Kabupaten Tasikmalaya

Asep Rifki Maulana Malik: Membangun Kader NU Lewat Pendidikan yang Humanis dan Berintegritas

Rabu, 30 Juli 2025 | 07:27 WIB

Asep Rifki Maulana Malik: Membangun Kader NU Lewat Pendidikan yang Humanis dan Berintegritas

Komitmen untuk memperkuat sistem kaderisasi terus ditunjukkan Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten Tasikmalaya melalui penyelenggaraan Latihan Instruktur (Latin) I dan Latihan Pelatih (Latpel) I. (Foto: NU Online Jabar)

Tasikmalaya, NU Online Jabar
Komitmen untuk memperkuat sistem kaderisasi terus ditunjukkan Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten Tasikmalaya melalui penyelenggaraan Latihan Instruktur (Latin) I dan Latihan Pelatih (Latpel) I. Kegiatan yang berlangsung pada 24–27 Juli 2025 di Pondok Pesantren Mawadatul Huda ini menjadi langkah strategis dalam menyiapkan pelatih dan instruktur sebagai ujung tombak kaderisasi pelajar Nahdlatul Ulama (NU).

 

Mengusung tema "Membangun Gerak Kaderisasi yang Terstruktur, Terukur, dan Berkelanjutan untuk Menyongsong Masa Depan", forum Latin dan Latpel tak hanya menyajikan pelatihan teknis, tetapi juga menjadi ruang refleksi atas peran penting pelatih dan instruktur dalam mencetak generasi penerus organisasi.

 

Salah satu tokoh yang berperan penting dalam forum ini adalah Asep Rifki Maulana Malik, kader muda NU yang aktif di berbagai kegiatan intelektual dan kepemudaan. Asep tampil sebagai pemateri dalam tiga dari delapan sesi utama Latin, membahas mulai dari prinsip dasar kaderisasi hingga pendekatan falsafah pendidikan.

 

Dalam setiap pemaparannya, Asep tidak sekadar membahas aspek teknis pengkaderan, tetapi juga menekankan pentingnya pemahaman filosofis peran instruktur. Ia menyebut, instruktur bukan hanya penyampai materi, tetapi juga pendidik yang memanusiakan manusia melalui pendidikan yang membebaskan dan bermakna. Menurutnya, pendidikan di IPNU-IPPNU idealnya berlandaskan prinsip humanis, liberatif, dan transendensi sebagai bentuk relasi antara manusia, ilmu, dan Tuhan.

 

Asep menilai, kaderisasi tidak akan kuat tanpa kehadiran instruktur yang memiliki kepemimpinan moral, loyalitas ideologis, dan integritas pribadi. “Instruktur harus menjadi suluh dalam gelap; mampu menanamkan nilai, membangkitkan semangat, dan menumbuhkan kesadaran kader,” ujarnya.

 

Ia memperkenalkan pendekatan falsafah kaderisasi berbasis tiga landasan utama: ontologi (apa yang dikader), epistemologi (bagaimana pengetahuan kader dikembangkan), dan aksiologi (nilai yang melandasi proses). Pendekatan ini melahirkan desain kaderisasi yang bukan hanya membentuk keterampilan, tetapi juga karakter dan visi perjuangan kader.

 

Keterlibatan Asep dalam Latin dan Latpel tahun ini mencerminkan pentingnya peran instruktur ideal—yang tak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga membangun kesadaran ideologis di kalangan pelajar NU. Sebagai kader yang telah aktif di IPNU, PMII, dan berbagai forum kepemudaan, Asep membawa perspektif luas dalam membina kader.

 

Ia memandang kaderisasi sebagai proses sadar, di mana kader hari ini merupakan pemimpin dan penjaga nilai keulamaan dan kebangsaan di masa depan. “Instruktur yang baik bukan diukur dari banyaknya materi yang disampaikan, tapi sejauh mana ia mampu menginspirasi dan menanamkan nilai perjuangan dalam diri kader,” jelasnya.

 

Kiprah Asep Rifki menunjukkan bahwa penguatan peran instruktur menjadi kunci lahirnya kader IPNU-IPPNU yang berkualitas. Latin dan Latpel pun tak sekadar agenda formal organisasi, melainkan bagian dari ikhtiar membangun peradaban pelajar NU yang sadar, terdidik, dan progresif.