• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ngalogat

Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian 3)

Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian 3)
Mahmud II, Sultan Turki Usmani yang membubarkan Pasukan Janissari. Sumber :   http://warfare.tk/Ottoman/PotraitsOfSultans.htm
Mahmud II, Sultan Turki Usmani yang membubarkan Pasukan Janissari. Sumber :   http://warfare.tk/Ottoman/PotraitsOfSultans.htm

Oleh Agung Purnama

Sultan Turki Usmani berikutnya, Mahmud II (1785-1839 M), alih-alih menyelesaikan perseteruan pasukan Janissari dengan sisa-sisa pasukan Nizami Cedit, malah membentuk pasukan baru yang disebut kesatuan Segbani Cedit, dengan alasan reorganisasi militer.

Baca: Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian I)

Baca: Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian 2)

Pada 14 November 1808 pasukan Janissari kembali bergerak. Mereka menyerbu markas wajir/pembantu sultan yang bernama Alemdar Mustofa Pasha, yang juga mantan pimpinan pasukan Nizami Cedit. Perang saudara kembali meletus. Pasukan Janissari yang didukung para tukang, buruh, pedagang, pengangguran, dan gelandangan di kota mengepung istana wazir yang dibekingi pasukan Segbani Cedit.

Pada pemberontakan ini, Sultan Mahmud II berhasil mempertahankan singgasananya dari penggulingan para pemberontak. Namun peperangan yang terjadi telah memakan korban ribuan rakyatnya, terutama penduduk Istanbul dan sekitarnya. Ia juga menyadari bahwa untuk menciptakan pasukan baru, harus lebih dahulu menghancurkan pasukan lama, yaitu Janissari.

Pada tahun 1821, Sultan Mahmud II juga dihadapkan dengan pemberontakan bangsa Yunani yang ingin memerdekakan diri dari Turki Usmani. Oleh karena internal militer Turki Usmani sedang berkonflik, mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menahan pasukan Yunani yang dibantu Inggris, Perancis, dan Rusia. Sampai akhirnya, pada Juli tahun 1829, melalui Perjanjian Konstantinopel, Yunani merdeka dari Turki Usmani.  

Di tengah situasi menghadapi Yunani, pada 14 Juni 1826 Pasukan Janissari kembali melancarkan pemberontakan. Nampaknya, ini adalah pemberontakan terakhir Pasukan Janissari karena Sultan Mahmud II benar-benar tidak memberi ampun lagi. Kesatuan Segbani Cedit yang setia kepada Sultan dikerahkan untuk menggempur Pasukan Janissari di markas terakhir mereka di Et Meydani.

Pasukan Segbani Cedit mengebom barak-barak milik tentara Janissari. Lebih dari seribu tentara Janissari tewas di tempat itu, sedangkan sisa-sisa pasukan yang melarikan diri, diburu di seluruh kota. Sebagian lain yang tertangkap lalu dibawa ke Hipoddrome untuk dihukum mati, dan mayat-mayatnya ditumpukkan membusuk.

Kurang dari sehari semalam, pasukan Janissari benar-benar dihancurkan di Istanbul dengan korban mencapai 10.000 orang. Gerbang Istanbul ditutup rapat untuk memburu dan membunuh anggota Janissari yang mungkin masih hidup. Para kurir dan inteligen dikirim ke seluruh provinsi untuk membubarkan Janissari di tempat mereka.

Jumat 16 Juni 1826, keputusan dikeluarkan oleh Sultan bahwa Janissari resmi dibubarkan. Tragedi pembubaran dan pembantaian tentara Janissari sering disebut “Vakayi Hayriye” atau “Peristiwa yang Menguntungkan.” Cukup mengherankan memang, kenapa momen mengerikan seperti itu dinamai sebagai peristiwa yang menguntungkan. (Bersambung)

Penulis adalah Alumnus Departeman Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia dan Prodi Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran. Aktif mengajar di Jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung
 


Ngalogat Terbaru