• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Keislaman

Kumpulan Hadits Nabi tentang Amaliah untuk Orang yang Sudah Meninggal

Kumpulan Hadits Nabi tentang Amaliah untuk Orang yang Sudah Meninggal
Kumpulan Hadits Nabi tentang Amaliah untuk Orang yang Sudah Meninggal. (Ilustrasi/freepik)
Kumpulan Hadits Nabi tentang Amaliah untuk Orang yang Sudah Meninggal. (Ilustrasi/freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Setiap yang bernyawa pasti merasakan mati (Q.S. Al-Ankabut: 57). Dan kematian itu sendiri merupakan gerbang menuju keabadian sejati, itulah sebabnya alam kubur disebut dengan alam baka.  Manusia berasal dari tanah dan kelak akan kembali juga ke tanah (Q.S. Thaha :55). 


Sudah sepantasnya setiap manusia menyadari akan keniscayaan ini, dengan mempersiapkan bekal amal sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya untuk menghadapi perjalanan panjang yang bisa membahagiakan jika banyak amal salehnya dan bersih hatinya, namun sebaliknya bisa jadi menyusahkan dan menyakitkan jika banyak kejahatan dan dosa-dosa yang dipikulnya.


Selain itu sebagai makhluk sosial, fitrah manusia akan mendorongnya untuk saling tolong menolong satu sama lain, baik terhadap orang-orang yang masih hidup maupun  yang sudah mati.  Dalam hal ini perlu kiranya untuk mengetahui sikap dan tindakan apa saja perlu dilakukan dan harus dijaga oleh yang hidup terhadap siapa saja yang sudah berpulang ke rahmatullah yang akan diuraikan secara ringkas dan jelas dalam uraian berikut ini.


1.    Hadits tentang Anjuran untuk Mengingat Kematian


Kebanyakan manusia suka lupa diri, terbuai oleh tipu daya hawa nafsu dan keindahan duniawi, sehingga lalai dalam menjalankan tugas kekhalifahan yang diembankan Allah untuk memakmurkan bumi sesuai dengan tuntunan firman suci dan sabda Nabi Muhammad saw. serta kewajiban untuk bertauhid dan menyembah Tuhan. 


Kesenangan hidup dan kenikmatan duniawi kerap kali  membuat manusia lupa bersyukur, alpa akan asal dan tujuan hidupnya. Karena itulah Nabi Muhammad saw mewanti-wanti umatnya agar selalu mengingat sesuatu yang dapat menghentikan dan menghancurkan segala kenikmatan tersebut yaitu kematian.  Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulllah saw bersabda:


اَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : اَلْمَوْتِ (رواه الترمذي والنسائي وصححه ابن حبان)


“Perbanyaklah oleh kalian mengingat pemutus segala nikmat, yaitu kematian.” (H.R. at-Tirmidzy dan an-Nasa’i . Disahihkan oleh Ibnu Hibban).


2. Menuntun yang Sedang Sakaratul Maut dengan Kalimat Tauhid


Jika sudah mendekati ajalnya, manusia akan mengalami sakaratul maut, yang konon rasanya lebih menyakitkan daripada disayat-sayat oleh seribu pedang. Namun bagi orang saleh tentunya tidak akan merasakan hal yang demikian. Saat seseorang mendekati akhir hidupnya itulah, kita dianjurkan untuk menuntunnya dengan kalimat tauhid yakni laa ilaha illallah, sehingga kalimat itulah yang terakhir keluar saat ia berpisah dari dunia.


Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah r.a. mereka berkata, Rasulullah saw bersabda: 


لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لَااِلٰهَ اِلَّا اللهُ (رواه مسلم والأربعة)


“Ajarilah oleh kalian kalimat “Laa ilaaha illallah” kepada orang yang akan mati (sakaratul maut).”(H.R. Muslim dan empat imam hadits yaitu Abu Daud, at-Tirmidzy, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).


Tujuan dari amaliah tersebut adalah supaya orang yang mau meninggal dunia itu akan mendapat jaminan masuk surga saat berhasil mengucapkan kalimat tauhid. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi saw:   


مَنْ كَانَ أَخِرُ كَلَامِهِ لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ


“Barangsiapa akhir ucapannya (sebelum mati) kalimat laa ilaaha illallah,maka ia akan masuk surga.”(H.R.Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim).


Para ulama memberi tuntunan jika orang yang sakaratul maut itu telah berhasil mengucapkan kalimat tauhid, maka janganlah diajak bicara apapun, sehingga kalimat tauhid itulah yang terakhir terucap oleh lisannya. Maka jika diajak bicara yang lain lagi setelah terucap kalimat tauhid tadi, konsekuensinya adalah harus mengulangi penuntunan kalimat tauhid tersebut. Dan ini tidak mudah.


3. Bacakan Yasin kepada Orang yang Telah Wafat


Orang yang telah wafat, hendaknya kita bacakan surat Yaasiin agar mayit itu diampuni dosa-dosa-nya oleh Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar, bahwasanya Rasulllah saw bersabda :


اِقْرَئُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يٰسۤ (رواه ابو داود والنسائي وصححه ابن حبان)


“Bacakanlah oleh kalian surat Yaasiin kepada orang yang mati/sakaratul maut di antara kalian.” (H.R. Abu Dawud dan an-Nasa’i . Disahihkan oleh Ibnu Hibban)


4. Larangan Meratapi Mayit 


Haram hukumnya meratapi mayit. Karena hal itu mencerminkan ketidak ridlaan seseorang terhadap qadha dan qadarnya Allah. Bahkan bisa jadi ratapan tersebut menjadi sebab mayit di siksa di alam kuburnya jika ia berwasiat untuk ditangisi. Nabi Muhammad saw menjelaskan :


اِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ اَهْلِهِ (رواه البخاري)


“Sesungguhnya mayit itu disiksa dengan tangisan (ratapan) keluarganya terhadapnya.” (H.R.Al-Bukhary).


Jika sekedar meneteskan air mata saja, no problem. Sebab Rasulullah saw juga pernah meneteskan air mata saat kematian seorang putra sahabatnya. Ketika ditanya oleh Sa’ad bin Ubadah r.a,: “Mengapa engkau menangis?” Lalu Nabi saw  menjelaskan bahwasanya tetesan air mata itu merupakan cerminan fitrah manusia yang memiliki rasa kasih sayang dan sedih saat ditinggal oleh orang yang dikasihinya. Sesungguhnya yang akan disiksa itu adalah siapa saja yang mulutnya meratap, bukan karena tetesan air mata.    


5.     Anjuran Bertakziah kepada Keluarga yang Berduka    


Sebagai bukti kesalehan sosial, ketika ada sesama Muslim yang terkena musibah kematian anggota keluarganya, maka hendaklah kita pergi bertakziah atau melayatnya, guna memberikan dukungan moril sekaligus dukungan materil kepada keluarga yang berduka. Anjuran bertakziah ini ternyata sangat besar sekali pahalanya, sebagaimana diuraikan dalam sebuah hadits berikut ini:


Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulllah saw bersabda :


مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ، وَ مَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ، قِيْلَ : وَمَا الْقِيْرَاطَانِ؟ قَالَ : (( مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ)) . (متفق عليه)


“Barangsiapa yang menyaksikan (melayat) jenazah hingga disholatkan, maka ia akan mendapat pahala sebesar 1(satu)qirath. Dan Barangsiapa yang menyaksikan (melayat) jenazah hingga dikuburkan, maka ia akan mendapat pahala sebesar 2(dua) qirath. Dikatakan : ‘apakah 2 qirath itu?’ Nabi saw menjawab: ‘seperti ukuran dua gunung yang besar.” (H.R. al-Bukhary dan Muslim)  


KH Cep Herry Syarifuddin, Pimpinan Pondok Pesantren Sabilurrahim Mekarsari, Cileungsi, Bogor yang juga Syuriyah PWNU Jawa Barat


Keislaman Terbaru