Ngalogat

Jejak Pemikiran Filsafat pada Sistematisasi Hadits-Hadits Eskatologis dalam Kitab Hadits Shahih Bukhari

Rabu, 30 Juli 2025 | 11:21 WIB

Jejak Pemikiran Filsafat pada Sistematisasi Hadits-Hadits Eskatologis dalam Kitab Hadits Shahih Bukhari

Kitab Shahih Bukhari, karya monumental Imam Bukhari dalam mendokumentasikan hadits-hadits Nabi Muhammad Saw. (Foto: istimewa)

Shahih Bukhari adalah karya monumental dalam mendokumentasikan hadits-hadits Nabi Muhammad Saw, dan dianggap sebagai karya yang paling representatif terkait kitab hadits Nabi. Seluruh kaum muslimin berhutang besar atas usaha dan jerih payah yang telah dilakukan Imam Bukhari, mengingat upaya menjaga orisinalitas hadits-hadits untuk sampai pada umat Islam sepanjang sejarah. 

 

Abu ʿAbdullah Muḥammad ibn Isma’il ibn Ibrahim al-Juʿf al-Bukhari merupakan tokoh terbesar dalam sejarah hadits, dan sudah banyak penelitian tentang tokoh ini. Lebih dikenal dengan sebutan Imam Bukhari, ahli hadits termasyhur, selain Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai, serta Ibnu Majah.

 

Sebagian kalangan menjulukinya Amirul Mukminin fil Hadits, pemimpin orang-orang yang beriman dalam ilmu hadits. Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya. 

 

Shahih Bukhari merupakan karya yang didalamnya merangkum pemikiran Imam Bukhari. Demikian juga sistematisasi yang digunakan dalam memosisikan hadits dan memberikan tema atas pengelompokkan hadits serta penjelasan Bukhari terhadap bab-bab tersebut.

 

Adapun eskatologi, itu salah satu tema yang berkembang dalam filsafat Islam dan merupakan bentuk pertemuan antara filsafat, kalam dan nash. Eskatologi berasal dari kata Escaton, yang secara harfiah dimaknai doktrin tentang akhir, sebuah doktrin yang membahas tentang keyakinan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup manusia, seperti kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, kebangkitan kembali, pangadilan akhir, surga-neraka dan sebagainya. Dalam istilah Islam, eskatologi dikenal dengan sebutan Ma’ad.

 

Menurut dosen Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Rosmaria Syafariah Widjayanti, dalam Shahih Bukhari ada banyak hadits yang dikumpulkan oleh Imam Bukhari tentang eskatologi. Menariknya, penyusunan dan juga klasifikasi hadits tersebut membentuk struktur seakan mengatasi persoalan dalam perdebatan eskatologis antara kalam dan filsafat, serta dalam hipotesa ada jejak filsafat pada penyusunan struktur tersebut.

 

Rosmaria Syafariah Widjayanti, yang bersama rekannya, Kholid Al Walid dan Muhammad Malik Fajar, tengah meneliti untuk menjawab apakah Imam Bukhari dalam penyusunan hadits-hadits eskatologis pada Sahih Bukhari itu membentuk satu struktur logis dan filosofis, serta bagian dari upaya menjawab persoalan eskatologis yang terjadi. Penelitian bertajuk “Teori Eskatologis dalam Kitab Hadits Shahih Bukhari (Jejak Pemikiran Filsafat pada Sistematisasi Hadits-Hadits Eskatologis).

 

“Penelitian ini juga untuk menjawab beberapa perkara seperti apakah Imam Bukhari secara khusus menyeleksi hadits-hadits eskatologis, struktur seperti apa yang dibangun olehnya ketika menyusun hadits-hadits eskatologis, lalu apakah dengan pola penyusunan tersebut dapat dibuktikan adanya jejak filsafat padanya,” ujarnya.

 

Penelitian ini bertujuan adanya pembuktian bahwa Imam Bukhari, sebagaimana ilmuwan muslim klasik lainnya, merupakan ilmuwan yang multi-ilmu. Kemudian menjawab tuduhan bahwa filsafat Islam adalah hal yang bertentangan dengan nash, serta memberikan satu cara pandang baru dalam melihat sosok Imam Bukhari dan kitab hadits shahihnya.

 

“Kajian eskatologi dalam Islam mencakup diskusi tentang kematian, kiamat, kebangkitan, pengadilan akhir, serta kehidupan setelah mati. Tema ini berakar pada ajaran Al Qur'an dan hadits, serta bersinggungan dengan filsafat Islam klasik. Penelitian terhadap Kitab Shahih Bukhari menjadi relevan mengingat peran Imam Bukhari dalam sistematisasi dan klasifikasi hadits, termasuk hadits-hadits eskatologis,” tutur Rosmaria Syafariah Widjayanti. 

 

Penelitian ini juga menyoroti bagaimana Imam Bukhari tidak hanya bertindak sebagai ahli hadits, tetapi menunjukkan metodologi yang sistematis dalam penyusunan karyanya.

 

Dalam ulasan literatur penelitian lainnya terkait Imam Bukhari, terungkap, penelitian oleh Misbah Binasdevi (2020) menganalisis metodologi Imam Bukhari dalam menentukan cacat sebuah hadits melalui karyanya, At-Tarikh Al-Kabir. Hasil kajian menunjukkan bahwa Imam Bukhari menggunakan metode deskriptif dengan menandai perawi yang cacat menggunakan lafaz-lafaz tertentu, seperti Laisa bi al-qawy (perawi itu dhaif) dan Munkar al-Hadits, yang menunjukkan ketelitian dan kehati-hatian dalam menilai keandalan perawi hadits.

 

Penelitian oleh Khairun Nisa Siregar (2024), menganalisis keistimewaan Kitab Shahih Bukhari melalui kajian metodologi yang diterapkan oleh Imam Bukhari dalam mengumpulkan dan menyusun hadits. Hasil kajian menunjukkan bahwa metode Imam Bukhari sangat ketat dan sistematis, meliputi seleksi sanad yang sahih, pemeriksaan karakter perawi, serta ketepatan matan hadis, sehingga menjadikan Shahih Bukhari sebagai salah satu karya paling otoritatif dalam literatur hadits.

 

“Ulasan literatur itu menunjukkan bahwa kajian terhadap metodologi Imam Bukhari dalam menyusun hadits-hadits eskatologis dapat memberikan wawasan baru tentang kontribusinya dalam pengembangan kajian eskatologi Islam. Penelitian ini berpotensi memperkaya pemahaman tentang bagaimana metodologi ketat dan sistematis Imam Bukhari dalam menyusun hadits dapat diaplikasikan pada tema-tema teologis spesifik seperti eskatologi,” jelas Rosmaria.

 

Jenis penelitian termasuk jenis kepustakaan, penelitian terhadap buku-buku yang ada kaitannya dengan judul yang diteliti. Karena kajiannya menyangkut seorang tokoh, maka kajiannya termasuk studi tokoh, yaitu kajian terhadap tokoh tertentu untuk mengetahui pemikirannya dalam masalah tertentu. 

 

Karenanya, pendekatan yang digunakan adalah deskriptif, merekonstruksi pemikiran seorang tokoh secara objektif. Sedangkan teknik analisisnya menggunakan hermeneutika-fenomenologi.

 

“Dalam penerapannya pada penelitian eskatologi Imam Bukhori, yang dilakukan adalah upaya pendeskripsian terhadap fakta-fakta yang diperoleh dari teks-teks yang berisi gagasan Imam Bukhori tentang eskatologi, dan melakukan persepsi terhadap terhadap makna-makna teks-teks tersebut dalam usaha untuk sedekat mungkin memahami gagasan dan struktur eskatologi Imam Bukhori,” kata Rosmaria.

 

Sementara itu, sumber penelitian dikelompokkan kepada primer dan sekunder. Sumber primer (utama) yakni Kitab Shahih al Bukhari. Adapun sumber sekunder adalah karya-karya Imam Bukhari lainnya dan karya-karya penulis lain tentang Imam Bukhari, serta karya-karya pemikir Islam  yang berkaitan dengan pembahasan eskatologi, baik dalam Bahasa Indonesia, Arab, maupun Inggris.

 

“Suatu  pemikiran fenomenologis sangat dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan yang dimiliki. Corak pemikiran, sekalipun hanya dalam struktur dan sistematisasi pengklasifikasian dan penyusunan struktur hadits-hadits, sangat dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan penulis atau penyusun sehingga dari situ dapat dibuktikan adanya jejak-jejak logis dan filosofis pada bangunan hadits eskatologis Imam Bukhari,” ungkap Rosmaria Syafariah Widjayanti. ***