• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Sejarah

Sejarah Terbentuknya JQHNU (2)

Sejarah Terbentuknya JQHNU (2)
JQHNU. (Foto: NUO).
JQHNU. (Foto: NUO).

Bandung, NU Online Jabar 
Mengingat pesatnya perkembangan wilayah dan cabang, selanjutnya dilakukan kongres pada 1-6 Desember 1953 untuk melakukan penyusunan program baru dan penyegaran kepengurusan. Kongres ini dihadiri oleh 10 komisariat (wilayah) provinsi dan 86 cabang dengan keputusan:

 
  1. Organisasi dan himpunan apapun yang bersifat dana dan usahanya sama, berfungsi menjadi satu dengan Jam’iyyatul Qurra wal Huffaz yang bersifat sosial pendidikan dan tidak berafiliasi dengan partai politik manapun. 
  2. Memilih dan mengesahkan Pengurus Besar periode 1953-1956.
  3. Menetapkan lima belas orang qari untuk mendapat piagam dari Menteri Agama.
  

Dalam kongres tersebut terpilih ketua umum KH Tb Ma’mun sedangkan KH Abu Bakar Aceh menjadi salah satu penasihat. 

 

Para qari terbaik yang mendapatkan penghargaan tersebut adalah:

 
  1. KH Utsman Fatah, Meda
  2. KH A Rasyid Siddiq, Palembang 
  3. KH Yusuf Umar, Palembang 
  4. KH Muh Daud Al Hafidz, Jambi 
  5. KH Bustomi Ahmad, Barabai Kalimantan Selatan 
  6. KH Madwan Amin, Banjarmasin 
  7. KH Abdul Rasyid Abul Hasan, Samarinda
  8. KH Muhmmad Siraj, Ciamis, Jawa Barat 
  9. KH RA Jawahir Dahlan, Cirebon, Jawa Barat 
  10. KH Muhammad Arif, Serang Banten
  11. KH A Nahrawi, Jakarta 
  12. KH Tb Mansur Ma’mun, Jakarta
  13. KH Abdul Karim, Gresik 
  14. KH Ahmad Damanhuri, Malang 
  15. 15.    KH Ahmad Baharuddin, Pasuruan 
 

Setelah kongres tersebut, aktivitas organisasi semakin meningkat. Konferensi di tingkat wilayah dan cabang dilakukan di daerah-daerah dengan dihadiri Pengurus Besar. Salah satu anggota Pengurus Besar juga diajak sebagai delegasi seni dan kebudayaan ke Pakistan Timur (Bangladesh), Burma dan singgah di Brunei Darussalam. 

 

Jam’iyyatul Qurra juga mengusulkan agar imam masjid di kabupaten dan kota besar diangkat dari anggotanya serta meminta agar di SD/MI dan Mts, diangkat guru negeri yang mengajarkan Al-Qur’an dari anggotanya. Selain itu, mendorong pengajaran Qur’an di lingkungan penjara, panti sosial, tunanetra dan lainnya. 

 

Atas prakarsa organisasi ini juga, diusulkan adanya Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), yang diawali dari MTQ antar pondok pesantren se-Indonesia dalam rangka Kongerensi Islam Asia Afrika (KIAA) di Bandung tahun 1964, yang kemudian menjadi kegiatan resmi Departemen Agama RI sejak tahun 1968 sampai sekarang serta pendirian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri no 19 th 1977/151-1977.

 

Perubahan sikap dari organisasi independen menjadi salah satu badan otonom NU ke-30 di Lirboyo Kediri statusnya berubah menjadi lembaga NU. Lima tahun kemudian, pada muktamar NU Boyolali, Solo tahun 1999 statusnya kembali menjadi badan otonom. 

 

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) nasional sejak tahun 1968 sampai waktu yang cukup lama mengambil alih tugas JQHNU untuk melaksanakan MTQ antar pondok pesantren. Saat itu pula, JQH bisa dikatakan “mati suri”.

 

Lalu pada tahun 1992, saat KH Abdurrahman Wahid menjadi ketua umum PBNU, JQH kembali diaktifkan. Pada tahun 1999, JQH mengadakan MTQ antar pondok pesantren di Garut, Jawa Barat. Dalam sejarahnya, MTQ antar pondok pesantren yang digelar JQH ini, melahirkan qari-qari dan ulama Al-Qur’an bertaraf nasional dan internasional, seperti KH Abdul Aziz Muslim (Tegal), KH Ahmad Syahid (Bandung), KH Tb Abas Saleh Ma’mun (Banten), KH M Yusuf Dawud (Jawa Timur) H Muammar ZA (Pemalang), Hj Maria Ulfa (Lamongan), dan lain-lain. 

 

Mereka kemudian berhasil dan mencetak kader-kader bangsa, ulama yang hadal Al-Qur’an dan sanggup menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat. 

 

Pertengahan Februari 2012, delegasi dari JQHNU mengukir prestasi membanggakan. Satu orang qari bernama Ja’far Hasibuan dan qariahnya bersama Sri Wajyumi, juara pertama pada MTQ Internasional yang diselenggarakan di Kota Qum, Iran. Pada 2019, kader JQHNU bernama Salman Amrillah juga kembali mengharumkan nama Indonesia dengan meraih juara pertama pada MTQ International yang diikuti perwakilan dari 84 negara pada 8-15 April di Kota Teheran, Iran. 

 

Berikut Nama-nama Ketua Umum JQH dari masa ke masa:

 
  1. KH Abu Bakar Aceh (1951-1959)
  2. KH Tb Abbas Sholeh Ma’mun (1959-1992)
  3. KH Nu’man Thahir (1992-2002)
  4. Prof Dr KH Said Aqil Munawwar (1999-2002)
  5. KH Muhammad Zen (2002-2018)
  6. KH Saifullah Ma’shum (2018-2023)
 

Editor: Agung Gumelar


Sejarah Terbaru