• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Musik itu Indah

Musik itu Indah
Musik itu Indah
Musik itu Indah

Peristiwa monumental 1 abad NU di Sidoarjo dan acara-acara sejenis yang mendahuluinya, telah menitipkan gairah pada hatiku untuk secara tak terbendung menulis dan menulis. Mohon dimaklumi. Ya gaes?


Lagu "Ashghal" yang dinyanyikan empat putra putri ulama dengan suaranya yang amat merdu dan indah, diiringi gesekan biola yang mendayu-dayu oleh perempuan-perempuan cantik dan laki-laki gagah dan dikomandani oleh komponis/ maestro orkestra yang ganteng, Addie MS, membuat orang-orang yang mendengar terpukau, hanyut dalam suasana hati yang bergetar tetapi damai dan indah. Bahkan banyak di antara mereka meneteskan air mata hangat bening yang mengalir di pipi diiringi suara sedu sedan yang memilukan. Mereka menyanyi di depan sejuta lebih mata dengan beragam identitas : para ulama besar dunia, para kiai yang alim dan sufi, para santri, laki-laki-perempuan, dewasa-anak-anak dan lain-lain.


Menyaksikan fenomena ini, aku ingat Imam Abu Hamid al-Ghazali, seorang sufi besar, dan perumus final Islam Ahlussunnah wal Jamaah dalam dimensi spiritual. Ia mengatakan :


مَنْ لَمْ يُحَرِّكْهُ الرَّبِيْعُ وَأَزْهَارُهُ، وَالْعُودُ وَأَوْتَارُهَ، فَهُوَ فَاسِدُ الْمِزَاجِ، لَيْسَ لَهُ عَلاَجٌ


“Orang yang jiwanya tak tergerak oleh semilir angin, bunga-bunga, dan suara seruling musim semi, adalah dia yang kehilangan jiwanya yang sulit terobati”. (Ihya Ulum al-Din, II/275).


Bagi al-Ghazali musik dapat meningkatkan gairah jiwa. Ia mengajak orang untuk merenungkan suara-suara kicauan burung nuri atau cucak rowo atau burung-burung yang lain. Suara-suara itu begitu indah, merdu dan menciptakan kedamaian di hati pendengarnya. Seruling (Ney) yang ditiup, tuts-tuts piano yang ditekan satu-satu, biola yang digesek-gesek atau rebana yang ditabuh adalah suara-suara. Suara-suara ini hadir mengekspresikan lubuk hati yang dalam. Musik adalah simbol isi hati dan pikiran.


Di tempat lain al-Ghazali mengatakan dengan penuh kearifan:


“Mendengarkan musik penting bagi seorang yang hatinya dikuasai oleh cinta kepada Tuhan, agar api cintanya tetap berkobar-kobar. Tetapi bagi orang yang hatinya dipenuhi cinta hasrat duniawi yang fana atau diliputi birahi yang menyala-nyala, mendengarkan musik merupakan racun yang mematikan hati, memalingkan dari Tuhan dan melalaikan-Nya. Jika begitu maka itu haram”.


Dan yang paling terkenal adalah Maulana Jalaluddin Rumi. Sufi penyair besar dan legendaris, menggubah tarian berputar Whirling Dervishes (Darwis yang berputar) atau Sema, diiringi Ney (seruling bambu) yang mendayu-dayu, mengungkapkan kerinduan yang menggamit relung kepada Sang Kekasih.


Aku menyaksikan tarian indah ini di Istanbul dan di pelataran Mausoleum Rumi di Konya yang antik, melankoli dan selalu merindukan.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru