• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Hikmah

Kolom Buya Husein

Perempuan di Antara Dua Kutub yang Berdegup 2: Realitas Modern yang Menggugat

Perempuan di Antara Dua Kutub yang Berdegup 2: Realitas Modern yang Menggugat
(Ilustrasi: freepik.com)
(Ilustrasi: freepik.com)

Oleh: KH Husein Muhammad
Sementara demikian, realitas modern telah meniscayakan ruang-ruang yang terbuka bagi aktifitas-aktifitas perempuan di berbagai sektor kehidupan. Kaum perempuan muslim bergerak, berjalan, berekspresi dan berkreasi mengikuti arus modernitas yang tidak dapat dihentikan itu.

Meskipun pelan, tapi pasti, mereka muncul di tengah komunitas yang sebelumnya hanya sah bagi kaum laki-laki. Mereka tidak hanya ahli mengendalikan mobil sedan, tetapi juga kendaraan besar, trailer dan pesawat terbang. Mereka berorasi di panggung politik praktis dengan cerdas dan memukau, sebagian tetap dengan mengenakan kerudung, sebagian lagi tidak. Meskipun masih sedikit dan belum cukup proporsional memang, akan tetapi tampilnya kaum perempuan di arena politik praktis dan kekuasaan negara, telah membuktikan bahwa mereka telah dipercaya banyak orang sebagai manusia yang cerdas dan memiliki kemampuan yang mengungguli manusia laki-laki.

Berjuta-juta perempuan juga telah memasuki kerja-kerja dengan beragam profesi. Mereka bekerja di ruang yang sama dengan kaum laki-laki, relatif tanpa masalah. Berapa banyak di antara mereka yang telah menulis buku ilmiyah dan karya sastra. Berjuta-juta perempuan bermigrasi, melintas batas negara, berjuang keras untuk mencari penghidupan bagi diri dan anak-anaknya, bahkan suaminya. Keringat dan darah mereka menyumbang devisa bagi negara dengan nominal yang sangat besar. Kepergian mereka tidak lagi bersama "mahram"nya. 

Beribu-ribu perempuan, anak-anak ulama dan para kiyai di desa-desa, juga terbang di udara untuk melanjutkan pendidikannya di tempat yang jauh, lagi-lagi tanpa mahram personal itu. Itu adalah wajah perempuan hari ini.

Kebudayaan manusia ternyata tidak lagi sama dengan kebudayaan 10 abad yang silam. Fakta-fakta sosial, ekonomi dan politik tersebut memperlihatkan kepada kita bahwa kaum perempuan muslim hari ini telah mengabaikan doktrin-doktrin keagamaan yang mereka terima di bangku  pendidikan. Bahkan ketentuan hukum yang sering dikatakan sebagai kesepakatan ulama (Ijma'), misalnya, haramnya perempuan menjadi kepala negara/presiden, telah dilanggar. Fatwa-fatwa agama dan ceramah-ceramah keagamaan yang secara rutin diselenggarakan di banyak tempat, tidak lagi memberikan pengaruh signifikan bagi berjuta-juta perempuan muslim. Tradisi-tradisi lama ; "kasur, dapur dan sumur," sebagai wilayah kerja dan peran perempuan juga telah mereka tinggalkan. 

Pandangan keagamaan klasik, kehendak-kehendak keagamaan konservatif dan tradisi-adat-istiadat, sudah tidak lagi mampu membendung gerak modernisme yang terus menggempur hari demi hari.

Sumber: FB Husein Muhammad


Hikmah Terbaru