Indonesia di Tengah Pertarungan Dagang AS-China: Siapa Untung, Siapa Tersingkir?
Sabtu, 19 Juli 2025 | 12:11 WIB

Indonesia di Tengah Pertarungan Dagang AS-China: Siapa Untung, Siapa Tersingkir? (Ilustrasi: NU Online Jabar/Rizqy).
Eko Setiobudi
Kolomnis
Setelah melalui proses negosiasi panjang, pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) pada akhirnya mencapai sebuah kesepakatan dalam bidang tarif perdagangan antar kedua negara. Kesepakatan itu dicapai setelah Presiden RI Prabowo Subianto berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui sambungan telepon. Dan kesepakatan ini akan berlaku secara efektif terhitung tanggal 1 Agustus 2025.
Kesepakatan ini sekaligus menandai kesepakatan akhir antara Indonesia-AS dimana diketahui bahwa sebelumnya, Pemerintah Indonesia secara intens telah melakukan serangkaian negosiasi terkait tarif ini. Dimana pada April 2025 lalu, pemerintah Indonesia sudah mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan tim untuk melakukan negosiasi kepada Pemerintah AS dan bertemu dengan sejumlah perwakilan Pemerintah AS.
Presiden AS Donald Trump menyampaikan hasil pembicaraannya bahwa pemerintah AS akan mengenakan tarif impor dari Indonesia sebesar 19 persen, atau turun dari tarif yang sebelumnya sudah ditetapkan, yakni sebesar 32 persen. Selain itu, tarif impor Indonesia dari AS dikenakan tarif sebesar nol persen. Kesepatan lain yang disepakati adalah, pemerintah Indonesia juga akan membeli produk energi dari AS senilai 15 miliar dollar AS, produk pertanian asal Amerika Serikat senilai 4,5 miliar dollar AS, dan 50 pesawat produk Boeing jenis Boeing 777.
Peluang Indonesia Sebagai Pemain Utama
Kesepakatan ini sontak menimbulkan reaksi beragam di dalam negeri. Pasalnya pengenaan tarif nol persen terhadap komoditas impor dari AS dianggap menjadi kesepakatan yang timpang dan menguntungkan pihak AS. Meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara lain khususnya di ASEAN, Indonesia memiliki tarif yang paling rendah.
Diketahui bahwa AS mengenakan tarif impor dari Vietnam sebesar 20%, Fipiphina 20%, Kamboja 36%, Laos 40%, Myanmar 40%, Brunei 25%, Singapura 25%, Malaysia 25%, Thailand 36% dan terendah Indonesia yakni sebesar 25%.
Dengan tarif terendah ini, dipastikan bahwa produk-produk Indonesia akan cukup kompetitif untuk pasar AS dengan jumlah penduduk sekitar 340 juta jiwa. Dengan tarif yang rendah yaknis sebesar 19 persen, bisa menjadi jaminan produk Indoensia untuk lebih kompetitif bahkan bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pemain utama ats beragam komuditas di pasar AS.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, AS adalah negara dengan tujuan eksport terbesar kedua setellah China, yakni mencapai US$26,31 miliar, di masih di jauh di bawah China yang mencapai US$62,44 miliar.
Selain itu, sampai dengan periode Januari – Mei 2025, nilai ekspor Indonesia ke AS untuk komoditas nonmigas mencapai 12,11 miliar dollar AS atau sekitar Rp 193 triliun. Dengan komoditas utama di antaranya, merupakan produk ritel, seperti produk alas kaki (HS 64) dengan nilai ekspor 1,08 miliar dollar AS atau 8,94 persen dari total ekspor non migas ke AS. Selain itu, ekspor pakaian dan aksesorinya (rajutan) senilai 1,02 miliar dollar AS atau 8,45 persen dari total ekspor non migas ke AS.
Dengan tarif sebesar 19 persen, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pemain utama bagi pasar dalam negeri AS, jika dibandingkan dengan produk-produk dari negara lain yang memang Trump mengenakan tarif yang jauh lebih tinggi.
Pertarungan AS-China di Indonesia
Pengenaan tarif impor dari AS sebesar nol persen, dalam perjanjian dagang RI-AS dipastikan akan mendorong peningkatan ekspor produk-produk AS di Indonesia, baik produk atas komoditas ritel khususnya mode premium fasion, produk pertanian, barang modal dan barang antara (intermediate goods).
Selain itu, tarif nol persen juga akan membukan peluang Indonesia untuk mengimport produk-produk berbasis tekhnologi tinggi, mesin-mesin produksi, peralatan investasi, produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta produk bernilai tambah tinggi lainnya dengan harga yang lebih kompetitif.
Berdasarkan Kementerian Perdagangan RI total nilai perdagangan Indonesia-AS pada tahun 2024 mencapai sekitar 38,6 miliar dollar AS, dengan nilai eksport sebesar 26,6 miliar dollar AS dan impor sebesar 12 miliah dollar AS. Artinya Indonesia mengalami masih mengalami surplus neraca perdagangan sekitar 14,6 miliar dollar AS.
Sementara total nilai perdagangan Indonesia-China pada tahun 2024 mencapai sekitar 136,5 miliar dollar AS, dengan nilai eksport sebesar 62,7 miliar dollar AS dan impor sebesar 73,9 miliah dollar AS. Artinya Indonesia mengalami masih mengalami defisit neraca perdagangan sebesar 11 miliar dollar AS.
Jika kita menyimak data perbandingan neraca perdagangan antara Indonesia-AS dan Indonesia-China, bukan tidak mungkin pengenaan tarif impor sebesar nol persen, akan mendorong sengitnya persaingan produk-produk China dan AS di Indonesia. Pasalnya dengan pengenaan tarif sebesar nol persen terhadap produk dan komoditas AS di pasar Indonesia akan berdampak banjirnya produk-produk AS di Indonesia tentunya dengan harga yang lebih kompetitif dan murah.
Kompetisi dengan produk dan komuditas yang berasal dari China menjadi tidak terhindarkan, apalagi produk dan komoditas yang berasal dari China selama ini dikenal dengan produk dengan harga murah sehingga cukup dominan membanjiri pasar dalam negeri Indonesia.
Dengan demikian, Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 280 juta memang menjadi pasar yang sangat mengiurkan bagi negara-negara lain, tanpa terkecuali adalah AS dan China. Jika selama ini China banyak menjadi pemain utama di pasar Indonesia, maka dalam beberapa tahun ke depan bukan tidak mungkin dominasi China di Indonesia akan tergeser oleh AS. Meskipun demikian, para industry dan produsen yang berasa dari China juga tidak akan tinggal diam, mereka tentunya akan berusaha menekan biasa produksi agar lebih kompetitif di pasar Indonesia, ditengan produk dan komuditas AS yang mendapatkan previlage dengan pengenaan tarif sebesar nol persen.
Di tengah prediksi pertarungan dan komopetisi produk dan komuditas asal AS dengan China di pasar Indonesia, tentunya akan berdampak langsung terhadap produk-produk dalam negeri yang dijual di pasar dalam negeri. Kompetisi produk yang berasal dari dua negara raksasa (AS-China) dipasar Indonesia berpotensi menekan pasar produk dalam negeri Indonesia sendiri. Sehingga bisa dipastikan bahwa produk dalam negeri akan cukup sulit untuk bisa bersaing dengan produk dan komoditas yang berasal dari dua negara tersebut.
Hal ini tentunya harus menjadi perhatian serius pemerintah, untuk tetap menjaga daya saing produk dalam negeri di pasar Indonesia sendiri. Beragam kebijakan idealnya segera dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi industry dan para pelaku usaha dalam negeri, yang semuanya berorientasi untuk menekan biaya produksi dan menjaga daya saing di pasar dalam negeri.
Beberapa kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah penurunan suku Bunga kredit investasi dan modal kerja, relaksasi pajak, menurunkan biaya logistic, menurunkan biaya bahan baku local, dan lain sebagainya. Intinya, jika pemerintah Indonesia bisa memberikan privilage tarif sebesar nol persen atas komoditas dan produk AS, maka idealnya pemerintah Indonesia juga bisa memberikan previlage terhadap komoditas dan produk-produk Indonesia yang di jual di pasar dalam negeri. Hal ini menjadi urgen untuk menjaga daya saing dan melakukan perlindungan terhadap industri lokal dan para pengusaha nasional.
Dr Eko Setiobudi, SE, ME, Dosen Ekonomi dan Ketua Tanfidziyah Ranting NU Desa Limusnunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Ilmu dan Amal, Dua Pilar Meraih Keberkahan Hidup di Dunia dan Akhirat
2
Ceramah di Cianjur, KH Zulfa Mustofa: NU Tidak Butuh Orang Banyak Bicara, Tapi Orang yang Mau Bekerja
3
Uji Petik Juklak Dana Penanggulangan Bencana Digelar di Bogor
4
Jens Raven Cetak 6 Gol, Timnas Indonesia U-23 Libas Brunei 8-0 di Laga Perdana Piala ASEAN U-23 Championship 2025
5
Bertempat di Pesantren Darussalam 2 Afiah, Puluhan Peserta Ikuti Lakmud IPNU-IPPNU Ciamis
6
Mas Imam Aziz, Mentor yang Sabar dan Percaya
Terkini
Lihat Semua