• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Hikmah

Kiai Noer Muhammad Iskandar di Mata Santrinya

Kiai Noer Muhammad Iskandar di Mata Santrinya
Almaghfurlah KH Noer Muhammad Iskandar. (Foto: Istimewa/ Desain: Ami)
Almaghfurlah KH Noer Muhammad Iskandar. (Foto: Istimewa/ Desain: Ami)

Kota Depok, NU Online Jabar
Indonesia kembali berduka. Warga nahdliyyin sekali lagi kehilangan tokoh panutan. Satu persatu, ulama kharismatik yang ada, dipanggil Ilahi. Ahad (13/12) KH Noer Muhammad Iskandar, wafat. 
NU Online Jabar coba mengumpulkan kesan-kesan santri tentang sosok Kiai Noer. Salah satunya dari kakak beradik, M Dzulfikar Sofiyullah dan Mufatihah Raudatul Hikmah. Keduanya belajar di pesantren Assiddiqiyah Jakarta, pada tahun 1994.  

Alasan kedua kakak beradik asal Pati Jawa Tengah ini, karena mendapat cerita dari kerabatnya yang studi banding ke Assiddiqiyah Islamic College (AIC) Jakarta.

“Awalnya, bude saya yang mengajar di Mathaliul Falah studi banding ke sana. Beliau tertarik dengan konsep pesantren salaf modern yang diterapkan di AIC. Beliau mendorong kami untuk belajar di AIC,” jelas Dzulfikar.

Kesan lain, diungkapkan oleh Nuning Nur Laila, alumni  1998. Santri dari Kota Malang ini selama enam tahun menunut ilmu di AIC. 

“Banaaty, banaaty, 
Qumna, tahajjadna...” 

Sampai sekarang, masih terngiang selalu suara panggilan itu pada diri Nuning. Hampir setiap dini hari beliau melakukannya. 

“Seringkali Abah pergi berdakwah di beberapa daerah dan sampai di kediaman pukul 02.30 pagi. Langsung membangunkan para santri untuk tahajjud dan salat subuh. Setelah itu, lanjut untuk belajar bahasa, mengaji Ta'limul Muta'allim dan Tafsir Jalalain,” kenang Nuning dalam satatus facebooknya (13/12).

Abah juga membimbing santri dalam riyadloh. Karena bukan hanya raga yang membutuhkan asupan nutrisi, begitupun dengan jiwa. 

Kiai Noer tak kenal lelah mengingatkan para santri agar mendawamkan mengaji, wirid dan istightasah, dan berakhlak mulia. Juga pembisaan berbahasa Arab dan Inggris 

Menurut Nuning, Kiai Noer menyajikan atmosfir pembelajaran yang luar biasa. 

“Kami bisa sangat terpana dengan kitab Jurumiah, sama seperti jatuh cintanya kami dengan kimia. Begitu bergairah dalam nazham Alfiyah, sebagaimana kami berasyik-masyuk dengan fisika. Menikmati Fathul Mu'in, sebagaimana kami menikmati desau angin,” kenang Nuning.

Banyak wahana diciptakan untuk media pembelajaran. Public speaking untuk para da'i, latihan pidato dan broadcasting, dan bahtsul masail bagi para calon pemikir keislaman. Kesenian jug atak dilupakan.  Ada kasidah, hadrah, marawis, bahkan band juga mendapat tempat.

Untuk kegiatan fisik ada bela diri, berbagai cabang olah raga, Pramuka, Paskibra, marching band, semua disediakan agar para santri bisa menyalurkan minat dan bakatnya. 

Kiai Noer ingin agar setiap santri dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya. Dalam rumusnya, tidak ada istilah menolak santri. Semua jenis santri diterima. Semua dianggap istimewa. Bahkan kebijakan ini tak jarang membuat para guru dan orang tua mengelus dada. Kiai Noer menerima semuanya dengan hati gembira. Ia yakin benar bahwa Allah yang akan membuka hati setiap santri.

Kiai Noer istikamah berpuasa. Bahkan menjelang wafatnya, menurut Nuning, beliau tetap puasa Senin-Kamisnya belum pernah putus. Sebelumnya ia berpuasa Daud. Atas saran dokter, terpaksa sedikit menurunkan standarnya. Kiai Noer mengajarkan kepada para santrinya untuk tidak mudah menyerah. Jika salah, maka berjiwa besarlah untuk meminta maaf. 

Semoga Allah menempatkannya di tempat terbaik di sisi-Nya. 

Alfatihah ...

Pewarta: Moch Ikmaluddin
Editor: Iip Yahya


Editor:

Hikmah Terbaru