• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Taushiyah

KOLOM KH ZAKKY MUBARAK

Manusia Mukmin Bagaikan Lebah

Manusia Mukmin Bagaikan Lebah
Manusia Mukmin Bagaikan Lebah
Manusia Mukmin Bagaikan Lebah

Sebagian dari sikap hidup yang sangat penting bagi seorang manusia mukmin, adalah senantiasa mengadakan aktifitas yang memberikan manfaat bagi sesama umat manusia dan makhluk lain. Ajaran Islam menetapkan berbagai larangan terhadap perbuatan atau aktifitas yang merusak dan merugikan masyarakat. Segala perbuatan yang dilarang ajaran Islam, selalu mendatangkan bahaya, bila dilakukan, seperti berjudi, meminum minuman keras, madat, berzina, mencuri dan berbagai larangan lainnya.


Bila kita memperhatikan secara teliti terhadap berbagai berita kejahatan yang dijumpai di surat kabar, majalah, atau mass media umum, maka akan dijumpai penyebabnya diawali dengan pelanggaran terhadap larangan agama seperti yang disebutkan di atas. Kejahatan-kejahatan itu menimbulkan bencana dan kerusakan secara umum dalam kehidupan masyarakat, bahkan sering mengenai orang-orang yang tidak berdosa.


Misalnya ada seorang yang sedang mabuk, menyetir mobil di jalan raya, sehingga mengakibatkan terjadinya tabrakan, padahal pengemudi lain yang mengendarai itu berjalan sangat hati-hati.


Manusia mukmin selalu berusaha mendatangkan kebaikan dan menegakkan kalimah thayyibah di tengah-tengah masyarakat. Sifat mereka dilukiskan dalam al-Qur’an, sebagai pohon yang rindang, akarnya menghujam ke pitala bumi dan cabang-cabangnya menjulang ke langit serta mendatangkan buah yang bermanfaat pada setiap musim. 


أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ 


“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Q.S. Ibrahim, 15: 24-25).


Dalam salah satu hadis Nabi, diumpamakan bahwa kehidupan seorang mukmin itu bagaikan lebah madu. Bila ia makan, selalu mencari makanan yang baik dan bersih, berupa sari madu dari berbagai macam bunga. Lebah itu bila mengeluarkan sesuatu juga bermanfaat bagi makhluk lain, berupa madu yang sangat manis dan mengandung obat. Bila ia hinggap di atas ranting pohon, tidak merusak ranting itu, meskipun ranting itu sudah rapuh. Nabi bersabda:


إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد (رواه أحمد والحاكم والبيهقي)


“Manusia mu’min adalah laksana lebah madu. Jika dia makan, hanya memakan makanan yang baik, jika mengeluarkan sesuatu adalah sesuatu yang baik pula dan bila hinggap diatas ranting pohon tidak mematahkannya dan merusaknya”. (HR. Ahmad, No: 18121, Hakim, No: 8566, Baihaqi, No: 5765).


Selain mendatangkan manfaat terhadap sesama makhluk, manusia muslim juga memiliki sikap yang teguh dan menjauhi sikap yang lemah. Yang dimaksud sikap yang teguh di sini, adalah teguh secara utuh, baik fisiknya ataupun mentalnya. Orang-orang yang beriman senantiasa memiliki pengharapan dan optimime yang unggul, tidak mudah patah hati, dan tidak mengenal putus asa. Kepercayaan yang terpatri di dalam jiwanya sudah mengakar demikian kuat, bahwa setiap perbuatan yang baik dan terpuji pasti akan mendatangkan kebaikan juga di dunia ini dan di akhirat kelak. 


Semangat perjuangannya terus menyala, dengan demikian akan mengantarkan dirinya pada kesuksesan yang maksimal, baik dalam kehidupan dunia kini, demikian juga dalam kehidupan akhirat. Keyakinanya yang kuat akan keberhasilan dan kesuksesan , merupakan modal dasar yang sangat penting bagi langkah-langkah kehidupan  dan kiprahnya ditengah masyarakat.


Al-Qur’an juga mengarahkan umat manusia yang beriman agar tidak berputus asa dalam menghadapi berbagai cobaan, rintangan dan tantangan. Hidup ini pada hakikatnya adalah perjuangan yang bersemangat. Karena itu manusia yang tidak memiliki semangat juang, bisa digolongkan sebagai seorang yang mati sebelum waktunya, meskipun jasadnya masih hidup. Allah berfirman:


وَلَا تَاْيۡ‍َٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡ‍َٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ 


“... Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(Q.S. Yusuf, 12: 87).


Sikap yang terpuji yang harus dimiliki manusia mukmin berikutnya adalah menerima kenyataan dan tidak menyesali keadaan yang dihadapinya. Sesungguhnya kehidupan dunia ini merupakan rentetan panjang dari silih bergantinya kebahagiaan  dan kesengsaran, kemudahan dan kesulitan, senyum dan tangis dan seterusnya. Mengenai hal ini, al-Qur’an mengungkapkan dalam salah satu ayat:


فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا    


“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (Al-Insyirah, 94: 5-6).


Pada saat menjumpai kemudahan dan kebahagiaan, manusia mukmin selalu bersyukur ke Hadirat Allah SWT atas karunia-Nya. Bila menjumpai berbagai macam kesulitan, ia bersikap tabah dan sabar. Mereka selalu menghindari kata-kata “seandainya”. Misalnya “seandainya saya tidak begini tentu begitu. Seandainya.....seandainya dan seterusnya. Kalimat itu akan menjerumuskan seseorang pada penyesalan yang tiada akhir, sehingga membahayakan dan menimbulkan keputusasaan.


Manusia mukmin harus berani menghadapi kenyataan yang dijumpai dan mengarahkannya kepada kenyataan yang lebih baik dan lebih bermanfaat”.


Dr. KH. Zakky Mubarak, MA, salah seorang Mustasyar PBNU


Taushiyah Terbaru