Alami Krisis Air Bersih, Mahasiswa KMNU ITB Terapkan Teknologi Pengolahan Air di Garut
Kamis, 14 Agustus 2025 | 10:00 WIB
Garut, NU Online Jabar
Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Institut Teknologi Bandung (ITB) di bawah naungan Direktorat Kemahasiswaan ITB menyelenggarakan program pengembangan sistem pengolahan air minum bertajuk Water Solution for Pesantren (Wastren): Desiminisasi Sistem dan Teknologi Pengolahan Air Minum untuk Kemandirian Ekonomi Pesantren di Desa Karyasari, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Program yang berlangsung sejak Februari 2025 tersebut bertujuan mengatasi persoalan krisis air bersih yang telah lama dihadapi masyarakat setempat akibat kondisi geografis yang menyulitkan akses terhadap air layak konsumsi.menyelenggarakan program pengolahan air bersih di Garut.
Terkait program tersebut, Tim Pengmas bekerja sama dengan Pondok Pesantren Manba’ul Ulum lokasi yang dipilih untuk penerapan program dan Rumah Amal Salman sebagai donatur dan fasilitator. Adapun pengabdian masyarakat itu dibimbing oleh Prof Yedi Purwanto dan Manajer Program Abdul Aziz yang berfokus pada penerapan sains, teknologi tepat guna dan terciptanya karya seni/desain/arsitektur/ perencanaan wilayah binaan misalnya metoda, alat, desain, purwa rupa (prototipe).
Adapun kegiatan utama dari pengmas ini, dilaksanakan di Pesantren Mambaul Ulum, Dusun Curug Pesantren, yang selama ini menjadi sumber utama air bersih bagi warga sekitar, terutama saat musim kemarau. Melalui pemanfaatan teknologi filtrasi dan desinfeksi sederhana, mahasiswa merancang sistem pengolahan air berbasis mata air lokal yang dapat dijalankan secara mandiri oleh pihak pesantren.
"Sebenarnya potensi air di Desa Karyasari ini besar terbukti dengan adanya beberapa sumber mata air alami. Akan tetapi letak geografis desa berada di atas sungai, sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri, untuk membangun infrastuktur," jelas Ketua Koordinasi Program Hanif Miftakhul Huda.

Hanif menambahkan, kebutuhan air bagi warga sudah cukup mendesak, warga tidak bisa terus menerus mengandalkan mengambil air secara manual, dengan jarak yang cukup jauh, sehingga pengabdian masyarakat ini difokuskan untuk membangun infrastuktur dengan menerapkan teknologi filtrasi air agar masyarakat bisa segera mendapatkan akses air minum yang lebih sehat dan nyaman untuk kebutuhan sehari-hari.
Teknologi yang diterapkan menggunakan teknologi filter RO 200 GPD yang nantinya dihubungkan ke drinking fountain. Teknologi ini mencakup sistem penyaringan berlapis, pemurnian menggunakan sinar ultraviolet (UV), serta desain yang hemat energi dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Dengan sistem ini, air dari mata air “Kiara” yang berada di sekitar pesantren dapat diolah menjadi air minum yang aman dikonsumsi tanpa perlu dimasak terlebih dahulu.
Selain menyediakan akses air bersih, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren. Para mahasiswa menggagas untuk pendirian depot isi ulang air minum yang nantinya dapat dikelola langsung oleh para santri. Sebanyak 20 santri terlibat dalam pelatihan produksi, pengemasan, hingga distribusi air minum. Selain itu, kegiatan sosialisasi tentang pentingnya konsumsi air bersih dilakukan kepada sekitar 50 warga desa.
"Pesantren ini memiliki potensi besar, baik secara sosial maupun geografis. Kami berharap teknologi ini dapat menjadi cikal bakal usaha mandiri berbasis air bersih, sekaligus memperkuat peran pesantren dalam pembangunan masyarakat," imbuh Hanif.
Desa Karyasari dihuni lebih dari 4.800 penduduk, mayoritas bekerja sebagai buruh tani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut tahun 2021, sekitar 34 persen penduduknya hanya menempuh pendidikan hingga taman sekolah dasar. Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya memperbaiki kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam hal kesehatan dan akses air minum layak.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ulum Curug Kiai M Sambas Asyafi'i menurutkan bahwa program tersebut seperti gayung bersambut dengan visi serta misi Pondok Pesantren Manbaul Ulum Curug, yang menempatkan pola modernisasi dalam akses kebermanfaatan santri serta umat.
"Segala aspek kebaikan dalam program ini telah menjadi solusi dan perbaikan sistem pada air reguler konsumsi di lingkungan pesantren maupun masyarakat sekitar lingkungan pesantren," jelasnya.
"Akan tetapi jauh melihat potensi dari program Wastren tersebut, alangkah lebih baik jika ke dapannya pemanfaatan teknologi ini juga bisa dikembangkan sebagai bentuk akselerasi ekonomi yang berdampak terhadap kemandirian serta pendidikan berbasis muamalah untuk para santri khususnya dan umumnya masyarakat di seputar pesantren sesuai dengan moto dan tujuan dari pondok yaitu menjadikan santri yang mapan secara pemahaman ilmu keagamaan juga mapan secara kemampuan ekonomi ketika sudah masuk ke ranah sosial masyarakat di wilayah asal masing-masing," tandas Kiai Aceng Sambas.
Terpopuler
1
MA Plus Al Hikam Gelar Talkshow Inspiratif Perjalanan Hafidz ke Panggung Dunia
2
Lestarikan Warisan Budaya, Kontes Ayam Pelung di Pesantren Fauzan Garut Diikuti 600 Peserta: Ada Jember hingga Madura
3
Ketua PCNU Cirebon Siapkan 17 Hektare Lahan untuk Mendukung Program Tanam Satu Kali Panen Empat Kali
4
Ansor Jabar Jadikan Bisnis sebagai Core Gerakan, Dorong Pemberdayaan Ekonomi Kader
5
LPBINU Jawa Barat Dukung Program “Bakti Negeri” Trias Bakti Pasundan
6
Ibu Lebih Berhak Atas Hak Asuh Anak Pasca Perceraian, Begini Penjelasan Ulama dan Aturannya
Terkini
Lihat Semua