Kuluwung

Kejung Malam Pengantar Pulang

Sabtu, 24 Agustus 2024 | 10:39 WIB

Kejung Malam Pengantar Pulang

Ilustrasi. (Foto: Nasihin)

Anak mungil itu terlahir di tahun saat kemarau panjang, sang ibu mengantar doa di malam yang begitu hening.

"Aku adalah ibumu, nafas dan darahku adalah jiwamu."

"Kau terlahir dalam takdir dan kehendak Tuhanmu."

"Aku adalah ibumu, setiap detik dalam hidupmu ada doaku."

Nak, jaman ini penuh cobaan, kekeringan, paceklik dan ketamakan. Namun, tak perlu risau. Karena Tuhan selamanya pemilik langit dan bumi.

Nak, kau terlahir saat bulan tenggelam ke barat. Ketika ayat-ayat suci berkumandang menjelang subuh.

Kelak ketika kau dewasa, jadilah dirimu sendiri, tak perlu takut dengan apa yang kau lihat, karena segala kejadian adalah kehendak Dia, sebab segala perkara.

Hari ini, kau kugendong dalam dekapan kasih sayangku. Begitu pula kau akan kembali dalam dekapanku.

Kita ada tanpa meminta, tanpa menawar.

Sedih dan bahagia adalah bagian dari perjalanan. Kita adalah musafir. Hidup di dunia ini sangatlah sempit, penuh ujian dan kafakiran.

Nak, jelajahi timur dan barat. Dan kembalilah ke pangkuan ibumu. Jika kau lelah, tidurlah dalam dekapanku bersama syair-syair yang aku bacakan ketika kau lahir.

Kejung, membumbung melewati malam, mengantar sang ibu dan anaknya melewati batas kehidupan.

Nasihin, Pengurus Lesbumi PWNU Jawa Barat