Gelar Tablig Akbar Cara Santri Al-Ihsan Teladani Akhlak Karimah Rasulullah Saw
Jumat, 29 September 2023 | 07:00 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Pondok Pesantren Al-Ihsan Cibiru Hilir menggelar peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw di halaman Ponpes setempat, Ahad (24/9/23) malam.
Acara tersebut mengusung tema ‘Meneladani Akhlakul Karimah Nabi, Sebagai Spirit Mewujudkan Generasi Islam yang Mandiri di Era Digitalisasi’ dengan diikuti sebanyak kurang lebih 340 santri dan santriwati, serta masyarakat umum.
Realisasi acara tersebut merupakan salah satu program kerja dari Kementerian Agama Organisasi Santri Pesantren Al-Ihsan (OSPAI). Diselenggarakan dalam rangka syukuran atas dilahirkannya seorang manusia paling mulia, Nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad Saw.
Peringatan maulid tersebut dikemas dalam acara Tabligh Akbar dengan menghadirkan salah seorang alumni yang juga Pimpinan Ponpes Tanjung Salam, KH Dindin Awaludin sebagai pengisi acara.
Pada kesempatan tersebut, Ketua pelaksana Rizki Ahmad Nugraha menuturkan, tujuan diselenggarakannya acara tersebut sebagai upaya meneladani sifat-sifat mulia Rasulullah
“Ini merupakan sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah, juga untuk meningkatkan rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW, selain itu dengan adanya acara ini kita bisa bersilaturahmi dengan seluruh santri Al Ihsan dan juga warga Cibiru Hilir,” terangnya.
Sementara itu KH Dindin Awaludin dalam tausiyahnya menjelaskan cara Rasulullah memperingati hari kelahirannya dengan cara berpuasa
"Adakah bukti bahwa rasul memperingati maulid,” tanyanya. “Nabi Muhammad Saw tidak merayakan namun memperingatinya dengan cara berpuasa, yaitu puasa sunnah hari senin. Nabi ditanya soal puasa pada hari Senin, beliau menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku. (HR Muslim: 1162)," jelasnya.
Kiai Dindin menjelaskan orang yang pertama merayakan kelahiran Nabi secara besar-besaran yaitu Raja Abu Sa'ide di Irak
“Menurut Ibnu Katsir orang yang merayakan besar-besaran maulid nabi adalah Raja Abu Sa'id Kaukabri bin Zainuddin Ali bin Baktikin atau Raja Ibril (kini Baghdad) yang masuk dalam wilayah Irak. Gelar termasyhur yang dimilikinya, Malikul Mudhafar,” terangnya.
Menurut Kiai Dindin dalam Qur’an surat Yunus ayat 58, Allah menyuruh kepada umat manusia untuk bergembira atas karunia dan rahmat yang diberikannya
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya: Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus 58)
“Dalam tafsir Al Muyassar yang disebut Karunia Allah adalah Ilmu, sumber ilmu yang utama Adalah Al-Qur'an. Sementara yang Dimaksud Rahmat Allah adalah Nabi Muhammad SAW sesuai Firman Allah dalam Qur’an surat Al-anbiya,” ujarnya
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al-Anbiya: 107)
“Ketika karunia Allah dan rahmatnya turun maka kita diharuskan bergembira,” imbuhnya.
Lanjutnya, Kiai Dindin menjelaskan tidak akan ada kita kalau tidak ada Nabi, sebagaimana keterangan dalam hadits Qudsi
لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك
Artinya: Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini.
Hal tersebut menurutnya sesuai dengan ungkapan penyair dalam syairnya:
محمد بشر لا كالبشر # بل هو كالياقوت بين الحجر
“Muhammad adalah manusia biasa, namun bukan seperti manusia biasa lainnya, karena Ia bagaikan batu mulia merah Rubi (merah delima) di banding sembarang batu lainnya,” katanya.
Kiai Dindin menerangkan peringatan maulid nabi jika dikatakan bid’ah memang bid’ah namun termasuk kategori bid’ah hasanah
“Kalau bid'ah pun termasuk bid'ah hasanah (bid'ah yang baik). Apalagi ini isinya mengagungkan nabi Muhammad Saw. Menurut pendapat imam As-Suyuthi memeringati maulid nabi seperti ini adalah bid'ah yang baik,” jelasnya
"Menurut saya, hukum pelaksanaan maulid Nabi, yang mana pada hari itu masyarakat berkumpul, membaca Al-Qur’an, dan membaca kisah Nabi SAW, pada permulaan perintah Nabi SAW serta peristiwa yang terjadi pada saat beliau dilahirkan, kemudian mereka menikmati hidangan yang disajikan dan kembali pulang ke rumah masing-masing tanpa ada tambahan lainnya, adalah bid’ah hasanah. Diberi pahala orang yang memperingatinya karena bertujuan untuk mengangungkan Nabi SAW serta menunjukkan kebahagiaan atas kelahiran Beliau,” pungkasnya
Pewarta : Asep Nirman
Terpopuler
1
Saat Kata Menjadi Senjata: Renungan Komunikasi atas Ucapan Gus Miftah
2
Susunan Kepanitiaan Kongres JATMAN 2024: Ali Masykur Musa Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana
3
Kerja Sama NU dan ATR/BPN Percepat Sertifikasi Tanah Wakaf di Jawa Barat
4
Sungai Cikaso Meluap Akibat Tingginya Intensitas Hujan, Ratusan Rumah Terendam hingga Sejumlah Kendaraan Terbawa Arus
5
Khutbah Jumat: Cemas Amal Ibadah Tidak Diterima
6
NU Depok Peduli Kembali Bergerak, Siapkan Bantuan untuk Korban Bencana Alam
Terkini
Lihat Semua