Kemarin malam, 02.07. 22, aku diundang Buya Syakur untuk ikut "Khalwat", menyepi, meditasi, di hutan nun jauh dari hiruk pikuk kota dan melalui jalan terjal yang meliuk-liuk. Di sana sudah ada ratusan orang laki-laki dan perempuan. Mereka sudah 32 hari nginap untuk khalwat di sana. Ritual ini akan berlangsung selama 40 hari. Buya Syakur rutin mengaji kitab "Raitu Allah" (Aku Melihat Tuhan), karya dokter Musthafa Mahmud. Sesudah itu aku diminta bicara di hadapan mereka. "Aku harus bicara apa?",kataku dalam hati.
Lalu aku bilang : Zikir, mengingat Allah, adalah puncak ritual keagamaan. Karena ia bagai pertemuan dua kekasih. Ia merupakan tradisi para Nabi dan para Bijakbestari.
"Orang yang mencintai kekasih, dia akan selalu mengingat dan menyebutnya.
Aku ingat wasiat Lukman al Hakim kepada anaknya :
يابني اكثر ذكر الله فان الله ذاكر من ذكره (لقمان الحكيم)
"Anakku, sering-seringlah mengingat Allah. Karena Dia niscaya akan mengingatmu".
Aku juga menyampaikan kata-kata
عليكم بذكر الله تعالی فانه دواء . واياكم وذكر الناس فانه داء (عمر بن الخطاب
"Selalulah mengIngat Allah, karena itu adalah obat, menyehatkan. Dan jangan suka membicarakan (keburukan) orang, karena itu adalah penyakit, menderitakan,"
Banyak ulama yang mengatakan bahwa mengingat Allah lebih utama daripada berdoa, meminta kepada-Nya. Nabi menyampaikan pesan Allah :
من شغله الذكر عن مسألتي أعطيته أكثر مما أعطي السائلين
"Orang yang sibuk mengingat Aku, daripada meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya lebih banyak daripada permintaan mereka".
Riwayat lain menyatakan :
من شغله القرآن وذكري عن مسألتي أعطيته أفضل ما أعطي السائلين
Orang yang sibuk membaca Al Qur'an dan menyebut/mengingat-Ku. Aku akan memberinya lebih daripada permintaannya".
Kepada teman yang kemudian bertanya tentang makna Zikir, aku menyjawab : ia adalah permenungan intensif tentang semesta berikut keindahannya, dan itu bisa mencerahkan dan mencerdaskan. Al Qur'an menyatakan :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda Ke Maha Esa an Tuhan, bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang yang mengingat Allah, ketika berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.'" (QS Ali Imran [3]: 190-191).
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Keutamaan Bulan Sya’ban dan Nisfu Syaban dalam Hadits Nabi
2
PCNU bersama Pemkot, ATR/BPN, dan Kemenag Launching Menuju Bandung Kota Wakaf dan Pelaksanaan Wakaf Hijau
3
Inilah Sejumlah Agenda Haul Masyayikh Pesantren Sunanulhuda 2025
4
Innalillahi, Mustasyar PCNU Cianjur KH R Abdul Halim Meninggal Dunia
5
Tiga Pemain Keturunan Resmi Jadi WNI: Amunisi Baru Perkuat Timnas Indonesia
6
Peralihan Arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah Terjadi di Bulan Syaban
Terkini
Lihat Semua