• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Hikmah

Kemuliaan Bulan Rajab (5): Rintangan dan Cobaan Perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW

Kemuliaan Bulan Rajab (5): Rintangan dan Cobaan Perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW
(Ilustrasi: NUO).
(Ilustrasi: NUO).

Malaikat Jibril adalah sosok guru, pembimbing, penunjuk arah dalam pelaksanaan isra-mi'raj. Dia adalah tempat Rasul bertanya, teman musyawarah sehingga Rasul mendapatkan ilmu yang banyak. Bahkan dalam tugas kesehariannya sebagai penyampai wahyu, Jibril dengan sukarela menyampaikannya atas perintah Allaah, yang bagi Rasul merupakan ilmu, sekaligus risalah (tugas kerasulan) dalam upaya membimbing manusia mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.


Rintangan dan Cobaan


Rintangan yang dialami Rasul dalam perjalanan isra-mi'raj diantaranya gangguan dari makhluk yang bernama 'ifriit, dia menghalangi perjalanan Rasul dengan menyalakan obor dengan wajah menyeramkan.


Sementara cobaan/ujian yang dialaminya antara lain sewaktu mi'raj, dimana Rasul menerima tugas shalat fardlu bagi umatnya sebanyak 50 (lima puluh kali) dalam satu hari. Bayangkan jika tidak ada saran dari Nabi Musa as, tugas shalat fardlu bagi umat Islam dalam 24 jam adalah setiap setengah jam; mana waktu untuk beristirahat, untuk bekerja yang lain. Selama 9x Rasul pulang pergi dari langit kelima tempat bertemu Nabi Musa as menuju Sidratulmuntaha. Atas saran Nabi Musa akhirnya Rasul menerima ujian ini, dan keputusan terakhir, yaitu 5 waktu shalat fardlu bagi umatnya.


Dari kejadian tersebut, ada 2(dua) hal yang perlu dicatat; pertama, bagi setiap kebaikan pasti ada gangguan, "likulli khairin maani'". Kedua, dalam perjalanan menuju kesempurnaan hidup terdapat ujian dan cobaan, dan menghadapinya dengan "Sabar"; sabar dalam menerima mushibat (cobaan, ujian), sabar dalam melakukan ibadah, dan sabar dalam menahan perbuatan maksiat. Sabar dalam menerima cobaan bukan berarti menyerah diri begitu saja tanpa usaha, akan tetapi menerima dengan suka atas takdir Allaah dan berusaha mencari takdir yang lebih baik.
Ada 2 (dua) macam mushibah:

 
  • Balwa atau ujian, cobaan. Dalam hal balwa ini Allaah swt menguji hambanya untuk meningkatkan derajat atau sebaliknya, sebagaimana Rasul bersabda:


"Apabila Allaah bermaksud melimpahkan kebaikan pada sekelompok kaum, maka Allaah mengujinya; jika mereka ridha akan ujian tersebut maka ridha Allah baginya, dan jika mereka benci akan cobaan tersebut, kebencian Allaah akan menimpanya".


Ujian yang lainnya bagi Rasul adalah sekembalinya dari isra-mi'raj ternyata masyarakat Quraisy memperolok-olokkan beliau, tapi beliau tetap tabah menerimanya, dan perjuangan lebih digelorakan sampai beliau diusir dari tanah airnaya sendiri oleh kuffaar Quraisy, dan hijrah ke Madinah. 

 
  • Musibah yang lainnya adalah Hizyu, siksaan dari Allaah disebabkan terus menerus melakukan pelanggaran, maksiat walau sudah berkali-kali diberi teguran tetap tidak mengindahkannya.


Hablun minallaah dan Hablun minannaas


Perjalanan Isra-mi'raj memberikan gambaran dua hubungan; yakni hubungan dengan Allaah (hablun minallaah), dan hablun minannaas (hubungan dengan manusia). Hablum minallaah digambarkan dengan perjalanan dari Masjid al Aqsha ke Sidratulmuntaha, secara vertikal.


Sedangkan hablum minannasi digambarkan dengan perjalanan dari masjid ke masjid tempat manusia berkumpul, beribadah; dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, Palestina secara horizontal di tatar datar. Ini memberi gambaran bahwa Islam mengatur dua hubungan tadi. Agar menjadi lebih bermanfaat bagi kebahagiaan hidup dunia-akhirat, maka hubungan antar manusia harus didasari dengan hablum minallaah, atau hablum minannaas harus berumber pada hablum minallaah. 


Hablum minallaah maupun hablum minannaas itu dilaksanakan dengan penghambaan diri sepenuhnya (ibadah) dan harus didasari dengan iman, dengan kata lain iman dan amal shalih, baik yang langsung kepada Allaah (ibadah mahdlah), maupun melalui perantaraan manusia, ibadah sosial (ghair mahdlah).


KH Awan, salah seorang A'wan PWNU Jawa Barat


Hikmah Terbaru