Ngalogat

Yudisium 64 Mahasantri STAI KH Saepuddin Zuhri: Simbol Sejarah Berdirinya Ponpes Baitul Hikmah Haurkuning Tahun 1964

Selasa, 19 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Yudisium 64 Mahasantri STAI KH Saepuddin Zuhri: Simbol Sejarah Berdirinya Ponpes Baitul Hikmah Haurkuning Tahun 1964

Yudisium 64 Mahasantri STAI KH Saepuddin Zuhri: Simbol Sejarah Berdirinya Ponpes Baitul Hikmah Haurkuning Tahun 1964. (Foto: NU Online Jabar)

Oleh Imamul Mutaqin Al Hanif​​​​​​​
Suasana khidmat menyelimuti acara yudisium Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) KH. Saepuddin Zuhri yang diselenggarakan di panggung utama Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning. Momentum ini menjadi semakin istimewa karena bertepatan dengan hari lahir Pondok Pesantren Baitul Hikmah yang ke-61, tepat pada tanggal 18 Agustus 2025.

 

Dalam sambutannya, KH. Busyrol Kariem Zuhri selaku Pimpinan Pondok Pesantren Baitul Hikmah menyampaikan pesan kebersyukuran sekaligus mengenang perjuangan kedua orang tuanya, pendiri pesantren, yakni Almarhum Almaghfurlah KH. Saepuddin Zuhri dan Hj. E. Rohbiyah. Sejak kecil, beliau tidak pernah lepas dari didikan orang tuanya, hingga kini 99% dari apa yang ada di pesantren merupakan buah persiapan dan cita-cita pendiri pesantren. “Jika orang tua saya masih hidup, tentu akan tersenyum melihat keadaan pesantren saat ini,” tutur KH. Busyrol penuh haru.

 

Sejarah dan Falsafah Pendidikan Pesantren

Dalam kesempatan tersebut, KH. Busyrol juga menyinggung sejarah panjang pendidikan formal di lingkungan pesantren. KH. Saepuddin Zuhri memiliki dua qaul yang populer: qaul qodim dengan ungkapan “haram sakola” dan qaul jadid dengan semangat “harus duakola.” Perjalanan mendirikan lembaga pendidikan formal tidaklah mudah. KH. Saepuddin Zuhri sempat mendapat larangan dari KH. Safari untuk mendirikan sekolah di pesantren. Namun setelah melewati proses panjang berupa ijitihad dan pemikiran, akhirnya diperbolehkan dengan enam syarat khusus, di antaranya sekolah tidak boleh dilaksanakan pagi hari, libur harus pada hari Jum’at, hingga larangan menerima murid dari luar santri.

 

Kini, keberadaan STAI KH. Saepuddin Zuhri merupakan wujud dari prinsip “al-ijaj bil jadidil ashlah” yang artinya mengadakan hal-hal baru yang lebih bermanfaat. KH. Busyrol juga menyinggung sosok KH. Acep Salahudin Munawar Zuhri selaku Ketua STAI KH. Saepuddin Zuhri, yang sejak kecil sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa, bahkan mampu lulus sekolah dasar hanya dalam lima tahun. Hal ini menjadi bukti bahwa pendidikan di pesantren senantiasa dapat melahirkan kader yang unggul.

 

Lebih lanjut, KH. Busyrol menegaskan bahwa keberadaan STAI KH. Saepuddin Zuhri bukan hanya sekadar nama, melainkan harus benar-benar mencerminkan nilai-nilai luhur yang dipegang teguh oleh KH. Saepuddin Zuhri.

 

Identitas Santri dan Mahasantri

KH. Busyrol mengingatkan bahwa di lingkungan Pondok Pesantren Baitul Hikmah tidak dikenal istilah “siswa” maupun “mahasiswa.” Istilah yang digunakan adalah “murid” atau “santri,” sementara di jenjang perguruan tinggi disebut “mahasantri” atau “mahamurid.” Hal ini didasarkan pada makna filosofis bahwa murid adalah orang yang memiliki tujuan, sedangkan Allah adalah murod (yang dituju).

 

Oleh karena itu, mahasantri diharapkan mampu berperan aktif dalam kehidupan pesantren, mendidik, membimbing, serta berkontribusi nyata, bukan hanya mengejar gelar akademik. Lebih jauh, KH. Busyrol menegaskan pentingnya wasiat KH. Saepuddin Zuhri, yakni “kudu jaradi NU.” Para mahasantri diharapkan dapat menjadi kader Nahdlatul Ulama yang eksis, bahkan hingga tingkat PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), sekaligus bangga membawa nama almamater Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning.

 

Simbol Kejayaan Pesantren

Sebagai penutup, KH. Busyrol menyampaikan selamat kepada 64 mahasantri yang telah mengikuti yudisium tahun ini. Jumlah 64 menjadi sangat simbolis karena bertepatan dengan tahun berdirinya Pondok Pesantren Baitul Hikmah pada 18 Agustus 1964. Bersamaan dengan peringatan hari lahir pesantren yang ke-61, hal ini diyakini sebagai pertanda kejayaan sekaligus keberkahan bagi perjalanan panjang pesantren dalam mencetak generasi berilmu dan berakhlakul karimah.

 

M​​​​​​​ahasantri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning