• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Kolom KH Zakky Mubarak

Tegak dan Runtuhnya Masyarakat

Tegak dan Runtuhnya Masyarakat
Foto: NUO
Foto: NUO

Oleh: KH Zakky Mubarak 
Berbagai perubahan yang pasti dialami suatu masyarakat, merupakan pemandangan rutin yang terjadi di tengah-tengah kehidupan manusia. Perkembangan yang terjadi, selalu mengarah pada dua keadaan yang bersifat antagonis. Tegak atau runtuh, kemajuan atau keterbelakangan, sukses atau gagal, kebangkitan atau keterpurukan dan seterusnya. Keadaan yang terjadi dalam masyarakat atau bangsa yang baru saja dikemukakan, tentu tidak akan terjadi dengan sendirinya, tetapi berkaitan erat dengan sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

Tegak atau runtuhnya suatu masyarakat dan bangsa, tidak bisa lepas dari hukum-hukum sejarah yang pasti, seperti yang terjadi pada hukum alam atau sunnatullah. Para ahli sejarah, membagi kehidupan suatu bangsa atau umat kedalam empat periode.

Periode pertama adalah masa pembentukan yang dipelopori orang-orang kuat, ditunjang oleh para pendukung yang kuat pula, sehingga terbentuklah suatu negara atau umat. Periode kedua adalah periode perjuangan untuk membangun yang dilakukan oleh para penerus dari fase pertama. Keprihatinan, ketekunan dan idealisme mewarnai kelompok ini sehingga dapat mengantarkan bangsa atau umat itu pada suatu kemakmuran dan kemewahan. Periode ketiga adalah generasi yang menikmati hasil dari jerih payah serta usaha periode pertama dan kedua. Generasi ini biasanya ditandai dengan sikap konsumtif secara berlebihan, dimulai dari kaum elit politik sampai pada kalangan rakyat jelata. Generasi ini gemar berfoya-foya, mengumbar hawa nafsu dan mereguk kemewahan yang bersifap material. Kelompok ini diwarnai dengan sikap pemalas, mudah berselisih dan kerapuhan idealisme. Periode keempat adalah periode kehancuran, sebagai lanjutan dari periode ketiga, ditandai dengan tidak adanya pemimpin-pemimpin yang kuat, timbulnya perebutan kekuasaan antar elit pemerintah dan munculnya perselisihan antar ras dan golongan.

Dengan demikian masyarakat atau umat itu akan menjadi sasaran empuk bagi intervensi bangsa atau umat lain yang memiliki kemampuan dan kekuatan. Sangat jelas bahwa tegak atau runtuhnya suatu masyarakat terletak pada mereka sendiri, bukan pada umat lain.

Sebagai manusia muslim, kita haru mengamati perkembangan sejarah kehidupan bangsa-bangsa dengan cermat dan teliti. Dari sejarah masa lalu, atau dari teori-teori sejarah yang berkembang di dalamnya, kita harus mengambil manfaat dan pelajaran yang amat berharga. Agama Islam yang kita yakini, membawa dan mengemukakan konsep-konsep sejarah, mengarahkan umatnya agar selalu mengadakan perubahan yang positif di tengah-tengah masyarakat. Nasib, kehidupan dan masa depan umat Islam, tidak bisa diserahkan pada bangsa lain, tetapi harus diusahakan sendiri, secara bersungguh-sungguh.

Setiap diri manusia muslim tidak boleh berpangku tangan dengan santai dalam mengarungi kehidupan modern yang terus berkembang. Kehidupan yang ditandai dengan berbagai persaingan, penemuan-penemuan baru di bidang sains dan teknologi serta era globalisasi yang terus memacu dinamika orang per orang ataupun masyarakat.

Umat Islam harus terus berjuang bagi kemajuan umat dan agamanya dengan sistem yang terorganisir dan terencana serta terus mengikuti perkembangan dunia. 

لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu bangsa (masyarakat) sampai mereka mengubah (terlebih dahulu) apa yang ada pada diri mereka. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia ”. (Q.S. Al-Ra’d, 13 : 11).

Manusia beriman yang senantiasa meyakini kebenaran agamanya, harus selalu memelopori berbagai perubahan dunia ini kearah yang lebih baik. Kita hendaknya mengarahkan kehidupan modern ini pada pembentukan suatu umat global, yang didasari keadilan, tegaknya hak-hak asasi manusia dan peradaban yang luhur.

Cita-cita itu merupakan suatu pengejawantahan yang nyata dari sebagian ajaran kitab suci yang kita yakini: 

الٓرۚ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ  

“Alif Laam Raa, (Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu, supaya kamu mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benerang dengan izin Tuhan mereka, yaitu menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Ibrahim, 14:1).

Penulis merupakan salah seorang Rais Syuriyah PBNU


Hikmah Terbaru