• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

Mengenal Makna Filosofis 3 Huruf Rajab

Mengenal Makna Filosofis 3 Huruf Rajab
ilustrasi Rajab (Foto: AM)
ilustrasi Rajab (Foto: AM)


Aasyhurul hurum empat bulan mulia yang Allah Swt muliakan. Salah satunya adalah bulan Rajab, bulan ke tujuh dalam penanggalan hijriyah.


Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan kebaikan melebihi bulan lainnya. Hal ini bertujuan menciptakan suasana spiritual yang lebih intens, menjadikan Rajab sebagai bulan istimewa dalam tradisi keislaman.


Bulan Rajab menjadi momen penting bagi umat Islam, di mana banyak yang memilih untuk berpuasa dengan rentang waktu yang berbeda. Ada yang memulai puasa dari tanggal satu hingga tanggal tiga, ada yang menjalani puasa selama sepuluh, lima belas, bahkan dua puluh tujuh hari. Beberapa juga memilih puasa Daud, yakni sehari puasa dan sehari tidak.


Keistimewaan bulan Rajab diyakini menciptakan nilai lebih pada semua amal ibadah yang dilakukan di dalamnya. Pahala yang dijanjikan Allah atas ibadah pada bulan Rajab melebihi bulan-bulan lainnya, mendorong umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadahnya.


Tradisi puasa di bulan Rajab tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan dedikasi terhadap nilai-nilai keislaman. Peningkatan ibadah selama bulan ini menjadi simbol pentingnya kesucian waktu dan ruang spiritual bagi umat Islam.


Dalam melakukan puasa pada bulan Rajab, umat Islam diharapkan dapat meraih kedekatan dengan Allah Swt. Bulan ini dianggap sebagai kesempatan emas untuk membersihkan jiwa, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri pada-Nya. Keintensifan ibadah selama Rajab menciptakan momentum positif dalam memperkuat iman dan ketaqwaan.


Hal tersebut sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, yaitu: 


أَيُّهَا النَّاسُ! إِنَّهُ قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ، شَهْرُ رَجَبَ، شَهْرُ الله تُضَاعَفُ فِيْهِ الْحَسَنَاتُ وَتُسْتَجَابُ فِيْهِ الدَّعَوَاتُ وَيُفَرَّجُ عَنْ الْكُرْبَاتِ، لَا يُرَدُّ فِيْهِ لِلْمُؤْمِنِيْنَ دَعْوَةٌ، فَمَنْ اِكْتَسَبَ فِيْهِ خَيْراً ضُوْعِفَ لَهُ فِيْهِ أَضْعَافاً مُضَاعَفَةً، وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ   


Artinya, “Wahai manusia! Sungguh telah menaungi kepada kalian semua, bulan yang agung, yaitu bulan Rajab yang merupakan bulan Allah, setiap kebaikan akan dilipatgandakan di dalamnya dan doa-doa akan diterima, kegelisahan akan dihilangkan, doa-doa orang beriman tidak ditolak. Siapa saja yang melakukan kebaikan di dalamnya, maka akan dilipatgandakan menjadi berlipat-ganda, dan Allah bisa melipatgandakan (pahala) bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR Anas bin Malik).


Tidak hanya puasa, ada banyak amal ibadah dan kebaikan yang bisa dilakukan oleh setiap orang pada bulan Rajab, di antaranya adalah (1) bersedekah; (2) silaturrahim; (3) memberi makan orang yang lapar; (4) menjenguk orang sakit; (5) menyenangkan anak yatim; dan semua ibadah dan kebaikan lainnya. Semua itu jika dilakukan pada bulan ini, maka akan mendapatkan pahala yang lebih dari bulan lainnya.


Makna Filosofis dari Nama Rajab
Secara harfiyah, kata Rajab ( (رجب mengandung tiga huruf, yaitu huruf ra’, jim dan ba’. Semua itu memiliki makna filosofis tersendiri. Syekh Abdul Qadir al-Jilani (wafat 561 H) dalam salah satu kitabnya menjelaskan bahwa huruf ra’ memiliki arti rahmat Allah, jim memiliki makna kedermawanan (jud) Allah, sedangkan ba’ memiliki arti kebaikan (birr) Allah.


 فَرَجَبُ ثَلاَثَةُ أَحْرُفٍ، رَاءٌ وَجِيْمٌ وَبَاءٌ. فَالرَّاءُ: رَحْمَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالْجِيْمُ: جُوْدُ اللهِ تَعَالىَ، وَالْبَاءُ: بِرُّ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ   


Artinya, “Rajab memiliki tiga huruf, yaitu (1) ra’; (2) jim; dan (3) ba’. Ra’ berarti rahmat Allah azza wa jall, jim berarti kedermawanan Allah ta’ala, dan ba’ berarti kebaikan Allah azza wa jall.” (Syekh Abdul Qadir, al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq Azza wa Jall, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah], juz I, halaman 319).


Melansir NU Online, Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur menjelaskan maksud dari penjelasan di atas adalah Allah akan memberikan anugerah pada hamba-hamba-Nya dengan pemberian yang tidak terhitung jumlahnya sejak awal hingga akhir bulan Rajab. 


Pemberian itu terbagi menjadi tiga, yaitu rahmat (kasih sayang) tanpa siksaan dari-Nya, kedermawanan mutlak tanpa ada yang tersisa, dan kebaikan-Nya tanpa antipati. 


Berkaitan dengan hal ini, Syekh Abdul Qadir menjelaskan:


 فَمِنْ أَوَّلِ هَذَا الشَّهْرِ اِلىَ أَخِرِهِ مِنَ اللهِ ثَلاَثُ عَطَايَا لِلْعِبَادِ، رَحْمَةٌ بِلاَ عَذَابٍ، وَجُوْدٌ بِلاَ بُخْلٍ، وَبِرٌّ بِلاَ جَفَاءٍ   


Artinya, “Maka dari awal keberadaan bulan (Rajab) ini hingga akhirnya, terdapat tiga pemberian dari Allah swt, yaitu kasih sayang tanpa siksa, kedermawanan tanpa kikir, dan kebaikan tanpa antipati.” (Syekh Abdul Qadir al-Jilani, 319).


Selain itu, Ustadz Sunnatullah menjelaskan bulan Rajab juga menjadi bulan persiapan umat Islam untuk menghadapi bulan agung, yaitu bulan Ramadhan. 


Pendapat tersebut sebagaimana ditulis oleh Imam Al-Hafiz Abu Hasan bin Muhammad Hasan al-Khalal (wafat 439 H) dalam salah satu kitabnya, mengutip riwayat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda:


   قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللهِ لِمَ سُمِيَ رَجَبَ؟ قَالَ: لأنَّهُ يُتَرَجَّبُ فِيهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ لِشَعْبَانَ وَرَمَضَانَ   


Artinya, “Dikatakan kepada Rasulullah: Kenapa (bulan Rajab) dinamakan Rajab? Rasulullah menjawab: Karena sungguh banyak di dalamnya kebaikan untuk bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (Imam Abu Muhammad al-Khalal, Fadhailu Sayahri Rajab, [Lebanon, Beirut, Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama: 1996 H/1416 H], halaman 47).


Mengutip penjelasan Syekh Abdurrauf al-Munawi (wafat 1031 h), dalam salah satu kitabnya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “yatarajjabu” pada hadits riwayat Anas tersebut adalah pada bulan Rajab Allah memberikan pahala yang sangat banyak atas ibadah dan kebaikan yang dilakukan oleh setiap orang melebihi bulan-bulan yang lain.


Tidak hanya itu, bulan Rajab menjadi bulan pembuka dan awal persiapan umat Islam untuk memasuki dua bulan suci selanjutnya yang juga sangat mulia, yaitu bulan Sya’ban dan bulan Ramadhan. Oleh karenanya, menjadi sebuah keharusan bagi umat Islam untuk lebih semangat dalam meningkatkan ketaatan dan kebaikan guna memasuki dua bulan tersebut,


   فَالْمَعْنَى أَنْ يُهَيَّئَ فِيْهِ خَيْرٌ كَثِيْرٌ عَظِيْمٌ لِلْمُتَعَبِّدِيْنَ فِي شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ   


Artinya, “Maka makna (hadits tersebut), adalah dengan disediakan di dalamnya suatu kebaikan yang banyak dan agung bagi ahli ibadah (untuk menghadapi) bulan sya’ban dan ramadhan.” (Syekh al-Munawi, Faidhul Qadir Syarh Jami’us Shaghir, [Mesir, Maktabah at-Tijariah, cetakan pertama: 1356], juz IV, halaman 149).


Sebagai hasil dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bulan Rajab adalah periode peningkatan spiritual. Seluruh bentuk ibadah dan perilaku baik seharusnya ditingkatkan lebih dari bulan-bulan lainnya. Hal ini bukan hanya karena pahala yang dilipat gandakan pada bulan Rajab, tetapi juga sebagai bentuk persiapan dan latihan diri untuk menghadapi bulan yang sangat mulia, yaitu bulan Ramadhan.
 


Hikmah Terbaru