• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Kemuliaan Bulan Rajab (3)

Kemuliaan Bulan Rajab (3)
Rajab (Ilustrasi A.Manaf)
Rajab (Ilustrasi A.Manaf)

Seperti telah dikatakan di atas bahwa Allaah swt berdialog dengan Rasuulullah di Sidratulmuntaha, tidak seperti dialog antara sesama manusia, tapi "tajallaa", menampakkan tanda-tanda keagungan-Nya dalam bentuk wujud yang lain. Hal seperti itu pernah dialami Nabi Musa as:


"...Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepada diriku agar aku dapat melihat Engkau!". Allaah berfirman :"Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku". Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh, dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata :"Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman".(QS:Al-a'raf).


Begitu juga ketika Nabi Musa as menerima wahyu pertama, saat kembali dari Madyan menuju Mesir bersama keluarganya, beliau melihat cahaya api bersinar begitu hebat dari sebuah pohon yang berada di lembah Muqaddas Thuwa. "...Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu), dia dipanggil :"Wahai Musa, Sungguh Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskanlah kedua terompahmu, Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa!" (Q$ : Thaaha).


Isra-Mi'raj


Isra adalah berjalan atau bepergian di waktu malam, sementara Mi'raj adalah naik atau meningkat. Di dunia ini ada sebuah bangsa yang diunggulkan oleh Allaah swt, yaitu Bani Israaiil, "...Annii fadldlaltukum 'alal 'aalamiina". Mereka bangsa yang sombong jarang bergaul dengan bangsa lain selain ada kebutuhannya, mereka hanya mau bergaul dengan bangsanya sendiri. Mereka memang diberi kelebihan dalam beberapa hal oleh Allaah swt, terutama kecerdasannya. Dunia saat ini dikuasai oleh ide-idenya, mereka menguasai negara-negara Eropa, Amerika, dan yang kita rasakan saat ini negara-negara di dunia sangat bergantung pada Amerika dan Eropa. Itu terjadi apalagi setelah Perang Dunia I, dimana orang Yahudi dibantai oleh kaum Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Mereka bangkit menguasai dunia.


Israaiil adalah nama lain dari Nabi Ya'qub as, putera nabi Ishak as. Nabi Ishak adalah putera Nabi Ibrahim as dari isteri pertamanya Sayyidatina Sarah. Dan dari Nabi Ya'qub itulah lahir Bani Israaiil sampai Nabi Isa as. Sementara Rasuulullaah, Muhammad saw, beliau masih keturunan Nabi Ibrahim dari isterinya yang kedua, Sayyidatina Hajar, dan beliau Rasuulullaah saw hanya satu-satu Nabi, Rasul keturunan Nabi Ismail, as.


Nabi Ya'qub sewaktu muda, maklum calon nabi, sangat dibenci, tidak disukai oleh saudara-saudaranya, malah diancam hendak dibunuh. Maka untuk menyelamatkan diri, beliau menghindar, pergi di suatu malam ke kota lain. Maka berjalan atau bepergian beliau di waktu malam disebut "Israaiil". 


Adapun Isra berkaitan dengan peristiwa Isra-Miraj Rasuulullaah saw. adalah perjalanan Rasul di waktu malam dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsha (Palestina), di pelataran datar (Hirizontal). Sementara Mi'raj adalah naik dari Masjidil Aqsha ke Sidratulmuntaha (Vertikal), tempat paling ujung di alam raya.


Isra-Mi'raj adalah peristiwa agung yang sangat menakjubkan. Betapa tidak, perjalanan jauh di tatar datar menuju ujung alam raya (Sidratulmuntaha) ditempuh oleh Rasulullah hanya dalam satu malam; pulang dan pergi. Hal ini sulit diterima oleh nalar dan akal manusia tanpa dibarengi iman terhadap ke-Maha Agungan Allaah sehingga hal ini jadi kontroversi di kalangan masyarakat Mekah.

 

Isra-mi'raj oleh musyrikin Mekah dianggap suatu kebohongan, dibuat-buat, begitu juga kaum muslimin pengikut Rasul hampir tidak yakin akan kejadian tersebut. Hanya seorang hamba yang langsung mempercayai dan membenarkannya. Beliau mengimani apa yang disampaikan Rasul, mungkin beranggapan bahwa jika sesuatu dikehendaki oleh Allaah selagi hal tersebut sasarannya pada sesuatu yang "mungkinul wujud" pasti jadi. ("...Kun fayakuun"). Beliau lah sahabat utama, Sayyidinaa Abu Bakar. Dan karena pembenarannya, beliau digelari "Al Shiddiiq".


Di zaman Nabi Musa pernah terjadi, saat Nabi Musa as berpidato di mimbar, ada seorang jama'ah bertanya, "Musa siapakah orang yang paling pintar saat ini?". Nabi Musa menjawab dengan serius, "Aku". Kemudian Allaah memerintah Nabi Musa ke Majma'al bahrain untuk menemui dan berguru kepada orang yang lebih pandai daripadanya, beliau salah seorang yang diberi ilmu ladunni oleh Allaah, "Min ladunni 'ilman". Dia lah Nabi Khaidir, Abil Abbaas Balya bin Malkan. Beliau bukan dukun, bukan peramal yang mengetahui masa depan, tapi beliau diberi ilmu Ladunni oleh Sang Empunya, sehingga beliau bisa mengetahui sebab-sebab merusak perahu nelayan miskin, membunuh anak, dan membangunkan tembok bangunan yang rubuh. Itu semua di luar nalar manusia, tapi buat Allah sangat mudah.


Begitu pula di zaman Nabi Sulaiman as, ketika beliau menginginkan mahkota Ratu Bilqis, sesosok 'ifrit dari kalangan jin menyanggupi mendatangkan mahkota tersebut sebelum Nabi Sulaiman bangkit dari duduknya. Namun lagi-lagi Allaah memberikan ilmu Ladunni bagi seorang hamba yang disayanginya, dia menyanggupi mendatangkan mahkota raja Bilqis sebelum Nabi Sulaiman mengedikan mata, itulah "min ladunnii ilman". Sudah barang tentu Rasuulullaah saw sebagai manusia yang sangat Dia cintai dengan mudah Allaah menjadikannya, "linuriyahuu min aayaatinaa..."


Ada sejumlah pengalaman menarik dari perjalanan isra-mi'raj yang perlu kita jadikan pertimbangan buat keselamatan dan kebahagiaan kita di masa depan; antara lain :


Pertama, Rasuulullaah melihat seseorang yang tengah menanamkan sesuatu. Dia menanam satu kali, tapi memetik hasilnya tak ada henti. Beliau bertanya pada Jibril tentang hal tersebut. Jibril menjawab :"Itulah gambaran umatmu yang satu kali menanam kebaikan tapi hasilnya tak akan ada henti-hentinya". Barangkali itulah shadaqah jariyah.


Kedua, beliau melihat seseorang yang ngambil kayu bakar, setelah cukup maka diikatlah kayu tersebut, namun ketika diangkat terlalu berat, tidak terangkat. Buka lagi talinya tambah lagi kayunya, tambah berat, sama seperti semula. Buka lagi talinya, tambah lagi kayunya, ternyata tidak bisa diangkat karena terlalu banyak dan terlalu berat. Setelah bertanya kepada Jibril, dia menjelaskan: Itulah gambaran umatmu di kala diberi tugas berat (amanah) tidak bisa dilaksanakan, malah tambah lagi beban, tambah lagi seterusnya. Mungkin ini yang saya alami saat ini, beberapa jabatan di masyarakat saya terima, ternyata banyak yang tidak bisa dikerjakan. Mudah-mudahan tidak tergolong kejadian di atas. Insya Allaah motifnya bukan mencari jabatan atau upah, tapi semata-mata karena janji pengabdian.

 

KH Awan, salah seorang A'wan PWNU Jawa Barat


Hikmah Terbaru