikmah Dibalik Pelaksanaan Ibadah Haji dan Kurban di Bulan Dzulhijjah
4
Hari ke-42 Operasional Haji 2025, 235 Jamaah Dilaporkan Meninggal Dunia
5
Dari Hafal Alfiyah hingga Mendirikan Pesantren Cipasung, Keteladanan Abah Ruhiat Diharapkan Jadi Inspirasi
6
Inilah Daftar Kandidat sekaligus Nomor Urut Calon Ketua PKC dan Kopri PMII Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2027
Terkini
Lihat Semua