• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Paradoks Agama

Paradoks Agama
Paradoks Agama
Paradoks Agama

Suatu hari, pada masa lalu (aku lupa kapan) aku diundang untuk bicara memberi respon atas buku : "Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai", karya Goenawan Mohamad, budayawan terkemuka Indonesia itu. Aku senang sekaligus gamang. Senang karena ini kesempatan baik dan suatu kehormatan. Gamang karena buku itu tampak begitu berat. Buku ini merupakan himpunan sekitar 90 essay GM. Isinya penuh dengan isu-isu kemanusiaan yang pelik, menukik dan tak pernah selesai, yang dituturkan dengan gaya khas Goenawan sebagaimana pada catatan pinggirnya.


Aku membaca buku itu dengan penuh gairah. Ada banyak hal yang menarik dan mencerahkan. Ada sebuah pernyataan Goenawan yang sangat mengesankan dan aku kira benar adanya dan masih amat relevan untuk saat ini. Katanya :


"Tuhan tak bisa ditolak dan agama bertambah penting dalam hidup orang banyak, memberi kekuatan, menerangi jalan, tapi juga kadang membingungkan dan menakutkan".


Fenomena hari ini di sini dan mungkin di banyak tempat di dunia memperlihatkan situasi paradox itu. Ada orang-orang yang menjadikan agama dan Tuhan sebagai tempat menaruh pengharapan akan kasih sayang, membuat diri jadi damai dan membebaskan diri dari kegalauan hidup. Tetapi ada orang-orang yang menjadikan agama dan Tuhan sebagai senjata ampuh untuk menakut-nakuti, menyakiti dan menghukum orang lain yang tak disukai.


Hari-hari ini di banyak tempat kita banyak menemukan orang-orang yang tampil dengan assesoris dan performa tokoh agama yang rajin ibadah, atau orang-orang yang memberikan kesan saleh/salehah, tetapi bicara dan ekspresi-ekspresinya melukai hati hamba-hamba Allah dan gemar sekali menyebarkan kebencian kepada orang lain dan menyalahkan bahkan mengkafirkan hanya karena berbeda pandangan dengan cara pandang keagamaan dirinya.


Nabi Muhammad acap mengalami hal ini. Dan beliau tak membalasnya. Beliau hanya mengatakan/mendoakan:


اللهم اهد قومى فانهم لا يعلمون.


Semoga Allah menganugerahi mereka pengetahuan. Karena mereka sesungguhnya tidak mengerti.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru