• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Berlomba Dalam Kebaikan

Berlomba Dalam Kebaikan
Berlomba Dalam Kebaikan. (Ilustrasi: NUJO/M. Iqbal).
Berlomba Dalam Kebaikan. (Ilustrasi: NUJO/M. Iqbal).

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu terikat dengan kehidupan kelompoknya. Manusia tidak mungkin hidup mengisolasi diri tanpa berinteraksi dengan manusia lainnya. Ia diibaratkan suatu huruf, yang tidak mungkin berarti dan tidak memiliki makna, apabila tidak dihubungkan dengan huruf-huruf lainnya.


Ajaran Islam mengarahkan umatnya, terutama bagi mereka yang mampu agar jangan hanya memikirkan dirinya sendiri atau keluarga dan golongannya saja. Mereka juga harus memperhatikan kepentingan dan keadaan orang lain. Dalam beberapa hadis Nabi SAW dijumpai berbagai celaan terhadap suatu keluarga muslim yang hidup bersenang-senang sementara tetangganya merintih karena kekurangan dan kesulitan.


Ayat-ayat al-Qur’an banyak sekali yang mendorong umat manusia agar senantiasa berlomba dalam berbuat kebajikan terhadap sesamanya dan terhadap makhluk lain, antara lain disebutkan:


وَلِكُلّٖ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ أَيۡنَ مَا تَكُونُواْ يَأۡتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ 


“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 148).


Ayat di atas memerintahkan setiap orang agar berlomba atau berkompetisi dalam mengerjakan kebaikan. Kata “al-Khair” dalam ayat di atas, sering dipakai al-Qur’an untuk menunjukkan suatu kebajikan, kata jamaknya ”al-Khairat”, kadang-kadang juga digunakan kata al-Birru,  keduanya memiliki makna yang serupa.


Kebijakan tidaklah terbatas pada ibadah atau amal yang bersifat religius saja. Sesungguhnya kebajikan adalah segala usaha, sikap dan tingkah laku yang mendatangkan manfaat baik bagi dirinya ataupun bagi masyarakat. Termasuk dalam kategori kebajikan, hal-hal yang amat kecil, kadang-kadang tidak ternilai atau tidak tampak kebaikannya, seperti membuang duri dari jalan, atau memberi tanda terhadap jalan yang berbahaya dan kebaikan-kebaikan kecil lainnya. Ia tampaknya kecil, tetapi sebetulnya adalah besar,  dan bermanfaat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari bahaya yang akan mengenainya.


Segala bentuk aktifitas berupa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, membiasakan perbuatan baik, mendatangkan kemashlahatan, berniat baik, berlaku ikhlas, berakhlak yang luhur dan perbuatan terpuji lainnya merupakan kebajikan yang selalu diperintahkan. Salah satu tujuan diutusnya para Nabi dan Rasul  dari masa ke masa, adalah untuk membimbing umat manusia, agar taat melaksanakan amal dan kebajikan.


Dalam al-Qur’an disebutkan:


وَجَعَلۡنَٰهُمۡ أَئِمَّةٗ يَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا وَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءَ ٱلزَّكَوٰةِۖ وَكَانُواْ لَنَا عَٰبِدِينَ 


“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah”. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 73).


Para Nabi dan Rasul telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengatasi rintangan dalam melaksanakan kebaikan dan membimbing umat manusia menuju jalan yang diridhai Allah s.w.t.. Dalam mengemban tugas yang luhur itu, dilakukan mereka dengan penuh ketabahan dan kesabaran, ikhlas tanpa pamrih, bahkan seringkali menghadapi berbagai tantangan. Berkali-kali mereka menghadapi resiko yang berat, menantang bahaya. Mereka bergumul dari satu kesulitan ke kesulitan yang lain, bahkan adakalanya mereka menderita dengan penderitaan yang berat. Semua itu dilakukan dalam rangka menyelamatkan umatnya dari kehinaan dan kehancuran.


Meski menghadapi berbagai rintangan dan tantangan yang amat berbahaya, para Nabi dan Rasul tidak pernah berputus asa. Sebaliknya mereka justru merasakan kepuasan dan kebahagiaan. Para Nabi dan Rasul telah memancarkan cahaya petunjuk yang terang benderang di tengah kegelapan dan kebodohan umat manusia, al-Qur’an menyebutkan:


إِنَّهُمۡ كَانُواْ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبٗا وَرَهَبٗاۖ وَكَانُواْ لَنَا خَٰشِعِينَ 


“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami”. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 89).


Kebajikan dan ketaatan pada kebenaran, bukan saja memperoleh balasan pahala di akhirat kelak, berupa kebahagian dan kenikmatan yang hakiki, tetapi juga membawa kebaikan yang semaksimal mungkin bagi para pelakunya dalam kehidupan ini. Selain itu, mereka juga memperoleh petunjuk untuk menyelesaikan berbagai kesulitan yang dihadapinya Allah berfirman:


يُؤۡتِي ٱلۡحِكۡمَةَ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُؤۡتَ ٱلۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ أُوتِيَ خَيۡرٗا كَثِيرٗاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 


"Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Quran dan al-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (Q.S. Al-Baqarah, 2: 269).


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru