Pentingnya Memilih Pasangan Berakhlak Baik, Ini Pesan Imam Al-Ghazali
Jumat, 25 Juli 2025 | 18:47 WIB
Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya peran pasangan dalam menunjang kehidupan beragama seseorang. Menurutnya, pasangan bukan sekadar teman hidup, tetapi juga mitra dalam menjalani dan menguatkan praktik keagamaan sehari-hari. Karena itu, karakter pasangan hidup harus menjadi perhatian utama.
Dalam karya monumentalnya Ihya Ulumiddin, Imam Al-Ghazali menganjurkan agar seseorang memilih pasangan yang memiliki akhlak terpuji. Ia menilai, akhlak yang baik merupakan fondasi penting dalam kehidupan beragama dan sosial.
الثانية حسن الخلق وذلك أصل مهم في طلب الفراغة والاستعانة على الدين فإنها إذا كانت سليطة بذية اللسان سيئة الخلق كافرة للنعم كان الضرر منها أكثر من النفع
Artinya: “Akhlak yang baik. Ini merupakan dasar penting untuk mencari kelapangan waktu dan membantu pengamalan agama. Jika pasangan berlidah tajam dan suka mengomel, suka berkata kotor dan keji, berakhlak buruk, suka mengingkari nikmat, maka mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2015 M], juz II, halaman 44).
Akhlak terpuji pasangan menurut Al-Ghazali akan membawa maslahat besar dalam kehidupan, terutama dalam penguatan nilai-nilai keagamaan. Sebaliknya, pasangan dengan akhlak tercela bisa menjadi sumber kerusakan dan hambatan dalam kehidupan spiritual.
Akhlak yang dimaksud bukan hanya sikap lahiriah, tetapi juga kepribadian yang sudah mengakar dalam jiwa seseorang, yang secara spontan tercermin dalam respons dan tindakan sehari-hari. Imam Az-Zabidi dalam syarah Ihya Ulumiddin menjelaskan konsep akhlak sebagai berikut:
بضم الخاء واللام هيئة للنفس راسخة تصدر عنها الأفعال فيصير من غير حاجة إلى فكر وروية فإذا كانت الهيئة مما يصدر عنها الأفعال الجميلة عقلا وشرعا بسهولة سميت الهيئة خلقا حسنا وهو المراد هنا
Artinya: “Kata (khuluq) dengan dhammah pada huruf kha dan lam, yaitu bentuk atau rupa dalam diri seseorang dan teguh mengakar, darinya lahir tindakan lahiriah yang bersifat spontan tanpa pikir dan pertimbangan. Jika perbuatan seseorang yang dilakukan dengan mudah itu bagus menurut syara’ dan akal sehat, maka bentuk dan rupa dalam dirinya disebut akhlak yang baik. Ini akhlak yang dimaksud di bab ini,” (Imam Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin bi Syarhi Ihya Ulumiddin, [Beirut, Muassastut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz V, halaman 341).
Karena itu, memilih pasangan yang berakhlak baik sangat penting. Bukan hanya sebagai teman hidup, tetapi juga sebagai penopang dalam menjalani kehidupan beragama. Namun, jika sudah terlanjur menjalin rumah tangga dengan pasangan yang berakhlak buruk, Imam Al-Ghazali menyarankan untuk bersabar dalam menjalaninya.
Tulisan ini dikutip dari artikel Alhafiz Kurniawan, sebagaimana dimuat di NU Online.
Terpopuler
1
Hilal Terlihat, LF PBNU Umumkan Awal Shafar 1447 H Jatuh pada Sabtu 26 Juli 2025
2
Pesantren Babakan Ciwaringin Angkat Suara, Soroti Sejumlah Kebijakan Dedi Mulyadi
3
Peluncuran Koperasi Merah Putih: Solusi Nyata atau Sekadar Simbol Pembangunan?
4
NU Care LAZISNU dan Fatayat NU Kedokanbunder Jalin Silaturahmi ke Radar Indramayu
5
Ratusan Jamaah Padati Masjid PWNU, Ikuti Gelaran Halaqah JATMAN Jawa Barat
6
Sambangi PWNU Jabar, PCNU Cianjur Bahas Penguatan Kelembagaan hingga Program Keumatan
Terkini
Lihat Semua