• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 24 Juni 2024

Opini

Semut Saja Sabar dan Syukur Kepada Allah Swt

Semut Saja Sabar dan Syukur Kepada Allah Swt
Ilustrasi. (Foto: NU Online/freepik)
Ilustrasi. (Foto: NU Online/freepik)

Oleh Nana Suryana
Siapa yang tidak mengenal hewan yang satu ini. Ia selalu hadir di tempat-tempat yang ada gula dan manis. Saking familernya, kita sering mendengar peribahasa, ‘’ada gula ada semut’’, sebuah peribahasa yang penuh makna, peribahasa yang berarti ada orang kaya/banyak harta sering dikunjungi orang. Ada orang banyak ilmu akan dikunjungi banyak orang yang awam, dan lain sebagainya.


Dilansir dari laman Wikipedia semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera. Semut memiliki lebih dari 12.500 jenis (spesies), yang sebagian besar hidup di kawasan tropika. Sebagian besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut per koloni. 


Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut kadang kala disebut "superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan. 


Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif kecil, semut termasuk hewan terkuat di dunia. Semut jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari berat badannya sendiri, dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali dari berat badannya sendiri. 


Semut hanya tersaingi oleh kumbang badak yang mampu menopang beban dengan berat 850 kali berat badannya sendiri. Karena keunikannya, semut termasuk makhluk yang diabadikan Allah SWT dalam al-Quran dengan nama surat al-Naml (surat ke 27). 


Dari hewan kecil ini sejatinya ada banyak hal yang dapat kita ambil menjadi ibrah (pelajaran), satu diantaranya adalah sifat sabar dan syukur kepada Allah SWT. Dalam buku 99 kisah menakjubkan dalam al-Quran (Ridwan Abqory, 2007), dikisahkan ada seekor semut sedang berjalan tertatih-tatih dengan sebutir kurma yang cukup besar di punggungnya. Dengan penuh kesabaran sang semut terus berjalan perlahan-lahan agar bisa sampai ke tempat tujuan. 


Di tengah perjalanan, dia berpapasan dengan seorang yang mulia yakni Nabi Sulaiman As. yang memiliki kemampuan berbicara dengan binatang. ‘’Untuk apa kamu membawa-bawa kurma itu, wahai semut?’’ tanya Nabi Sulaiman. 


Kemudian sang semut berhenti menyeret kurmanya, lalu dia menjawab pertanyaan Nabi Sulaiman. ‘’Kurma ini diberikan Allah SWT untuk makanan ku selama satu tahun’’. Setelah mendengar pertanyaan sang semut, Nabi Sulaiman bergegas pergi. Hal ini membuat sang semut bingung dan heran. 


Tak lama kemudian Nabi Sulaiman datang kembali dengan sebuah botol kosong dan sebutir kurma yang sudah dibelah. Kemudian Nabi Sulaiman berkata, ‘’Tinggalah di botol ini, Aku akan memberi sepotong kurma untukmu. Tahun depan Aku akan kembali dengan sepotong kurma lagi untukmu’’. Semut menggangguk. Kemudian sang semut masuk ke dalam botol dan Nabi Sulaiman meletakkan sepotong kurma, dan Nabi Sulaiman pun pergi.


Hari demi hari silih berganti, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Semut berdiam di dalam botol tanpa pergi ke mana-mana. Yang menemani hanyalah sepotong kurma  yang menjadi persediaan makanannya sampai Nabi Sulaiman datang. Setahun terasa begitu lama dirasakan sang semut. Namun dengan sabar dia tetap di dalam botol. 


Tepat satu tahun, Nabi Sulaiman kembali menemui semut itu. Nabi Sulaiman sangat terkejut melihat sepotong  kurma yang dahulu ia tinggalkannya ternyata masih banyak tersisa. Kemudia dia bertanya, ‘’Mengapa kamu tidak menghabiskan kurmamu, wahai semut?’ Semut tersenyum, ‘’tentu saja, kurma itu tidak akan habis karena aku hanya mengisap sarinya. Kadang-kadang aku pun berpuasa sehingga kurma tetap awet’’.


Nabi Sulaiman bertanya lagi, ‘’mengapa engkau tidak memakan buahnya?’. Semut pun menjawab, ‘’Engkau bukan Tuhan sang pemberi rezeki. Oleh karena itu bagaimana aku yakin engkau akan kembali lagi setahun berikutnya untuk memberikan lagi sepotong kurma’’. 


Nabi Sulaiman tertegung mendengar jawaban sang semut. Beliau tidak percaya paya dilakukan dan dikatakan semut itu. Semut ternyata lebih mengerti arti sabar dan syukur kepada Allah SWT atas semua rezeki yang ia dapatkan selama ini. Dari situ beliau belajar tentang arti kesabaran dan rasa syukur. Nabi Sulaeman saja belajar sabar dan syukur semut. Bagaimana dengan kita?


Sabar dan Syukur dalam Islam  

Sabar dan syukur dalam Islam, merupakan sifat yang harus dimiliki setiap Muslim. Sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah. Untuk bisa sabar dibutuhkan kelapangan hati juga ketabahan, kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dilewati untuk bisa berada di jalan Allah. 


Kualitas diri seseorang akan terbentuk dari seberapa kuatnya seseorang untuk tetap bersabar. Semakin sabar seorang hamba maka akan semakin kuat dalam melewati setiap cobaan. Sabar sendiri maknanya sangat luas, tidak hanya menahan diri dari hal-hal yang tidak sesuai aturan Allah SWT, namun juga menahan diri dari nafsu, menahan diri saat di beri kelapangan maupun tatkala dihadapkan dalam situasi yang sempit (Putri Asriyani, 2022). 


Ali bin Abi Thalib RA, menjelaskan bahwa “kesabaran dan keimanan sangat berkaitan erat ibarat kepala dan tubuh. Jika kepala manusia sudah tidak ada, maka tubuhnya tidak akan berfungsi. Demikian pula apabila kesabaran hilang maka imanpun akan ikut hilang”. Sabar merupakan perintah Allah SWT. sebagaimana di jelaskan dalam surat Ali Imran: 200 yang artinya: 


‘’Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung’’ (QS. Ali Imron:200).


Menurut ulama ada tiga macam jenis sabar yang harus kita miliki. Pertama sabar dalam ketaatan, kedua sabar dalam menjauhi maksiat, dan ketiga sabar menerima takdir Allah. Secara bahasa syukur adalah berterima kasih. Ungkapan rasa terima kasih dan pengakuan atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah atau Tuhan Yang Maha Esa. 


Menurut sebagian ahli tafsir, syukur adalah memanfatkan segala pemberian Allah sesuai kehendak-Nya. Ada tiga bentuk syukur yaitu syukur dengan perbuatan yakni memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya. Syukur dengan lisan mengakui bahwa segala pemberian itu dari Allah SWT. Sedangkan yang ketiga syukur dengan hati. Syukur dengan hati adalah senantisa hati diisi dengan nama Allah SWT. 


Inilah yang dalam konsep tasawuf dan tarekat disebut zikir khofi (zikir yang tidak mengenal ruang dan waktu. Dalam sebuah hadits qudsy Allah SWT berfirman, “Jika seseorang berdzikir kepada Allah maka sejatinya dia sedang bersyukur kepada Allah. Jika dia lupa kepada Allah, maka sejatinya dia sedang kufur kepada Allah SWT”.  


Ketika kita menjadi orang yang pintar bersyukur, maka insya Allah rezeki dan nikmat akan ditambahkan Allah, sebaliknya jika kita kufur atas segala nikmat-Nya, Allah akan memberikan azab yang pedih. Allah SWT berfirman:


وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ


Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim:7). Wallahu’alam.


Penulis adalah Ketua Prodi PGMI IAILM Suryalaya Tasikmalaya


Editor:

Opini Terbaru