• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Sejarah

Kisah Tiga Cabang NU di Kabupaten Subang

Kisah Tiga Cabang NU di Kabupaten Subang
SK Pembentukan Pengurus Kring Djamijah Nahdlatoel Oelama Krasak Cabang Purwakarta Subang
SK Pembentukan Pengurus Kring Djamijah Nahdlatoel Oelama Krasak Cabang Purwakarta Subang

Salah satu keunikan dalam perjalanan NU di Kabupaten Subang adalah pada tahun 1950-an ada 3 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), yaitu PCNU Purwakarta, PCNU Sukamandi, dan PCNU Subang. Padahal idealnya dalam satu kabupaten cukup dengan satu PCNU saja.

Dalam temuan Budi Sujati, penulis buku Sejarah NU Jawa Barat, dari arsip yang yang ditemukannya menjelaskan, SK PCNU Purwakarta keluar pada tahun 1951 dengan Raisnya KH Qurtubi dan ketuanya Iskandar, PCNU Sukamandi tahun 1953 dengan Raisnya KH Anas dan ketuanya M. Madiani dan PCNU Subang tahun 1957 ketuanya RA Fadilah dan sekretarisnya S. Kartadiredja. 

Ditambahkan Budi, saat itu Subang masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Purwakarta dengan demikian PCNU Purwakarta dan PCNU Sukamandi bisa disebut sebagai embrio lahirnya PCNU Kabupaten Subang.

Saat itu PCNU Sukamandi menaungi MWC yang ada di wilayah Subang pantura seperti kecamatan Pabuaran, Ciasem, Pamanukan, Pusakajaya dan Binong sedangkan PCNU Subang mencakup wilayah Subang tengah dan selatan.

Untuk PCNU Sukamandi dan Subang, PBNU sempat menyarankan agar keduanya melebur menjadi satu PCNU saja namun dalam mediasi tersebut tidak menemukan titik temu karena masing-masing punya argumentasi yang dianggap cukup rasional.

PCNU Subang memandang bahwa secara administrasi Sukamandi ada di bawah wilayah Subang, sedangkan PCNU Sukamandi melihat pada hasil perolehan suara.

Pada Pemilu 1955, kata dia, PCNU Sukamandi mendapatkan perolehan suara yang cukup jauh di atas PCNU Subang  dan Purwakarta dengan rincian sebesar 14.529 suara untuk PCNU Sukamandi, sedangkan PCNU Subang dan Purwakarta masing-masing mendapatkan 4.952 dan 8.274 suara.

Menurut Budi, sampai hari ini geliat harakah NU di Kabupaten Subang lebih banyak ditunjukkan oleh warga Nahdliyin dari pantura dibandingkan dengan Nahdliyin dari wilayah tengah dan selatan.

Perjalanan NU Subang sebelum tahun 1950-an, dalam penelitiannya ia menemukan sebuah arsip yang menunjukkan bahwa sejak tahun 1930-an jantung NU di Kabupaten Subang sudah mulai berdenyut.

“Dalam majalah Berita Nahdlatoel-Oelama disebutkan bahwa pada Kongres ke-10 di Surakarta ada perwakilan NU dari Cabang Purwakarta-Subang, walaupun disana tidak dicantumkan nama tokohnya,” tandasnya.

Selain itu, ia pun menemukan sebuah arsip berbentuk  Syahadah atau SK Pembentukan Pengurus Kring Djamijah Nahdlatoel Oelama Krasak Cabang Purwakarta Subang yang dikeluarkan pada tahun 1937, dalam Syahadah itu tercantum nama KH Abdullah Faqih dan Madzkur sebagai Rais dan Katib. 

“Saat itu Purwakarta Subang masuk wilayah Keresidenan Karawang, jadi dalam Syahadah Cabang NU Purwakarta Subang tersebut tertulis Kring Krasak Cilamaya Karawang,”ungkapnya.

Arsip lain yang ditemukan Budi adalah majalah Berita Nahdlatoel Oelama terbitan tahun 1937 yang menyebut sosok Abdullah Faqih, dalam majalah tersebut disebutkan bahwa Abdullah Faqih ini merupakan utusan Cabang NU Purwakarta Subang yang menghadiri kegiatan Kongres ke-12 NU di Malang pada tahun 1937.

“Menurut Kiai Munir, sekretaris PCNU Subang tahun 1960-an, Kiai Abdullah Faqih ini adalah Orang Subang asli yang berdomisili di daerah Subang kota tepatnya di jalan Pelabuan, namun sayang dzuriyah beliau belum ditemukan sehingga belum bisa menggali informasi lebih dalam lagi,”pungkasnya.

Penulis: Aiz Luthfi
Editor: Abdullah Alawi

 


Sejarah Terbaru