• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

KOLOM KH IMAM NAKHA'I

Ulama Tanpa Dalil

Ulama Tanpa Dalil
Ulama Tanpa Dalil
Ulama Tanpa Dalil

Umumnya ulama identik dengan kemampuannya menemukan dalil memahami dan menafsirkannya. Pertanyaan "mana dalilnya", sering kali dinyatakan sebagai alat bukti keulamaan seorang. Semakin pandai berdalil semakin diyakini keulamaannya. 


Namun, ternyata menurut Ibnu Arabi, ulama yang masih suka berdalil itu ulama yang masih "amatiran", dalam bahasa Gus Dur.


Ulama yang menggunakan dalil untuk mencari kebenaran, sama halnya dengan orang yang membaca tanda jalan, melihat google maps, atau menggunakan peta untuk menemukan rumah yang dituju. Hasilnya bisa jadi tanda jalan atau google maps itu menipunya, akhirnya bukan hanya tidak menemukan rumah yang dituju, apalagi  isi rumah itu, yang terjadi justru tersesat jalan masuk sungai atau kuburan. Ulama yang seperti ini ia bisa saja sampai kerumah itu, namun hanya mengetahui bagian luar dinding, atau hanya ruang tamu depan.


Ulama yang yang tidak butuh dalil-ayat (tanda) penunjuk jalan, adalah bagaikan seorang yang telah mengenal pemilik rumah dengan baik, seraya ia secara langsung bisa mengontak, berkomunikasi, bertanya langsung kepada pemilik rumah, dimana rumahnya berada, dan bukan hanya ditunjukkan oleh pemilik rumah, melainkan dijemputnya, dibawa masuk kedalam rumah dan dikenalkan seisi rumah. Ia tidak butuh dalil, melainkan langsung diantarkan oleh pemilik rumah, diajak masuk kedalam rumah dan dikenalkan seluruh isinya.


Ulama seperti ini, tidak butuh dalil, ia telah mengenal pemilik dalil, ia telah mengenal madlul nya (yang didalili) tanpa melalui dalil, karena madlul sendiri yang mengenalkan dirinya. Inilah ulama yang paling top. Tidak perlu bertanya "mana dalilnya".


Dalam konteks inilah Ibnu Arabi dalam kitabnya Al Futuhat Al Makkiyah menyatakan; Ulama itu hanya ada empat tipe, tidak ada yang kelima. Pertama; Ulama yang mengambil ilmu melalui Allah, dari Allah tanpa dalil, dan tidak ada kesangsian terhadap bagian terdalam ilmu itu. Kedua; Ulama yang mengambil ilmu melalui dalil, dan ada kesangsian terhadap bagian terdalamnya. Ketiga ; Ulama Ulama yang mendalam dalam keilmuan. Kedalam ilmu mereka ini digunakan untuk umat manusia. Keempat, Ibnu Arabi menyebutnya Ahlu Al jam'i wa Al wujud dan sangat menguasai keilmuannya.


Ulama yang pertama adalah ulama yang telah menikmati keilmuannya, yang kedua ulama yang mendapatkan cahaya Allah, ulama ketiga ulama yang mengenali rahasia,  ilmu yang tersembunyi di sisiNya, dan yang teguh kokoh dengan pengetahuannya. Sedang yang keempat adalah ulama yang mengenali seluruh seluk beluk ilmu Allah, mengenal rahasia Allah. Keempat tipe ulama inilah yang disebut "innama yakhsyallahu min ibadihi Al ulama'u"- hanya ulama yang merasakan khasyah kepada Allah.


Ulama di luar kategori di atas, ya itu hakikatnya makhluk Allah juga sama dengan makhluk Allah lainnya, bukan ulama yang sesungguhnya. Wallahu A'lam.


KH Imam Nakha'i, salah seorang Wakil Ketua LBM PBNU


Opini Terbaru