• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Ngalogat

Jika Merindukan Ilmu yang Bening, Jangan 'Hanya' Baca Al-Qur'an

Jika Merindukan Ilmu yang Bening, Jangan 'Hanya' Baca Al-Qur'an
Jika Merindukan Ilmu yang Bening, Jangan 'Hanya' Baca Al Qur'an
Jika Merindukan Ilmu yang Bening, Jangan 'Hanya' Baca Al Qur'an

Judul ini terinspirasi dari imam al-Ghazali ketika menjelaskan keajaiban hati. Menurut Al Ghazali, ilmu yang berada dalam hati, itu bisa diperoleh melalui belajar dan bernalar melalui dalil. Dan ada juga ilmu yang melekat dalam hati bersumber dari "sang ilmu" itu sendiri. 


Jenis ilmu pertama ini adalah ilmunya para ulama. Sedang jenis ilmu kedua adalah ilmunya para kekasih Allah dan para Nabi. Jenis ilmu pertama diperoleh melalui pembacaan dan pemahaman terhadap dalil dan karenanya bisa jadi tidak bening karena ketidakjelasan dalil atau ada kepentingan tertentu dari pengguna dalil. Sedang ilmu yang kedua adalah ilmu yang jernih sebagaimana tertulis dalam "lembaran terjaga" karena bersumber dari Allah yang diilhamkan ke dalam hati setiap orang yang dikasihinya. 


Ilmu yang pertama bisa dipelajari melalui dalil Al Qur'an dan as Sunnah, tentu dengan manhaj yang telah digariskan para ulama, memahami ilmu nahwu, sharraf, balaghah, Mantiq, ilmu usul fiqih dan ilmu lainnya. Bukan hanya melalui terjemahan atau melalui "oleh karena itu" atau asal ngomong.


Sedang ilmu yang kedua tidak dipelajari, melainkan digali, dirasakan, didengarkan dari hatinya yang bersih. Bagaimana membersihkan hati? Yaitu dengan melepaskan dan mengosongkan hati dari apapun yang berbau dunia, keluarga, harta, anak, tempat tinggal, ilmu, kekuasaan, sampai pada tingkat sama antara ada dan tidak adanya.


Bagi Al Ghazali, hati adalah cermin. Jika ia bersih, maka secara otomatis ia bisa menangkap cahaya Allah yang ia adalah ilmu Allah. Semakin bening hati semakin bening ilmu Allah yang dipantulkannya. 


Bagaimana bisa ilmu yang terpantul dalam hati lebih bening?


Menurut Al Ghazali, hati bagaikan telaga. Air bagaikan ilmu. Sungai sungai yang mengalir kedalam telaga bagaikan indra indra untuk mendapatkan ilmu. Air yang dialirkan melalui sungai sungai itu bisa kotor dan membawa sampah sampah ke dalam telaga. Demikian pula ilmu yang diperoleh melalui indra indra melalui dalil juga bisa kotor dan membawa sampah. Bagaimana mendapatkan air yang jernih? Maka galilah telaga dan temukan mata air dari dalam telaga itu. Air yang bersumber dari dalam telaga ia akan jernih. Demikian pula ilmu yang digali dari kedalaman hati. Ia akan jernih sejernih air bening.


Bagaimana menggali kedalaman hati? Jangan menyibukkan pikiran dengan membaca Al Qur'an, tafsir, hadist atau lainnya, melainkan isilah hati hanya dengan dzikir Allah Allah. Tegas Al Ghazali.


Ah, sulit sekali mendapatkan ilmu yang jernih. Apa lagi bagi seorang yang sedikit sedikit tanya "mana dalilnya". Subhanallah.


KH Imam Nakha'i, salah seorang Wakil Ketua LBM PBNU


Ngalogat Terbaru