• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Nasional

LIPSUS COVID-19

Pesantren-pesantren di Subang Masih Belajar Tatap Muka, Tapi Perketat Protokol Kesehatan (Bagian I)

Pesantren-pesantren di Subang Masih Belajar Tatap Muka, Tapi Perketat Protokol Kesehatan (Bagian I)
Santri Subang (Foto: NU Online Jabar)
Santri Subang (Foto: NU Online Jabar)

Subang, NU Online Jabar
Beberapa bulan terakhir, ditemukan beberapa kasus Covid-19 klaster di pondok pesantren. Tak sedikit pondok pesantren yang memulangkan santrinya, tapi tak sedikit pula yang menahan santrinya pulang. Pesantren yang tidak memulangkan santrinya beralasan menghindari penyebaran Covid-19. Pesantren-pesantren di Kabupaten Subang termasuk tak memulangkan santrinya, proses belajar mengajar dilakukan seperti biasanya. 
“Secara umum, pandemi Covid-19 ini tidak terlalu berdampak. Karena hampir setiap pesantren berjalan sesuai dengan jadwal dan kegiatannya masing-masing. Hanya memang tentunya sesuai aturan pemerintah, melakukan protokoler kesehatan dijalankan, seperti sosial distancing, tidak bersalaman,” kata Ketua PCNU KH Satibi Kabupaten Subang, Kamis (12/11/2020).

KH Satibi menganggap bahwa kegiatan pondok pesantren yang berada di Kabupaten Subang bisa terus beroperasi sampai sekarang walau di masa pandemi Covid-19, itu dikarenakan para pemimpin pesantren merasa bahwa tidak ada santrinya yang terpapar Covid-19. Karena itu, kegiatan pondok pesantren di Kabupaten Subang terus berjalan seperti biasanya.

KH Satibi melihat ada beberapa perbedaan yang terjadi dalam kegiatan di pondok pesantren pada masa pendemi ini, yaitu seperti tradisi bersalaman yang dilakukan santri dengan kiai. Dengan adanya pandemi Covid-19, tradisi bersalaman seperti itu sedikit dihindari. Dan menurutnya, hal itu tidak mengurangi rasa hormat para santri kepada kiai nya.

KH Satibi juga menjelaskan dengan tidak adanya pondok pesantren yang terpapar pandemi Covid-19, kegiatan dan kunjungan-kunjungan yang dilakukan PCNU ke pondok-pondok pesantren di Kabupaten Subang yang berafiliasi dengan NU, terus dilakukan. 

“Kunjungan kita tetap bisa berjalan, kegiatan berjalan, hanya tadi, kalau biasanya kegiatan model syahriyahan baik di pesantren maupun tidak di pesantren, bisanya sampai ribuan. (sekarang) hanya yang dilaksanakan ijtima-nya, lailatul ijtima-nya, yang hanya paling (dihadiri) 50-100 orang,” lanjut KH Satibi.

Walau begitu, dalam mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak mengadakan acara yang menimbulkan kerumunan orang, PCNU Subang sempat libur dan memberhentikan segala aktivitas selama tiga bulan. Setelah ada era new normal, PCNU Subang kembali menjalankan aktivitas seperti biasanya seperti ngaji rutin bulanan yang tentunya dengan aturan baru, yaitu wajib menggunakan protokol kesehatan, memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan ditempat yang sudah disediakan.

Hal senada juga disampaikan Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) NU Kabupaten Subang K Adam Misbahuddin Firdaus. Menurutnya, bahwa aktivitas di pesantren sebelum dan pada saat masa Covid-19 sangatlah berbeda. Misalnya sebelum adanya Covid-19, jamaah pengajian tidak dibatasi, santri pun tidak ditekankan untuk mematuhi protokol kesehatan. Tetapi ketika di masa Covid-19, segala aktivitas seperti pengajian dan jamaah sangat dibatasi.

“Sangat-sangat berbeda dengan posisi ke belakang-belakang. Kalau ke belakang, seperti jemaah pun memang tidak dibatasi dan memang pengajian santri pun berjalan dengan seperti biasanya. Tapi kalau di masa Covid-19, dalam ruangan dan juga pengajian memang sangatlah dibatasi. Karena kita pun sangat menjaga supaya tidak tersebarnya virus Corona ini,” kata KH Adam.

Pencegahan
Dalam upaya pencegahan pandemi Covid-19, KH Satibi menganjurkan kepada pengurus PCNU untuk mengurangi segala aktivitas kegiatan PCNU. Beliau juga menganjurkan kepada setiap pimpinan pondok pesantren untuk mengurangi aktivitas para santrinya.

Di sisi lain, KH Satibi melihat kebijakan pemerintah yang masih melarang kegiatan belajar sekolah formal dillakukan secara tatap muka langsung. Menurutnya, hal itu menguntungkan para pimpinan pondok pesantren untuk bisa lebih fokus dalam mengurus para santri untuk lebih giat mengaji.

“Aktivitas anak, kan, dulu kalau pagi sekolah. Ya, sekarang lebih banyak kegiatan mengajinya. Karena sekolahnya libur, kan,” tandas KH Satibi.

Selain itu, KH Satibi juga menganjurkan kepada setiap pondok pesantren untuk terus jangan berhenti mendoakan supaya pandemi Covid-19 segera berakhir. Beliau juga menyebutkan kebiasaan-kebiasaan baru dalam berdoa, seperti qunut nazilah yang dilakukan setiap melakukan salat wajib.

“Kan tadi, santrinya sambil sekolah, sekolahnya libur. Pasti aktivitasnya ngajinya lebih banyak, wirid nya lebih banyak, doa nya lebih banyak. Karena tentunya waktu sekolah itu nganggur, maka lebih banyak kegiatan-kegiatan doa diterapkan,” kata KH Satibi.

“Artinya, untuk di kegiatan posisi pandemi yang tadinya enggak biasa dilakukan pun, dilakukan. Qunut Nazilah, paling dulu kalau qunut subuh aja, karena situasi pandemi ini maka dibacakan Qunut Nazilah setiap waktu. Doa salamah, itu juga selalu dibacakan,” lanjut KH Satibi.

Dalam pencegahannya, KH Satibi juga terus mengingatkan kepada seluruh pemimpin pondok pesantren yang berada di Kabupaten Subang untuk terus menerapkan protokol kesehatan seperti 3M, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Walaupun dalam praktek lapangannya masih saja banyak pondok-pondok pesantren yang tidak mengikuti protokol kesehatan karena mempunyai keyakinannya masing-masing.

“Tetapi kan, sesuai dengan keyakinan masing-masing. Sehingga ada saja, mohon maaf, katanya tidak ada apa-apa. Sehingga sebagian tidak dilaksanakan. Tapi rata-rata melaksanakan 3M pesantren yang kita kunjungi, masker dan lain sebagainya tetap dilakukan,” lanjut KH Satibi. 

KH Satibi juga menyebutkan bahwa anjuran pencegahan selama ini yang dilakukannya terhadap pondok-pondok pesantren di Kabupaten Subang sudah maksimal. Adapun ketidakmaksimalan, yaitu datang dari kiai pemimpin pondok pesantren itu sendiri. KH Satibi menyebutkan bahwasanya masih ada saja kiai yang tidak percaya tentang adanya pandemi Covid-19.

“Ketidakmaksimalan hanya pada faktor itu saja, keyakinan mereka bahwa di pesantren yang mereka pimpin, tidak ada apa-apa (Covid-19), kenapa harus pakai masker, kan gitu, katanya,” lanjut KH Satibi.

Sementara upaya pencegahan yang dilakukan oleh KH Adam selaku pemimpin pesantren ialah tidak lepas dengan doa yang juga para santri diberikan ijazah doa-doa khusus. Seperti juga melakukan tradisi ruqiah yang setiap bulannya minimal berkumpul dua kali. Selain itu, secara syariat juga KH Adam menekankan kepada santri agar terus mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).

Dalam segi doa, KH Adam menganggap segala sesuatunya sudah maksimal. Karena tidak memerlukan biaya dan hanya pasrahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Sementara secara syari’at seperti 3M, segala kekurangan, menurut KH Adam akan selalu menyesuaikan dengan kemampuan para santri.

“Kalau misalkan di pondok pesantren itu yang kita rasakan, kemaksimalan di pondok itu tergantung, ya. Yang pertama mungkin kalau sistematis dengan doa itu mungkin tidak memerlukan segi biaya, gitu ya. Kalau misalkan untuk menjaga dengan protokoler kesehatan, sesuai dengan kapasitas memang kita semaksimal mungkin diusahakan. Tapi memang kekurangan-kekurangan itu disesuaikan dengan kemampuan,” tandas KH Adam.

Pewarta: Ryan Sevian
Editor: Abdullah Alawi 


Nasional Terbaru