Ahmad Royhan
Kolomnis
Oleh Ahmad Royhan
Islam melalui bukti-bukti ajarannya yang kaya baik berupa teks keagamaan maupun praktik kehidupan sosial, bahwa ide cinta Tanah Air bukanlah ide yang asing dari ajaran ini. Kecintaan kepada tumpah darah cukuplah dengan membaca Firmannya Menstarakan pembelaan negara dan Agama melalui Al-Quran Surat Al-Mumtahanah ayat 08;
لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Atau menggandengkan Iman dan Negeri sebagaimana dalam Al-Quran Surat Al-Hasr 09;
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلۡإِيمَٰنَ مِن قَبۡلِهِمۡ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
Artinya: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.
Hal Itu diperkuat dengan kebijakan nabi Muhammad saw -yang pandangannya selalu berorientasi mempersatukan- yang telah menghimpun penduduk dalam satu kesatuan kendati mereka berbeda-beda agama, asal keturunan, dan klan suku, dalam menandatangani piagam dibawah satu konstitusi (Piagam Madinah) yang berjumlah 48 pasal, dan bila ada musuh menyerang dari luar maka mereka bersama-sama tanpa mempertimbangkan perbedaan akan tampil membela & mempertahankan kota Madinah, bukankah ini ekspresi hakikat kebangsaan.
Sifat naluriah (Fitrah) manusia untuk meletakkan rasa cintanya kepada tumpah darah yang merupakan benih dari afiliasi suku-suku yang berasas kesatuan, hingga melahirkan kebangsaan. Tidaklah meleset dari keberanran jika kita berkata bahwa kebangsaan adalah bagian dari ajaran Islam, hakikatnya pun telah dikenal oleh umat nabi Muhammad SAW. saat negri islam lahir di Madinah.
Kemunduran negri diantaranya kekuatan politik yang lebih dominan dengam tidak dibarengi nilai-nilai moral maka mendorong pengguna kekuasaan secara tidak wajar bahkan pemaksaan kehendak dan sikap otoriter, nilai-nilai yang dihayati masyarakat mempengaruhi dan menentukan wajah umat.
Kita perlu mengintip sejarah umat masa lampau yang mencapai kemajuan dibidang teknologi seperti kaum Tsamud atau didang pembangunan materi seperti kaum ‘Ad atau teknologi sperti masyararakat fir’au dimesir yang justru hancur sebab keruntuhan moral mereka, sejarah ini diabadikan dalam al-Qur’an surat Al-Fajr ayat 6-13;
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ إِرَمَ ذَاتِ ٱلۡعِمَادِ ٱلَّتِي لَمۡ يُخۡلَقۡ مِثۡلُهَا فِي ٱلۡبِلَٰدِ وَثَمُودَ ٱلَّذِينَ جَابُواْ ٱلصَّخۡرَ بِٱلۡوَادِ وَفِرۡعَوۡنَ ذِي ٱلۡأَوۡتَادِ ٱلَّذِينَ طَغَوۡاْ فِي ٱلۡبِلَٰدِ فَأَكۡثَرُواْ فِيهَا ٱلۡفَسَادَ فَصَبَّ عَلَيۡهِمۡ رَبُّكَ سَوۡطَ عَذَابٍ
kelompok pertama yang merebut kekuasaaan dengan bendera agama adalah sekte Mu’awiyah, mereka jahat tetapi membukus diri dari baju agama. Perang dalam islam agar mengubah musuh menjadi baik, berorientasi damai lantaran kita cinta pada musuh dan benci pada perbuatannya, fakta sejarah menyingkap tabir bahwa perang pertama dalam islam adalah perang Badar yang terjadi dibulan Ramadhan padahal dibulan ini marah saja tidak boleh.
Maulana habib Luthfi bin Yahya menyegarkan kembali teks-teks kitab ulama salaf dengan menjelaskan sesuai konteksnya kepada masyarakat melalui tasawwuf kritik sosial dengan menyetir hadits nabi Muhammad SAW.
العلماء أمناء الرسل مالم يخالطه السلطان
“Para Ulama adalah orang-orang kepercayaan para utusan selama tidak bergaul dengan pemerintah”
menurutnya, tentunya hadits ini tidak meungkin diterapkan dimasa khulafaurrosyidin, melaikan saat pola pemerintahan islam terbuka berubah menjadi monarki, raja tidak diberi kritik dan enggan untuk menerima masukan, karena sifatnya yang tunggal dan absolut dalam kekuasaannya yakni penguasa pasca khalifah sayyidna Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu. Sistem pemerintahan saat ini dengan kekuatan presiden, parlemen tidak berdaulat penuh sperti negara Indonesia, peran ulama justru menjaga arah bangsa kedepan dan tidak dapat dipisahkan, salah satunya menjalin hubungan baik untuk memberi masukan. Jadi bila para politikus bisa bersikap tidak saling mendorong, menjatuhkan, dan menjelekkan dalam berdemokrasi pasti akan menghasilkan suasana yang indah.
nasihat yang menukik dan menjadi PR untuk umat muslim agar lebih progresif dan cancut taliwondo, beliau Prof. Dr. KH. Said Aqiel Siroj MA. berkata
الاسلام ليس العقيدة رالشريعة فقط وانما الاسلام دين العلم والأدب ودين التمدن والحضارة ودين الثقافة والانسانية
Islam tidak melulu membahas tentang Akidah dan Syari’at Saja, melainkan agama yang mengajarkan intelektual, etika, kultur, peradaban, kebudayaan dan memanusiakan manusia.
Penulis adalah mahasantri Mahad Aly Lirboyo Prodi Fiqh wa Ushuluhu
Terpopuler
1
Resmi Dilantik, Lasqi Majalengka Siap Gairahkan Seni Qasidah dari Desa hingga Nasional
2
Hasil Drawing Piala AFF U-23 2025, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Malaysia
3
Sebanyak 73 Peserta Berkumpul di Gedung SMP Ma'arif NU Nurul Hikmah Ikuti Makesta II IPNU-IPPNU Cipaku
4
Seluruh Jamaah Indonesia Telah Tiba di Tanah Suci, Masuki Masa Persiapan Jelang Puncak Haji
5
Rais Syuriah PCNU Kota Bogor Terima Silaturahmi Nahdliyin Citayam, Sambung Sanad Keilmuan dan Ukhuwah
6
Berkhidmah di Nahdlatul Ulama, GP Ansor Komitmen Membangun Kabupaten Bogor
Terkini
Lihat Semua