• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

Kolom KH Zakky Mubarak

Manfaatkan Kesempatan Pertama

Manfaatkan Kesempatan Pertama
(Ilustrasi: NUO)
(Ilustrasi: NUO)

Oleh: KH Zakky Mubarak
Dalam mengarungi kehidupan sehari-hari, kita sering menangguhkan suatu pekerjaan atau kegiatan yang sebetulnya bisa diselesaikan secepatnya, padahal kita sering menyarankan orang lain dengan suatu perkataan yang sangat bagus :

 

لاَ تُؤَخِّرْ عَمَلَكَ إِلَى اْلغَدِ مَا تَقْدِرُ أَنْ تَعْمَلَهُ اْليَوْمَ

 

“Janganlah kamu tangguhkan pekerjaanmu sampai esok, selama kamu masih bisa menyelesaikannya hari ini”. 

 

Kebiasaan menangguhkan suatu pekerjaan, merupakan prilaku yang buruk menurut ajaran agama, karena hal itu akan menyulitkan dan menjadikan manusia tidak produktif. 
Dalam suatu hadits Rasulullah Muhammad SAW bersabda : 

 

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُونَ إِلَّا فَقْرًا مُنْسِيًا أَوْ غِنًى مُطْغِيًا أَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا أَوْ هَرَمًا مُفَنِّدًا أَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا أَوْ الدَّجَّالَ فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ أَوْ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ (رواه الترمذي)

 

“Segeralah berbuat (beramal) sebelum datangnya tujuh macam yaitu : (1) Datangnya kemiskinan yang melalaikan, (2) kekayaan yang menyombongkan, (3) penyakit yang merusak, (4) tua yang melemahkan, (5) mati yang menghabisi segalanya, (6) datangnya Dajjal atau (7) kiamat yang memberatkan”. (H.R. Tirmidzi, No: 2306).

 

Sabda Nabi di atas mengarahkan kita agar menyegerakan segala aktivitas dan kegiatan yang bisa dilakukan, tidak boleh melalaikan dan menangguhkannya. Kita harus memanfaatkan masa jaya, waktu memiliki kekayaan untuk segera berbuat kebaikan, beramal, berinfak dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi masyarakat. 

 

Masa kejayaan tidak boleh berlalu begitu saja dengan sia-sia, sampai kemudian datang kemiskinan yang mengakibatkan tidak bisa berbuat apa-apa. Bisa juga kita terbelenggu dalam kekayaan yang menyombongkan. Maksudnya seseorang bisa bersikap angkuh dan congkak karena ia memiliki kekayaan yang berlimpah. Padahal dulunya dia adalah seorang yang baik dan rendah hati. Dalam hal ini kita harus berusaha, agar tidak menjadi orang kaya yang sombong, tetapi menjadi orang kaya yang penyantun.

 

Kita harus memanfaatkan kesempatan pada waktu sehat, sebelum datangnya penyakit yang merusak. Bila tidak melakukan hal itu, kita akan menyesal selama-lamanya. Bisa dibayangkan, apa yang bisa dilakukan seseorang pada saat ia telah jatuh sakit yang sangat payah dan menyulitkan. Penyesalan-penyesalan akan diderita orang seperti ini, karena ia mengabaikan masa sehatnya. Manfaatkan kesempatan sebaik-baiknya sebelum datangnya penyakit tua yang membuat orang menjadi pikun. Ia tidak lagi mengenali dirinya, betapapun memiliki ilmu yang banyak, ia tidak lagi menyadarinya, sehingga kembali menjadi orang yang tidak mengetahui sesuatu, padahal dulunya mengetahui segala sesuatu.

 

Memanfaatkan hari-hari yang kita miliki untuk melakukan kebaikan dan karya-karya yang bermanfaat bagi sesamanya. Jangan menunggu kesulitan lain yang sangat memberatkan yang digambarkan dengan datangnya Dajjal sebagai alamat dari datangnya hari kiamat. Kita harus memanfaatkan segala potensi sebelum datangnya hari kiamat, baik kiamat shugra maupun kiamat kubra. Kiamat shugra adalah kiamat yang terjadi pada saat seseorang meninggal dunia. Disebut kiamat shugra karena orang yang sudah meninggal tidak bisa beramal lagi. Sedangkan kiamat kubra adalah saat kehancuran secara total seluruh alam semesta dengan segala isinya.
Abdullah bin Umar bin Khattab yang dikenal dengan sebutan Ibnu Umar, meriwayatkan bahwa beliau pernah dipanggil Rasulullah dan beliau memegang pundaknya sambil bersabda : 

 

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ (رواه البخاري)

 

“Jadilah engkau di dunia ini sebagai orang yang asing, atau sebagai orang yang lewat jalan”. (H.R. Bukhari, No: 6416). 

 

Maksud dari istilah orang asing di dunia ini agar ia menyadari bahwa manusia itu tidak selamanya hidup di dunia. Di dunia ini ia sebagai musafir saja, dia pasti akan kembali ke tempat yang sebenarnya yaitu akhirat. Oleh karena itu kita harus menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menjalani kehidupan akhirat yang abadi, dengan meningkatkan iman dan amal shaleh. Digambarkan dalam hadis di atas bahwa manusia di dunia hanya sebagai orang yang lewat jalan, dia tidak akan selamanya dalam perjalanan tetapi pasti akan kembali ke rumah tinggalnya. Rumah tinggal yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat, itulah “Rumah Masa Depan”.

 

Menanggapi wasiat Nabi tersebut, Ibnu Umar berpesan kepada sahabat yang lain : 

 

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ (رواه البخاري)

”Apabila anda berada di waktu pagi, maka beramallah sebanyak-banyaknya, jangan menunggu waktu sore. Bila anda berada di waktu sore maka berbuatlah semaksimal mungkin yang bisa kamu kerjakan, jangan menunggu waktu pagi. Pergunakanlah kesempatan masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu dan pergunakanlah masa hidupmu untuk mempersiapkan bekal bagi kematianmu”. (H.R. Bukhari, No: 6416).

 

Sebagai manusia muslim, tidak layak menangguhkan perbuatan yang baik dan taat kepada Allah, al-Qur’an yang mulia memperingatkan kita :

 

۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ  

 

 “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasiq”. (Q.S. al-Hadid, 57 : 16).

 

Dari uraian di atas kita dapat mengambil pelajaran dengan mudah, bahwa setiap orang muslim tidak diperkenankan untuk mengabaikan kesempatan yang baik. Oleh karena itu gunakanlah kesempatan-kesempatan yang ada, dan yang terbaik kita harus “memanfaatkan kesempatan yang pertama”.

 

Penulis merupakan salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru