Ahmad Arip
Kolomnis
Dalam sebuah pepatah dikatakan 'Jagalah bahasa serupa menjaga jiwa'. Saya teringat ketika sekitar Lima tahun silam, sebuah pernyataan di media sosial membuat saya terhenyak: "Bahasa Sunda akan punah lebih cepat dibanding bahasa daerah besar lain di Indonesia karena ditinggalkan penuturnya."
Kala itu, saya menganggapnya sebagai hiperbola. Tapi kini, dalam perjalanan waktu, kekhawatiran itu mulai menemui bukti.
Baca Juga
Filosofi Masjid Berkuncup Tiga di Sunda
Meski percakapan sehari-hari dengan kawan-kawan masih menggunakan bahasa Sunda, frekuensinya kian menyusut. Acara-acara adat di Tatar Sunda pun kerap lebih dominan menggunakan Bahasa Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 mengonfirmasi tren ini: meski 72,78% penduduk Indonesia masih menggunakan bahasa daerah, penutur Bahasa Sunda turun 2 juta orang dalam satu dekade (2010-2020). Di Jawa Barat, wilayah dengan 50 juta penduduk, hanya 40% yang aktif berbahasa Sunda menurut Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat (BBJB).
Situasi saat ini sangat sulit sekali membaca tulisan bahasa sunda yang baik dan benar, termasuk dalam bertutur. Mungkin saat diacara adat seferti pernikahan dimana kita bisa mendengar kemegahan bahasa sunda yang begitu indah penuh dengan kosa kata yang mengandung nilai seni yang dalam.
Ironisnya, sebagai bahasa daerah kedua terbesar di Indonesia (18,68% penutur), posisi Sunda jauh di bawah Jawa (42,19%). UNESCO dalam Atlas of the World’s Languages in Danger memang belum memasukkan Sunda dalam kategori "rentan" atau "terancam", tetapi di tingkat global, 40% bahasa daerah di dunia sudah mulai ditinggalkan. Indonesia, pemilik 720 bahasa daerah, telah kehilangan 11 bahasa lokal yang punah tanpa penutur.
Di tengah ancaman ini, Acep Zamzam Noor, budayawan nasional dan putra KH. Ilyas Ruhiat (Rais Am PBNU 1992-1999), memberi secercah harapan. Dalam podcast Cipasung TV yang dipandu oleh Neng Imana Tahira, ia menyatakan: "Bahasa Sunda tak akan punah selama masih ada pesantren."
Kita ketahui bahwa sebagian pesantren di Jawa Barat menggunakan kitab kuning ngalogat dengan pengantar Bahasa Sunda. Lebih jauh lagi banyak nadzoman-nadzoman berbahasa daerah yang dibuat oleh para Ulama, itulah upaya dalam pembelajaran agama menyatu dengan budaya. Data Kemenag 2023 menunjukan dari 34 ribu pesantren di Indonesia, 10 ribu di antaranya berada di Jawa Barat.
Namun, Pak Acep Zamzam juga mengakui sumbangsih pesantren yang begitu besar terhadap pelestarian sastra (sunda) tapi juga mengingatkan: "Santri harus membaca karya sastra Sunda".
Faktor penyebab kemunduran bahasa Sunda kompleks: dominasi bahasa International dan National, urbanisasi, serta perubahan struktur sosial-ekonomi. Di sisi kebijakan, Indonesia sebenarnya memiliki payung hukum seperti UU No. 24/2009 dan Perda Jabar No. 14/2014 yang mewajibkan pelindungan bahasa daerah. Sayangnya, implementasinya masih lemah.
Contoh nyata: pembelajaran Bahasa Sunda di sekolah seringkali sekadar formalitas, tanpa pendekatan budaya yang menyenangkan. Akibatnya, generasi muda malu atau enggan menggunakannya. Menurut data BPS Generasi alpha yang bertutur bahasa daerah sebanyak 61%, sedangkan Gen-Z 69%. Generasi lainnya seferti generasi X, milenial, boomer itu diatas 70%.
'Ulah Paliḍ Ku Cikiih, Ulah datang Ku Cilencang,' (Jangan hanyut oleh air kecil, jangan terbawa arus yang tak berarti).
Pesan bijak ini mengajak kita untuk tidak menyerah pada derasnya globalisasi yang menggerus identitas. Bahasa Sunda bukan sekadar alat komunikasi, melainkan jati diri yang menyimpan kearifan lokal, sejarah, dan filosofi hidup.
Upaya pelestarian harus dimulai dari keluarga, diperkuat oleh kurikulum sekolah yang kreatif, dan dukungan pemerintah melalui program revitalisasi berbasis komunitas. Seperti kata Acep Zamzam Noor, pesantren telah membuktikan diri sebagai garda depan. Kini, saatnya seluruh elemen masyarakat bergerak bersama.
Terpopuler
1
Resmi Dilantik, Lasqi Majalengka Siap Gairahkan Seni Qasidah dari Desa hingga Nasional
2
Hasil Drawing Piala AFF U-23 2025, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Malaysia
3
Sebanyak 73 Peserta Berkumpul di Gedung SMP Ma'arif NU Nurul Hikmah Ikuti Makesta II IPNU-IPPNU Cipaku
4
Seluruh Jamaah Indonesia Telah Tiba di Tanah Suci, Masuki Masa Persiapan Jelang Puncak Haji
5
Rais Syuriah PCNU Kota Bogor Terima Silaturahmi Nahdliyin Citayam, Sambung Sanad Keilmuan dan Ukhuwah
6
Berkhidmah di Nahdlatul Ulama, GP Ansor Komitmen Membangun Kabupaten Bogor
Terkini
Lihat Semua