Leden Vergadering N.O Soekamandi dan Pembentukan Kring Tjiasem Soebang 1937
Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:11 WIB
Pada Koran Sipatahoenan di Halaman I, Nomer 34 yang terbit hari Jum'at 12 Februari 1937 disajikan berita kegiatan Nahdlatul Ulama Subang, dengan judul 'Leden Vergedering N.O Soekamandi'.
Pada paragraf pertama diberitakan tentang NU Sukamandi yang baru berdiri kurang lebih dua tahun yang lalu. Berita ini terbit Februari tahun 1937, jadi bisa dikatakan NU Sukamandi telah berdiri sekitar tahun 1935. Saat itu NU Sukamandi menjadi Centraal Kring, boleh dikatakan maju dan menggembirakan dalam perkembangannya, dibuktikan dengan berdirinya Kring (Ranting) Tjiasem dan Kring Moeara Tjiasem.
Berita yang menunjukan NU Sukamandi yang telah eksis pada tahun 1935, dibuktikan dengan adanya pemberitaan di Koran Pemandangan No 34 yang terbit pada hari Rabu 22 Mei 1935 dengan judul 'Nahdlatoel Oelama Soekamandi, Mengadakan Openbare Vargedering. Acara rapat terbuka itu digelar di Victoria Bioscoop Soekamandi yang dikunjungi tidak kurang dari 400 orang.Â
Acara itu dimulai dari pagi, yang dihadiri pula oleh wakil Pemerintahan, Pers dan utusan NU dari berbagai Cabang, diantara yang hadir yaitu Kiaji (Kiai) Zainal Arifin utusan Mr. Cornelis (Jatinegara), pada kesempatan itu Kiai Zainal Arifin diamanahi membacakan Azas dan Tujuan Nahdlatul Ulama, banyak agenda yang dilaksanakan di acara rapat itu, namun tidak diberitakan satu persatu secara rinci. Acara Openbare Vargedering atau rapat terbuka hari itu ditutup pada pukul 11 siang.
Kembali ke berita Koran Sipatahoenan, di paragraf pertama itu ditulis, 'Sanadjan kaajaan N.O Soekamandi k l. (Kurang lebih) karek 2 taoen oeomerna, tapi beunang diseboetkeun ka tembong kamadjoeanana, boektina geus bisa ngadegkeun kring-kringna di Tjiasem (Ciasem) djeung Moeara Tjiasem (Muara Ciasem), sarta kaajaan elidna njoegemakeun, malah ajeuna mah Soekamandi djadi Central kringna.'
Terjemahnya kurang lebih 'Walaupun keadaan NU Sukamandi baru berdiri 2 tahun usianya, tapi bisa disebutkan kelihatan kemajuannya, dibuktikan dengan bisa mendirikan ranting-rantingnya di Ciasem, dengan keadaan anggotanya yang menggembirakan, malah sekarang Sukamandi menjadi Pusat Rantingnya.'
Acara pertemuan anggota NU Sukamandi itu dilaksanakan pada malam Minggu tanggal 6 Februari 1937, sekaligus mengesahkan para pengurus NU Ranting Ciasem. Acara dibuka pukul 21:15, yang dihadiri kurang lebih 170 orang. Acara Leden Vargedering itu dipimpin oleh djrg (Juragan/Tuan) Darmaatmaja Voorzitter Centraal Kring Soekamandi (Ketua Pusat Ranting Sukamandi).
Acara dibuka oleh Tuan Darmaatmaja, dilanjutkan dengan Pembacaan ayat Alqur'an, kemudian Tuan Darmaatmaja menyebutkan Nama-nama Pengurus NU yang telah sah berdiri dari Cabang lain menurut surat dari NU Subang. Setelah itu Tuan Darmaatmaja mengajak hadirin membacakan Surat Alfatihah dan Surat Al-Ikhlas untuk dihadiahkan kepada para pengurus yang telah sah dikukuhkan.
Agenda pertama pada acara Perkumpulan itu adalah mengesahkan Notulen acara pada tanggal 2 Januari 1937, namun sayangnya tidak disebutkan notulen untuk acara apa. Diteruskan dengan pembacaan Azas dan Tujuan Nahdlatul Ulama yang dibacakan atau disampaikan oleh djrg. Moch Miradz, diawali dengan menceritakan awal mula Nahdlatul Ulama berdiri dan apa saja yang dikerjakan oleh para pengurusnya.
Setelah djrg. Moch Miradz menyampaikan azas dan tujuan NU, acara disambung pemaparan dari djrg. Wiraatmaja menyampaikan bab-bab ilmu Fikih Imam Syafi'i, seperti bab Wudhu. Dinformasikan dalam berita itu ada perwakilan dari NU Subang yaitu djrg. Oekong, bahkan dalam kesempatan itu djrg. Oekong menerangkan tentang keutamaan perjuangan para pendahulu tentang bagaimana Islam itu maju dan tinggi derajatnya.
Teks asli pidato djrg. Oekong,
"Oerang koedoe ningal tarekah2Â
karoehoen oerang baheula, naon sababna anoe matak Agama Islam baheula sakitoe madjoena toerÂ
loehoengna, tjek spr. sabab baheula mah dina ngamadjoekeunanaÂ
katjida sa'aleutanana, toerÂ
silih pikanjaah pikaasih taraÂ
pakia-kia lampah, djaman oerangÂ
ajeuna pangna aja dina martabatÂ
pangrendaha, sabab tara ngoekoehan pageuh moentangÂ
kana dawoehan G. Allah, toerÂ
Agama Islam teh anoe dipiridoÂ
koe G. Allah, sarta anoe  ngadjadikeun kasalametan DoenjaÂ
Acherat ka oerang."
Terjemahnya kurang lebih sebagai berikut :
"Kita harus melihat ikhtiar-ikhtiar leluhur kita terdahulu, apa sebabnya Agama Islam begitu majunya dan mulianya. Kata spr (pembicara), sebab dahulu dalam memajukannya penuh kebersamaan, dengan saling mencintai dan menyayangi, tidak masing-masing jalan. Di jaman kita sekarang kenapa ada dalam martabat yang rendah, karena tidak berpegang teguh kepada Wahyu Gusti Allah, dan Agama Islam itu adalah Agama yang diridhoi oleh Gusti Allah, serta yang menjadikan kita selamat dunia dan akherat."
Setelah Paparan dari djrg. Oekong, Ustad Moekri melanjutkan dengan membahas tentang hukum-hukum Agama. Setelah Ustad Moekri selesai, pembicara berikutnya adalah Kijai (Kiai) Soekri. Kiai Soekri menerangkan pada semua hadirin agar harus bersyukur dengan adanya NU, karena berkat Ulama-Ulama yang mendirikan NU, hikmahnya terasa sampai pada kita, yang awalnya kita bodoh, kemudian kita mendapat cahaya Agama lewat perantara para Ulama yang mendirikan NU.
Setelah Kiai Soekri menerangkan panjang lebar tentang hikmah adanya NU, giliran Kiai Hasboelah menerangkan ringkasan Iman dan Islam. Kemudian acara dilanjutkan ke Agenda ke 4, yaitu dibacakan Kewajiban-kewajiban Anggota NU.Â
Pada Agenda ke 5 dibacakan pengesahan NU Kring Tjiasem, serta dibacakan Pengurus yang terpilih N.O Kring Tjiasem oleh djrg. Darmaatmaja Voorziter Centraal Kring Soekamandi.
Bestuursleiden Kring Tjiasem :
Voorzitter Tanfidiah : djrg. KH. Abdoerachim
Vice : djrg. Wikanta
Secretaris I Â : Sastra
Secretaris II : Ardeli
Penningm : R. Moch Joeseof
Comissarisen : H. Thohir, Oewan, Soehapi, Abdul Patah djeung Ab. Aepi
Bagian Soeriah
Rois : K I. Godzali
Wakil Rois : djrg. KH. Hasan Moestafa
Katib : djrg. Moch. Sidik
Awan : djrg K. Amin jeung Damanhoeri
Setelah pembacaan Pengurus NU Ranting Ciasem, djrg. Oekong membacakan Voorstel (usulan) mufakat atau tidaknya jika NU Cabang Purwakarta mempunyai wakil di Pemerintahan, dan hasil mufakat itu usulannya akan disampaikan ke HBNO (PBNU). saat itu Cabang langsung ke PBNU dikarenakan belum terbentuknya Consul atau sekarang disebut PWNU. Kemudian disebutkan Cabang Purwakarta, Purwakarta adalah ibukota Karawang saat itu, termasuk Subang masuk ke wilayah Kabupaten Karawang.
Jelasnya bisa kita baca di situs Wikipedia, Dahulu pada masa kolonialisme, tepatnya tahun 1930-an, wilayah ini merupakan satu kesatuan wilayah yang bernama Kabupaten Karawang (Afdeling Krawang) yang beribukota di Purwakarta serta terdiri dari 8 kawedanan, yakni Karawang Barat, Rengasdengklok, Cikampek, Purwakarta, Subang, Sagalaherang, Pagaden dan Pamanukan, sebelum akhirnya dipecah menjadi seperti saat ini.(Wikipedia)
Kembali ke acara pertemuan, djrg. Oekong kemudian menyampaikan pengumuman dengan akan diadakannya Kongres NU yang Ke-12 yang diselenggarakan di Malang sekitar bulan moeloed (Rabiul awal). Diakhir acara djrg. Winataatmadja mengusulkan tentang penggantian guru Madrasah NU Sukamandi, dikarenakan ada seorang guru yang mengundurkan diri dan sama halnya dengan guru di Madrasah Moera Tjiasem.
Malam itu agenda-agenda berjalan lancar, setelah selesai pembahasan Madrasah Sukamandi dan Madrasah Muara Ciasem acara ditutup dengan selamat.
Diakhir berita dituliskan, 'Koe sabab teu aja deui anoe menta njarios,Â
rieongan ditoetoep pk.1 wengi kalawan salamet.'
Nasihin, Peminat sejarah NU dan Pesantren, tinggal di Cileunyi
Terpopuler
1
Dihadiri Ratusan Jamaah, Gedung Aula Perum Duta Mekar Asri Jadi Lokasi Pengajian Rutin Ranting Muslimat NU Cileungsi Kidul
2
Dua Doorprize Umrah Meriahkan Manasik Haji II Muslimat NU Kabupaten Bandung
3
6.000 Jamaah Ikuti Manasik Haji Akbar Muslimat NU Kabupaten Bandung
4
Zikir dan Doa Kebangsaan di Tugu Proklamasi Buka Rangkaian HUT ke-80 RI
5
PCNU Depok Desak Pemerintah Wujudkan Dukungan Nyata untuk Madrasah dan Pesantren
6
GP Ansor Harap Musda KNPI Depok Jadi Titik Balik Gerakan Pemuda
Terkini
Lihat Semua