• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Habib Luthfi bin Yahya Ungkap Keistimewaan Peringatan Maulid Nabi

Habib Luthfi bin Yahya Ungkap Keistimewaan Peringatan Maulid Nabi
Maulana Habib Luthfi bin Yahya (Foto: NU Online)
Maulana Habib Luthfi bin Yahya (Foto: NU Online)

Bogor, NU Online Jabar 
Bagi masyarakat Muslim di Indonesia memperingati maulid Nabi Muhammad Saw sudah menjadi tradisi yang melekat pada ciri khas Muslim di tanah air ini. Semua itu semata-mata hanya karena kecintaan dan kerinduannya kepada baginda Rasulullah Saw. 

 

Mengenai hal ini, dalam sebuah tausiahnya pada peringatan maulid nabi di Komplek Perumahan Bogor Baru, Kota Bogor pada Senin (13/13) lalu, Maulana Habib Luthfi bin Yahya mengungkapkan keistimewaan mencintai dan merindukan baginda Nabi Muhammad Saw salah satunya adalah menjadi tolak ukur kadar keimanan seseorang. 

 

Menurut Rais Aam Jam’iyyah Ahlu Thariqah al Mu’tabarah an-Nahdliyah tersebut melunturnya kecintaan kepada baginda Nabi Muhammad Saw akan berpengaruh kepada kadar keimanan seseorang kepada Allah Swt sebagai kholik ar-Rahman.

 

Sebagaimana firman Allah SWT:

 

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

 

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 

"Keberadaan kanjeng Nabi Muhammad sebagai rahmat untuk alam semesta dan sholawat kita kepadanya adalah diampuninya dosa dan kesalahan kita," tuturnya.

 

Habib Luthfi juga menjelaskan bahwa pada saat yang sama pula, ketika kita menjalankan ketaatan dengan rasa kecintaan maka ibadah yang dijalani akan terasa berbeda. Akan merasakan kelezatan tersendiri bagi mereka yang sudah jatuh cinta kepada sosok pribadi kanjeng Nabi Muhammad Saw. 

 

"Jika kadar keimanan seseorang berkurang ini dikarenakan kadar mahabbahnya dipastikan berkurang, sehingga ini akan menjadikan dirinya jauh dari Allah dan Rasulnya,” ujarnya. 

 

Habib yang merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah ini juga menjelaskan bahwa dijauhkannya seseorang dari Allah Swt dan rasulnya juga akan berakibat fatal bagi dirinya, dan hal ini akan mengganggu hal-hal lainnya.

 

“Mudah terprovokasi, mudah dipecah belah, akan mudah intoleransi dan fatalnya akan menghancurkan kita punya bangsa, yakni kecintaan kepada NKRI akan hilang," pungkas Habib yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia tersebut.

 

Pewarta: Mun'im Hasan Syadzili
Editor: Agung G


Daerah Terbaru