• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Ngalogat

Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian I)

Sejarah Pemberontakan dan Pembubaran Janissari, Pasukan Elite Turki Usmani (Bagian I)
Ilustasi: warfare.tk
Ilustasi: warfare.tk

Oleh Agung Purnama

Bagi para pecinta sejarah umat Islam, pemerhati dinamika politik masa lalu di Timur Tengah, atau bagi para pengagum Kesultanan Turki Usmani, tentu tidak asing dengan riwayat kegagahan Pasukan Janissari. Pasukan elite yang didirikan pada tahun 1363 M oleh Sultan Murad I (1326-1389 M) ini, memiliki peran penting dalam keberhasilan perluasan wilayah kekuasaan Kesultanan Turki Usmani yang menaklukkan beberapa wilayah di Asia, Eropa, dan Afrika.

Berbagai pertempuran bersejarah pernah melibatkan pasukan yang memiliki tugas pokok lain sebagai pengawal pribadi para Sultan Turki Usmani ini. Seperti Pertempuran Kosovo (1383 M), Pertempuran Nicopolis (1396 M), Pertempuran Ankara (1402 M), Pertempuran Mohacs (1526 M), Pertempuran Vienna (1683 M), Pertempuran Lepanto (1571 M), dan tentu saja peristiwa yang paling legendaris adalah penaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M.
 
Akan tetapi, romantisme seputar eksistensi Pasukan Janissari tidak melulu soal kegagahan, kegemilangan, dan kemenangan. Sejarah menuliskan, memasuki abad ke-17, 18, dan 19, kisah-kisah seputar pasukan Janissari didominasi oleh hal-hal berbau kontroversi, pemberontakan, pembantaian, dan kegetiran.

Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim, pasukan Janissari melakukan pemberontakan pada 8 Agustus 1648. Pemberontakan ini diakibatkan oleh kekuasaan Sultan yang korup dan adanya krisis ekonomi. Sejurus kemudian, pasukan Janissari berhasil menurunkan Sultan Ibrahim, dan ia dieksekusi oleh seorang algojo bernama Ali Hitam.
 
Sultan Ibrahim, berkuasa antara tahun 1640-1648, dijuluki “Deli Ibrahim” atau “Ibrahim si Gila.” Sumber Gambar: http://warfare.tk/Ottoman/PotraitsOfSultans.htm

Pemberontakan lain terjadi pada 4 Maret 1656. Ada ketidakpuasan dari tentara Janissari terhadap kekuasaan Turhan Hatice (1627-1683 M), seorang Sultanah sementara, ibu dari Mehmed IV (1642-1693 M) yang masih berusia enam tahun ketika diangkat menjadi Sultan. Akibat pemberontakan ini, sekitar 3.000 tentara Janissari dihukum gantung di Istanbul.

Memasuki tahun 1700, kondisi ekonomi Kesultanan Turki Usmani semakin memprihatinkan. Pada 18 Juli 1703, masyarakat menggelorakan revolusi sosial dengan menggabungkan diri bersama pasukan Janissari melakukan pemberontakan kepada penguasa.

Kemudian, pada 22 Agustus 1703 mereka berhasil menggulingkan Sultan Mustofa II. Pada hari yang sama, mereka melepaskan adik Sultan Mustofa II yang sebelumnya ditahan oleh kakaknya, lalu diangkat sebagai Sultan dengan gelar Ahmet III. Sedangkan Mustofa II, dipenjara di Kafes bersama kedua putranya, Mahmud I dan Usman III. (Bersambung)

Penulis adalah Alumnus Departeman Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia dan Prodi Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran. Aktif mengajar di Jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung.


Ngalogat Terbaru