Hikmah KOLOM BUYA HUSEIN

Hubbud Dunya: Rakus dan Berebut Kenikmatan Hidup Kini dan Di Sini

Ahad, 30 Maret 2025 | 04:00 WIB

Hubbud Dunya: Rakus dan Berebut Kenikmatan Hidup Kini dan Di Sini

Harta: (Ilustrasi: NU Online Jabar/Istimewa).

Tadi pagi ada tamu untuk silaturahim. Dalam obrolan ke sana ke mari dia bercerita atau curhat tentang realitas bangsa muslim terbesar di dunia ini yang tanpa henti saling berebut kenikmatan diri dan membiarkan orang lain terluka. Belakang lembaga-lembaga keagamaan ditawari mengelola tambang. 


Lalu dia bertanya mengapa  dan bagaimana sebaiknya atau seharusnya ya?. 


Aku hanya bilang : "Ini problem kehidupan yang sangat kompleks dan ruwet. Tetap ada sebuah hadits Nabi yang sangat menarik dan penting untuk direnungkan oleh kita bersama". 


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها فقال قائل اومن قلة نحن 
يومئذ يا رسول الله. قال بل أنتم يومئذ كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن الله في قلوبكم الوهن فقال قائل يا رسول الله وما الوهن قال حب الدنيا وكراهية الموت.


"Nabi bersabda: "(wahai kaum muslimin) Kelak bangsa-bangsa di dunia akan memperebutkan kalian, bagaikan memperebutkan makanan di atas piring. 


Sahabat bertanya : “Apakah karena saat itu jumlah kami sedikit, wahai Nabi? 


Nabi menjawab : tidak, kalian justeru saat itu mayoritas. Sayangnya kalian bagaikan buih. Musuh-musuh kalian sudah tak lagi takut terhadap kalian. Karena kalian ditelikung oleh penyakit “wahan”. 


Sahabat bertanya lagi :”Nah. apakah penyakit “wahn”itu, wahai Nabi?.


Beliau menjawab : “cinta (rakus) terhadap hal-hal duniawi dan tak lagi ingat kematian”.    


Kata-kata itu  bermakna kalian senang dan berambisi memperoleh kenikmatan harta benda dan kekuasaan, sampai-sampai kalian lupa mengingat Allah dan takut mati. 

 

Seorang sufi mengatakan :


حب المال اصل كل الشرور


"Cinta uang) harta itu akar dari segala keburukan".


Aku melihat, mereka "mantuk-mantuk", mengangguk-angguk. 


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU