• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Hikmah

Kisah Abu Hafshin al-Haddad yang Tergila-gila Pada Gadis Pelayan 

Kisah Abu Hafshin al-Haddad yang Tergila-gila Pada Gadis Pelayan 
(Ilustrasi/NU Online)
(Ilustrasi/NU Online)

Abu Hafshin Amr bin Salam al-Haddad adalah seorang pandai besi yang tinggal di kota Nishapur. Ketika remaja, ia jatuh cinta kepada seorang gadis pelayan. Ia sampai tergila-gila dibuatnya, sampai-sampai tak dapat hidup tenang karena selalu memikirkan gadis pelayan itu.

Kemudian, sahabat-sahabatnya menyarankan Abu Hafshin untuk mendatangi seorang dukun Yahudi karena diyakini akan dapat menolong persoalannya tersebut. Singkat cerita, Abu Hafshin pun tergoda dengan saran dari para sahabatnya. Ia lalu pergi menemui dukun Yahudi tersebut lalu menceritakan permasalannya. 

Dukun Yahudi tersebut meminta Abu Hafshin untuk memenuhi syarat darinya sebelum ia membantu persoalannya. Ia meminta agar Abu Hafshin tidak mengerjakan shalat selama 40 hari dan dilarang untuk mentaati perintah Allah. Ia juga meminta Abu Hafshin untuk tidak berbuat baik dan tidak menyebut nama Allah selama syarat itu sedang dijalankannya.

“Setelah semua syarat ini engkau lakukan, barulah aku dengan sihirku sanggup membuat keinginanmu tercapat,” ujar si Dukun Yahudi tersebut.

Singkat cerita, Abu Hafshin pun telah melakukan apa yang menjadi syarat dan arahan dari si Dukun Yahudi tersebut. Ia kembali untuk menagih janji dari si Dukun. Si Dukun Yahudi lalu memberikan sebuah jimat kepada Abu Hafshin, Tapi Nahas, hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Abu Hafshin. 

Si Dukun Yahudi tersebut kemudian berdalih, “Sudah pasti selama ini engkau pernah melakukan kebaikan. Jika tidak, tentu keinginanmu sudah tercapai”.

“Tak ada pelanggaran yang kulakukan,” ujar Abu Hafshin membela diri. “Satu-satunya kebajikan yang kuingat adalah menyepak sebuah batu ketika aku datang ke sini agar tak ada orang yang tersandung karenanya,” lanjutnya masih membela diri. 

“Jangan menjengkelkan Allah yang perintah-perintah-Nya hendak engkau tentang selama empat puluh hari. Dia tak akan menyia-nyiakan kemurahan-Nya walau untuk kebaikan kecil seperti yang telah engkau lakukan,” cela si Dukun Yahudi. 

Kata-kata itu membuat Abu Hafshin sadar, mengobarkan api dalam duri Abu Hafshin sampai-sampai ia bertobat karena perkataan si Dukun Yahudi itu. Ia kembali menjalani usahanya sebagai seorang pandai besi dan menyembunyikan keajaiban yang telah terjadi kepadanya. 

Setiap malam ia menyisihkan satu dinar untuk diberikannya kepada orang-orang miskin secara sembunyi-sembunyi dengan memasukkanya ke dalam kota surat di rumah para janda. 

Demikianlah perilaku Abu Hafshin untuk beberapa lama. Sampai suatu ketika, seorang buta berjalan dihadapannya sambil membaca ayat: “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maka akan ditunjukkan Allah kepada mereka yang tak pernah mereka sangka sebelumnya...”

Ayat ini menyesakkan dada Abu Hafshin sampai-sampai ia tak sadarkan diri. Di tempat pertukangannya, ia mengganti jepitan yang biasa digunakan untuk mengambil besi panas dengan tangannya sendiri. Semua pegawainya terheran melihat apa yang dilakukan oleh Abu Hafshin.

“Tuan, apa yang engkau perbuat ini?” seru mereka.

“Palu!” Abu Hafshin memberi perintah.

“Tuan, apakah yang harus kami palu?,” mereka bertanya. “Besi ini sudah bersih tuan”.

Setelah itu, barulah Abu Hafshin sadar. Besi itu dilemparkannya, segera ia pergi meninggalkan tempat pertukangannya dan para pegawainya. Kejadian-kejadian yang baru saja Abu Hafshin alami membuat Abu Hafshin menjalani kehidupan dengan disiplin diri yang keras, menyepi dan bertapa. 

Kisah di atas dinukil dari kitab Tadzkiratul Auliya karya Fariduddin Attar penyair sufi asal Persia.


Hikmah Terbaru