• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Opini

Terlahir Kembali

Terlahir Kembali
Terlahir Kembali. (ilustrasi: NUO).
Terlahir Kembali. (ilustrasi: NUO).

Ada fenomena mutakhir, yang melanda semua agama: banyak yang kini tiba-tiba menemukan Tuhan dan kemudian serasa terlahir kembali di dunia ini. 


Ungkapan yang dulu biasa kita dengar selepas bulan Ramadan yaitu "bagai bayi yang tak berdosa" atau "kembali menjadi kertas putih" untuk menggambarkan kembalinya mereka pada fitrah kesucian diri. Kini kita dapati istilah senada yaitu "reborn", "born again" atau "spiritual rebirth". 


Mereka adalah orang yang dulunya jauh dari Tuhan, tidak mengenal Tuhan atau merupakan pelaku dosa yang kemudian mendapat semacam kesadaran dan pencerahan untuk menemukan kembali jalan Tuhan. 


Islam mengenal mereka para pelaku kemaksiatan yang melakukan taubat nasuha. Sampai di sini tentu baik-baik saja. Namun sebagian dari mereka itu melangkah lebih jauh. Mereka kemudian mengubah penampilannya menjadi sangat relijius. Dari satu titik ekstrem pindah ke titik ekstrem berikutnya. Yang tadinya berbaju minim, tiba-tiba sekarang menutup rapat tubuhnya, wajahnya dan dua telapak tangannya; yang tadinya berpenampilan funky, tiba-tiba sekarang memakai celana cingkrang dan memelihara janggut.


Tatapan matanya berubah menjadi kosong. Kalau dulu mereka merasa diri mereka tersesat, sekarang mereka merasa dunia ini yang sudah sesat. 


Kalau mereka dulu menyembah dunia, sekarang mereka menjauh dari dunia. Timbul pula keinginan untuk berdakwah menyebarkan suka cita berita akan kelahiran kembali mereka. Sebagian dari mereka melangkah lebih jauh mendadak jadi ustadz atau ustadzah yang tidak hanya bercerita proses pertobatan mereka tapi juga sudah mulai memasuki wilayah problematika fiqh yang mereka sama sekali tidak punya pemahaman dasar soal itu. 


Minimnya ilmu dan dibarengi dengan semangat dakwah yang meluap membuat para "bayi-bayi" yang terlahir kembali ini merasa diri mereka sudah suci dan kemudian mulai menghakimi sikap dan ibadah orang lain. 


Mereka hendak mendekati Tuhan dengan cara menjauhi manusia yang mereka anggap sudah tersesat seperti mereka dulu. Sedikit-sedikit haram. Semua ibadah sunnah mau diborong tuntas. Lambat laun mereka ternyata bukan kembali ke fitrah, mereka mengalami fitnah (ujian) tahap kedua. Dari kotor menjadi suci; dan kini dari suci menjadi memandang orang lain kotor. 


Sebaik-baik urusan adalah yang dipertengahan. Begitu sabda Rasul yang Mulia. Kami membuat kalian sebagai umat yang tengah-tengah. Begitu firman Allah Swt. 


Watawashaw bil haq watawashaw bis shabr dan juga watawashaw bil marhamah. Bahkan di saat kita saling berwasiat akan kebenaran pun kita harus melakukannya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Merasa benar saja tidak cukup. Kita harus pula bersabar. Itupun harus tetap dibarengi dengan kasih sayang. 


Inilah ciri agama Islam yang disebut sebagai al-hanifiyah al-samhah. Agama yang lurus dan mudah. Lurus tauhidnya. Mudah syariatnya. Lurus jalannya. Mudah menjalaninya.


“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu kesempitan." (al-Hajj: 78). 


Yang merasa sempit, akan terasa sesak. Yang merasa lapang, akan terasa mudah. Makanya kalau mau sholat jangan pakai celana yg kesempitan, pakailah sarung; jangan pakai baju yang kesempitan, pakailah mukena. Enakkan.


“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (al-Baqarah: 286). Yang hidup dan ibadahnya merasa terbebani melebihi kemampuannya akan mengalami kepayahan. Namun yang menjalani hidup dan ibadah dengan tahu batas, tahu ukuran dan tahu beban akan sanggup menjalaninya dengan penuh sabar dan rasa syukur. 


Mereka yang menemukan kembali Tuhan dan merasa terlahir kembali menjadi bayi yang suci bersih, jalanilah hidup dengan kesabaran, kelemah-lembutan, kasih sayang, serta lucu dan menggemaskan. 


Jangan masih "bayi" sudah mau ceramah dan menuding orang lain salah dan sesat yah. Itu sih namanya lugu dan mengenaskan!.


Nadirsyah HosenRais Syuriah PCINU Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School


Opini Terbaru