• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Opini

Hijrah dan Kemerdekaan

Hijrah dan Kemerdekaan
Ilustrasi (NU ONline)
Ilustrasi (NU ONline)

Oleh Rudi Sirojudin Abas
                
Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.
 

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS al-Baqarah [2]: 218).

Ayat di atas mengisyaratkan kepada kita, bahwa rahmat Allah begitu dekat dengan orang beriman. Rahmat Allah akan datang pada setiap orang, manakala dalam dirinya telah tertanam keinginan untuk mengorbankan harta benda, jiwa maupun raga yang dimilikinya demi kepentingan hijrah dan jihad di jalan Allah SWT.

Dari segi bahasa, jihad berasal dari kosakata Arab, jahada-yujahidu-jihadan-wa mujahadah yang memiliki makna keseriusan dan kesungguh-sungguhan dalam melakukan sebuah tindakan, baik secara fisik maupun material. 

Dalam terminologi Islam, jihad tidak diartikan sebagai kegiatan memanggul senjata menuju medan pertempuran saja. Tetapi lebih dari pada itu, jihad merupakan upaya pencurahan tenaga, fisik, maupun mental dalam mengimplementasikan pesan-pesan Tuhan di muka bumi guna mengakurasikan tugas manusia sebagai pemakmur (khalifah) kehidupan. Termasuk di dalamnya, berjuang dalam meraih kemerdekaan dari berbagai bentuk penindasan dan penjajahan yang ada.

Sejarah mencatat, titik tolak kemenangan Islam diperoleh semenjak Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makah ke Madinah. Hijrah adalah titik balik perjuangan Nabi SAW bersama para sahabat. 

Bila di Makah, selama 13 tahun, beliau hanya berhasil menanamkan iman kepada Allah dan mendidik akhlak pribadi-pribadi para sahabat yang jumlahnya tidak terlalu besar. Maka setelah hijrah ke Madinah, jumlah orang-orang yang beriman semakin bertambah. Dan Nabi SAW juga berhasil membentuk kota Madinah menjadi sebuah kota yang mutamaddin (sivil society), yaitu sebuah kota yang memiliki peradaban yang dibangun oleh masyarakat yang mempunyai keinginan untuk membangun, menjalani, serta memaknai kehidupan yang didasarkan pada kepatuhan dan kesepakatan atas norma dan aturan bersama tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras, maupun golongan.

Pada saat itu, Rasulullah SAW mampu mengikat berbagai perbedaan ke dalam satu ikatan kepentingan bersama melalui Piagam Madinah. Yakni menjadikan kaum pendatang, Quraisy (Muhajirin), penduduk lokal, suku Aus dan Khazraj (Anshar), Bani Quraidlah serta Bani Nadhir, yang beragama Islam, Yahudi, maupun Nasrani, menjadi satu umat yang beradab, yang berperaturan, yang berkualitas, yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam menjunjung tinggi kesetaraan dan keadilan atas nama satu negara, yaitu negara Madinah.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW kemudian dijadikan permulaan awal tahun Islam oleh khalifah Umar bin Khatab. Sebab dalam pandangan beliau, hijrah merupakan peristiwa membalikan keseluruhan perjuangan Nabi SAW dalam menegakkan kebenaran, agama, serta kemerdekaan umat manusia.

Pada Agustus tahun ini, peringatan tahun baru Islam (Hijriah) diperingati hanya selang satu minggu dengan peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-76. Lantas pertanyaannya, apakah memang saat ini kita sudah merdeka? 

Sesungguhnya kemerdekaan yang hakiki adalah manakala dalam diri kita telah tertanam kesadaran untuk simpati dan empati atas penderitaan orang lain. Terlebih di saat pandemi Covid-19 ini, banyak orang yang kehilangan pekerjaan sehari-harinya dan banyak anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan nyawa orang tuanya. 

Oleh sebab itu, saat ini merupakan saat yang paling tepat bagi kita untuk saling membantu, meringankan, serta menghilangkan penderitaan sesama manusia. Karena salah satunya dengan hal seperti itulah kita akan menjadi orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman: 

لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ.

Artinya: “Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,  orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-rang yang bertakwa." (QS al-Baqarah [2]: 177). 

Selamat tahun baru 1443 Hijriah dan dirgahayu untuk republik Indonesia yang ke-76. Wassalam.

Penulis adalah seorang peneliti kelahiran Garut
 


Opini Terbaru