• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Kolom Buya Husein

Shudur Al-Ahrar Qubur Al-Asrar

Shudur Al-Ahrar Qubur Al-Asrar
(Ilustrasi: NUO).
(Ilustrasi: NUO).

Oleh: KH Husein Muhammad
Imam Abû Hâmid al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) dalam karya Masterpicenya, Ihyâ Ulûm al-Dîn, mengutip Imam Alî bin Abî Thâlib yang mengatakan: 

قُلُوْبُ اْلاَبْرَارِ قُبُورُ الْاَسْرَارِ

“Hati nurani manusia-manusia yang baik adalah kuburan rahasia-rahasia”. (al-Ghazâlî, Ihyâ, I/57).

Sebagian sufi menyebut:

صدور اْلاَحْرَارِ قُبُورُ الْاَسْرَارِ

“Dada orang-orang yang merdeka adalah kuburan rahasia-rahasia". 

Makna dari kalimat di atas pada intinya adalah bahwa pikiran-pikiran para bijak bestari, para filsuf dan para sufi banyak yang tersimpan atau tersembunyi di dalam hati mereka, bagai barang berharga di dalam kuburan. Mereka mengerti bahwa gagasan dan kata-katanya sering sulit dipahami oleh publik umum (awam). Jika mereka menyampaikannya secara terbuka akan menimbulkan problem serius yang mengganggu pikiran dan mengguncang ketenangan masyarakat.

Dalam banyak pengalaman ucapan-ucapan, pernyataan-pernyataan dan pandangan-pandangan mereka dalam isu-isu keagamaan atau ketuhanan acap dianggap oleh “awam” atau yang berpikir seperti orang “awam” telah menyimpang, sesat dan menyesatkan.

Para bijak bestari itu sering dituduh kafir, murtad, musyrik, zindiq dan stigma-stigma prejudis yang sejenisnya. Pada gilirannya mereka divonis hukum halal darahnya dengan mengatasnamakan agama atau Tuhan. Seringkali pula tuntutan penguhukuman yang hampir selalu dibarengi teriakan-teriakan “Allah Akbar” itu kemudian didukung oleh penguasa dengan alasan menjaga stabilitas atau dengan cara membiarkannya.

Sebagian politisi bahkan sebagian tokoh agama, organisasi keagamaan dan partai politik juga mendukung atau paling tidak membiarkan aksi-aksi kekerasan itu terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat.

Ucapan-ucapan keagamaan para "al-ahrar" yang dianggap menyesatkan itu dalam sejarahnya pada umumnya berhubungan dengan tema-tema yang mengusung pluralisme agama (al-ta'addudiyyah), kebebasan berpikir (al-hurriyyah), kesatuan wujud (wihdah al-wujûd), kemanunggalan kula-Gusti (Ittihâd) atau atau wihdah al-adyân (kesatuan agama-agama) dan sejenisnya.

Sumber: FB Husein Muhammad


Hikmah Terbaru