• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 18 April 2024

Ngalogat

SATU ABAD NU

Satu Abad NU: Aku Bangga Jadi Warga Nahdlatul Ulama (3)

Satu Abad NU: Aku Bangga Jadi Warga Nahdlatul Ulama (3)
Satu Abad NU: Aku Bangga Jadi Warga Nahdlatul Ulama (3). (Foto:
Satu Abad NU: Aku Bangga Jadi Warga Nahdlatul Ulama (3). (Foto:

Tahun 1924M adalah sebagai puncak kemenangan kelompok Ibnu Saud dan Wahabi. Banyak situs sejarah yang mereka hancurkan, dirasakan banyak gangguan terhadap kaum Muslimin Nusantara; baik yang bermukim, maupun yang sedang melaksanakan ibadah haji terutama dalam hal pelaksanaan peribadatan dan ritual kaum Ahlussunnah wal Jamaah yang biasa dilaksanakan di Tanah Air, di samping ada rencana pemerintah Saudi untuk memindahkan makam Rasulullah dari komplek Masjid Nabawi Madinah.


Menyadari hal tersebut, tahun 1925 para ulama nusantara di bawah pimpinan Hadratussyekh KH Hasyim Asyari mengadakan pertemuan di Kertopaten Surabaya untuk membahas hal dimaksud dan menyampaikan usulan kepada pemerintah Arab Saudi.


Namun mengingat Nusantara belum merdeka, maka harus dibentuk sebuah perkumpulan (organisasi) sebagai wakil bangsa untuk menyampaikan usulan tadi. Musyawwirin menyetujuinya namun organisasi tersebut belum diberi nama. Dengan kehati-hatian para ulama, maka tugas pertama adalah melaksanakan Istikharah memohon petunjuk Allah SWT; apakah organisasi dimaksud direstui atau tidak. Musyawwirin menugaskan Istikharah kepada Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asyari.


Setelah beberapa bulan menunggu hasil istikharah, datanglah seorang utusan Mbah Khalil Bangkalan, K.H. As'ad Syamsul 'Arifin, yang kala itu beliau sebagai ketua (Lurah Santeri) di pesantren tersebut. Mbah Khalil menugaskan K.H. As'ad Syamsul 'Arifin untuk memberikan "Tongkat" kepada Khadlratussyaikh Hasyim As'ari dengan disertai amanatnya, Q.S. Thaaha, ayat 17 sampai ayat 23. Kita kenal bahwa Mbah Hasyim adalah murid utama dan kesayangan Mbah Khalil Bangkalan.


Setelah mendapat khabar baik dari Sang Pencipta tentang persetujuan-Nya didirikan sebuah organisasi para ulama, beliau merasa lega namun tetap dengan intensif melakukan istikharah untuk mendapatkan petunjuk yang lebih jelas. Akhirnya beberapa bulan kemudian datang lagi Kiayi As'ad menyampaikan pesan dari Sang Guru. Kiai As'ad dipanggil langsung ke kamar Mbah Khalil karena saat itu Mbah Khalil sudah jarang keluar dari kamar. Beliau mengalungkan sebuah Tasbih di leher Kiyai As'ad dengan sebuah pesan Asmaaul Husnaa, "Yaa Jabbaar yaa Qahhaar".


Lengkap sudah isyarat tentang pendirian organisasi, yaitu bahwa masyarakat Nusantara dianalogikan seperti Nabi Musa menghadapi Firaun dengan dibekali Mu'jizat; Tongkat yang bisa berubah wujud, dan Tangan yang mengeluarkan cahaya yang sangat dahsyat jika dimasukkan (dikepitkan) ke ketiak.


Itulah ayat-ayat yang berkaitan dengan Nabi Musa as sebagai Mu'jizat. Tapi mohon maaf bahwa petunjuk Allah SWT kepada Mbah Hasyim Asy'ari mengenai persetujuan-Nya para ulama mendirikan NU, jangan dianalogikan secara berlebihan seperti yang tengah viral hari ini bahwa Indonesia dikuasai oleh Firaun, Qarun, dan Haman.


Sifat penjajah memang ingin menguasai seluruh kekayaan negeri, bersikap otoriter, memaksa, main buang, penjara, dan bunuh bagi mereka yang dianggap membangkang, masyarakat harus tunduk, taat, dan hormat kepada mereka laksana hormat pada Tuhannya.


Pada tahun 1926M para ulama membahas hasil istikharah Mbah Hasyim Asy'ari yang intinya Persetujuan Allah SWT mengenai didirikannya sebuah organisasi (perkumpulan) yang kemudian diberi nama Nahdlatul Ulama, yang karakternya laksana mukjizat Nabi Musa yang berupa Tongkat dan Tangan.


Berdasarkan cerita tersebut maka NU didirikan bukan semata-mata tujuan politik, kemerdekaan Nusantara, akan tetapi dilatarbelakangi "Kesayangan" para ulama terhadap masyarakat Muslim, khususnya warga Ahlussunnah wal Jamaah dari gangguan kaum Wahabi guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat melalui upaya-upaya, menjaga, membentengi, memelihara dan mengembangkan ajaran Islam sesuai Al-Quran dan Sunah Rasul, serta petunjuk-petunjuk berdasarkan keduanya.


Tujuan utama yaitu menyampaikan usulan kepada pemerintah Arab Saudi melalui Komite Hijaz ternyata diterima hingga sekarang warga Aswaja di Mekah dan Madinah bebas melaksanakan aktivitas keagamaan sesuai harapan, serta makbarah Rasulullah saw masih tetap berada di komplek Masjid Nabawi.


Kemudian, mengapa perkumpulan ini dinamai Nahdlatul Ulama, tidak Nahdlatul Umat, mengapa lambang NU tidak bulan bintang atau matahari, atau gambar mesjid, dan bagaimana pula bidang-bidang garapan NU, serta bagaimanakah kaitannya dengan isyarat Allaah swt dengan "Q.S. Thaahaa, ayat 17-26...?


Nahdlatul Ulama adalah kebangkitan para ulama. Bangkit bukan sekedar bangun, tapi bangkit adalah bergerak menuju sesuatu tujuan yang diharapkan dilatarbelakangi sesuatu yang mengharuskannya.


Ulama adalah orang-orang terpilih yang Allah kasih ilmu, dan jumlahnya sangat terbatas. Tindak-tanduk gerakan dalam mengambil keputusan berdasarkan ilmu yang dimilikinya tidak berdasarkan nafsu, syahwat duniawi belaka, sehingga keputusannya terasa manfaat bagi umat. Sedangkan Umat bersifat heterogen, berasal dari berbagai kalangan; etnis, ras, suku, budaya, adat istiadat, dari kalangan berilmu, awam, kaya dan miskin, pejabat atau rakyat. Keinginan dan harapan saling berbeda, terkadang hanya mementingkan urusan duniawi; kepentingan pribadi maupun kelompok.


Adapun lambang NU berupa gambar Bola Bumi yang diikat oleh sebuah tambang yang terdiri dari 99 mata, dengan ikatan yang longgar. Dikelilingi 9 bintang, satu di antaranya paling besar, dibubuhkan 2(dua) buah sayap berupa tulisan Arab (نهضة العلماء), huruf "ض" berekor panjang melintasi tengah-tengah gambar bola bumi, jika dipandang laksana seekor burung yang gagah atau pesawat terbang yang lagi mengarungi jomantara. Dipampang pada sebuah bingkai empat persegi panjang dengan warna latar Hijau, dan tulisan berwarna putih.


Bumi lambang kekayaan; mulai lapisan terdalam (inti) berupa api, lapisan batu, lapisan air, lapisan magma, lapisan magnet, lapisan tanah liat , dan lapisan humus yang telah diaduk bersama oksigen. Bumi kaya akan bahan-bahan konsumsi, energi, barang tambang, dan material yang dibutuhkan oleh manusia.


Bumi juga sebagai sumber kehidupan, kesuburan, dan kemakmuran, serta kenikmatan bagi makhluk hidup yang menikmatinya; manusia, hewan, dan tumbuhan, baik yang berasal dari daratan maupun dari lautan.


Allah SWT menciptakan bumi dilengkapi dengan berbagai sarana pelengkap dan pemberi manfaat bagi para penghuninya, dilapisi dengan langit yang seolah membentang mengelilingi bumi. Ada oksigen, hidrogen, netrogen. Lapisan atmosfir, hidrosfir, barisfir, , litosfir, litiotosfir, dan lainnya yang berfungsi menyaring energi panas matahari (lapisan ozon). Bersambung....


KH Awan Sanusi, salah seorang A'wan PWNU Jawa Barat


Ngalogat Terbaru