Ngalogat

Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis

Senin, 23 Juni 2025 | 10:36 WIB

Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis

Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis. (Foto: NU Online Jabar)

Pandangan pertama ketika disuguhi buku ini (Pengembangan Karakter melalui Model Manajemen MANIS), saya tertarik pada kata manis. Ya, hampir setiap orang tertarik dengan ucapan dan kata manis; mangga manis, jeruk manis, semangka manis, apel yang manis, sampai gadis yang manis.

Saya pikir semuanya sepakat dengan itu. Dari kata manis yang terdapat dalam buku tersebut, ternyata dalam kognisi saya ada satu huruf yang sangat jarang, dan menjadi barang berharga saat ini, yaitu huruf s yang oleh penulis menjadi kata santun.

Ya, kata santun saat ini menjadi barang yang amat mahal. Saking mahalnya, tidak banyak orang, terutama pelajar, yang mengimplementasikan perilaku santun tersebut dalam pergaulan kehidupan saat ini. Bahasa-bahasa yang diucapkan oleh pelajar jauh dari apa yang kita harapkan.

Justru yang didengar oleh telinga kita dari mulut mereka adalah kata-kata binatang, kata-kata kotor, dan kata-kata kasar. Jarang generasi muda sekarang (pelajar) yang ketika lewat di depan orang tua sambil membungkukkan badan sambil mengucapkan kata punten. Sangat, sangat, sangat jarang!

 

Saya menyambut hangat hadirnya buku Dr. Akhmad Aflaha ini. Buku ini diyakini ditulis oleh penulisnya yang merasa prihatin dengan kondisi pelajar saat ini. Keprihatinan penulis sejatinya mewakili keprihatinan dari sekian ribu bahkan sekian juta orang tua, guru, pendidik, ustadz, kyai, dan orang yang memiliki nurani waras.

 

Buku kecil ini sangat sederhana tetapi daya dampaknya sangat dahsyat untuk keluarga, sekolah, dan masyarakat yang merindukan hadirnya putera-puteri generasi anak bangsa yang cerdas serta berakhlak mulia.

 

Buku “Pengembangan Karakter melalui Model Manajemen MANIS” bukan sekadar karya akademik biasa. Ia adalah bentuk kepedulian konkret terhadap krisis karakter yang kini menyelimuti banyak generasi muda.

 

Di tengah hiruk pikuk era digital, ketika keteladanan semakin langka dan akhlak mulia makin terpinggirkan, buku ini hadir membawa harapan baru: membumikan nilai-nilai karakter dalam format yang aplikatif dan membumi.

 

Model MANIS (Mandiri, Aktif, Normatif, Inovatif, dan Santun) menjadi pendekatan yang segar sekaligus menantang. Bukan hanya karena akronimnya yang mudah diingat, tapi juga karena tiap unsur di dalamnya menyentuh langsung pada problem mendasar dalam dunia pendidikan karakter saat ini.

 

Dari kemandirian dalam berpikir, keaktifan dalam bertindak, hingga kesantunan dalam bersikap—semuanya dirangkai dalam kerangka manajemen yang bisa diterapkan baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sosial yang lebih luas.

 

Buku ini seolah mengingatkan kita bahwa sebaik apapun sistem pendidikan atau kecanggihan teknologi, tanpa kesantunan, semuanya akan kehilangan ruh. Di sinilah letak keistimewaan buku ini—menghadirkan kembali urgensi akhlak sebagai fondasi utama dalam membentuk generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga luhur dalam moral.

 

Ditulis dengan bahasa yang komunikatif dan sarat refleksi, buku ini patut menjadi bacaan wajib bagi para pendidik, orang tua, pengambil kebijakan, hingga siapa pun yang masih percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari pembentukan karakter kecil yang dilakukan secara terus-menerus.

 

Dr. Faiz Karim Fatkhullah, Dosen Pascasarjana Universitas Islam Nusantara